Leclerc Sulit Ulangi Kemenangan di Melbourne
Pebalap Ferrari, Charles Leclerc, sulit mengulangi kemenangan brilian musim lalu dengan keunggulan 20 detik atas pebalap Red Bull dalam balapan F1 seri Australia. Namun, dalam kualifikasi, Leclerc optimistis kompetitif.
MELBOURNE, KAMIS – Charles Leclerc mengawali persaingan juara Formula 1 musim ini dengan segudang masalah pada mobil Ferrari SF-23. Masalah keandalan mobil membuat pebalap asal Monako itu gagal finis dalam balapan pembuka di Bahrain. Kemudian, dia dijatuhi sanksi mundur 10 posisi start di Jeddah dan finis di posisi ketujuh. Namun, balapan di Arab Saudi menegaskan potensi besar mobil Ferrari SF-23 dalam kualifikasi, di mana Leclerc mencetak lap tercepat kedua. Potensi itu yang akan dimaksimalkan oleh Leclerc di Albert Park, Melbourne, Australia, akhir pekan ini.
Sirkuit jalan raya Albert Park memiliki memori manis bagi Leclerc, di mana dia menang di sana pada musim lalu dengan keunggulan hingga 20,5 detik atas pebalap Red Bull, Sergio Perez. Kekuatan mobil F1-75 dalam kecepatan puncak di lintasan lurus membuat Leclerc menjadi kandidat juara di awal musim 2022. Namun, momentum positif seperti itu tidak dimiliki oleh Leclerc musim ini.
Mobil Ferrari musim ini memiliki banyak kendala yang menyulitkan Leclerc dan Carlos Sainz Junior untuk mengekstrak potensi terbaik SF-23. Kendala terbesar mobil baru Ferrari itu cukup kompleks, mulai dari kendala keandalan yang ditandai dengan dua kali kerusakan elektronik pengendali di Bahrain, bobot mobil yang terlalu berat, laju keausan ban yang sangat tinggi, hingga karakter mobil yang labil sehingga sulit menemukan setelan optimal di setiap sirkuit. Perubahan pada desain aerodinamika untuk meningkatkan kecepatan di lintasan lurus juga berdampak pada penurunan downforce sehingga menyulitkan pebalap saat menikung.
Baca juga : Tantangan Besar Vasseur di Ferrari
Laju degradasi ban yang sangat besar sudah terlihat di Bahrain dan semakin jelas di Jeddah. Kendala itu membuat Sainz tidak bisa mempertahankan posisi ketiga dari serangan pebalap Mercedes, Lewis Hamilton, di Bahrain. Sementara di Jeddah, Sainz dan Leclerc harus puas di posisi keenam dan ketujuh karena ban sudah tidak bisa dipaksa untuk mengejar Hamilton.
Kendala yang dihadapi Ferrari menempatkan tim asal Maranello, Italia, itu kini di posisi keempat konstruktor di bawah Mercedes, Aston Martin, dan Red Bull di puncak klasemen. Sementara dalam klasemen pebalap, Sainz berada di peringkat keempat dengan 20 poin dan Leclerc di posisi kedelapan dengan enam poin. Mereka tertinggal jauh dari dua pebalap Red Bull yang menempati posisi satu dan dua, Max Verstappen yang mengumpulkan 44 poin dan Perez dengan 43 poin.
Memasuki seri ketiga musim 2023 ini, Ferrari berharap bisa lebih kompetitif. Namun, perbaikan performa SF-23 diakui oleh Leclerc dan Sainz belum akan signifikan untuk menyaingi Red Bull. Bahkan, Leclerc mengakui, akhir pekan ini akan sulit mengulang kemenangan musim lalu di Melbourne.
Baca juga : Malam Milik Sergio Perez di F1 Jeddah
”Ya, kenangan yang bagus. Tetapi, melihat tahun ini, kami tidak menuju balapan dalam situasi yang sama dengan tahun lalu, itu menurut saya,” ujar Leclerc dalam konferensi pers di Albert Park, Kamis (30/3/2023).
Jelas performa kami tidak sebagus tahun lalu. Tetapi, kami bekerja sangat keras untuk berusaha kembali di posisi depan.
”Jelas performa kami tidak sebagus tahun lalu. Tetapi, kami bekerja sangat keras untuk berusaha kembali di posisi depan,” lanjut Leclerc.
”Tahun lalu menjadi kenangan bagus, seperti yang bisa kita lihat dalam foto-foto saat ini. Semua orang sangat senang. Tetapi, sekali lagi, kami sangat termotivasi untuk kembali berada di depan, kami tahu di mana yang perlu kami kerjakan,” tutur Leclerc di laman Formula 1.
”Saya tidak berpikir akan ada keajaiban untuk akhir pekan ini. Tetapi, setelah itu kami memiliki jeda tiga pekan, dan kami akan berusaha menggunakan itu sebaik mungkin untuk menghadirkan paket peningkatan mobil secepat mungkin,” ungkap pebalap berusia 25 tahun itu.
Terkait dengan sisi positif SF-23, Leclerc menilai, mobil baru ini mengalami perubahan dari F1-75. Namun, peningkatan yang dicapai belum cukup untuk menyaingi Red Bull RB19 yang sangat kencang di lintasan lurus.
Baca juga : Ujian Dominasi Red Bull di Jeddah
”Saya tidak tahu. Pada akhirnya ini merupakan olahraga yang relatif. Jadi, ya, ini merupakan evolusi dari mobil tahun lalu, tetapi jelas itu belum cukup ketika Anda melihat di mana Red Bull berada, khususnya dalam pace balapan. Jadi, ya, kami memiliki sangat banyak pekerjaan untuk diselesaikan,” ungkap Leclerc.
Potensi terbesar SF-23 yang sangat jelas adalah saat time attack ketika Leclerc mampu meraih posisi start kedua di Jeddah dengan selisih waktu 1,555 detik dari peraih pole position, Sergio Perez. Namun, pace dalam kualifikasi itu belum selaras dengan pace balapan karena degradasi ban yang sangat tinggi dalam banyak putaran. Potensi bersaing dalam perebutan posisi start terdepan itu menjadi satu kekuatan yang bisa dimaksimalkan Leclerc di Melbourne akhir pekan ini.
”Menurut saya, dalam kualifikasi, kami cukup bagus sejak awal musim ini. Area di mana kami perlu fokus adalah pada balapan di mana mobil kami sangat fluktuatif. Ketika semua kondisi tepat, kami bisa mengekstrak performa paket kami, tetapi ketika kondisi berubah sedikit saja, dengan mobil yang lebih berat yang menambah keterbatasan mobil, maka Anda mulai kesulitan. Jadi, kami berusaha fokus pada itu. Saya yakin kami akan cukup ketat dalam kualifikasi. Saya harap begitu, tetapi menurut saya, gambaran dalam balapan akan mirip (dengan sebelumnya),” papar Leclerc.
Baca juga :Menanti Kejutan Verstappen di Jeddah
Bahkan, Leclerc menilai, adanya empat titik DRS di Albert Park tidak akan banyak mengubah potensi persaingan dalam balapan. Saat ini, Red Bull menjadi tim paling efektif dalam memanfaatkan DRS, kemudian Aston Martin yang membuat Fernando Alonso kuat musim ini.
”Menurut saya, itu tidak akan mengubah banyak,” pungkas Leclerc.
Karakter mobil SF-23 yang naik turun tajam jika ada perubahan sedikit saja juga diakui oleh Sainz sangat menyulitkan saat balapan. Namun, kendala itu tidak berkaitan dengan performa mesin karena potensi mencetak pace balapan yang tinggi sangat terbuka jika kendala itu bisa diatasi.
”Jujur, analisis kami dari beberapa balapan pertama, tidak ada masalah mendasar pada mobil. Ini hanya mobil yang sangat naik turun, mobil yang sangat tidak bisa diprediksi dalam balapan,” ungkap Sainz kepada Motorsport.
”Mobil sangat banyak memakan ban. Jadi, hanya itu yang perlu kami perbaiki dari paket kami. Ini hanya terlalu fluktuatif dan kami perlu menemukan cara untuk sedikit menurunkan itu, karena itu juga membuat mobil sulit dalam balapan,” lanjut pebalap asal Spanyol itu.
”Sisi baiknya adalah semua orang mengetahui itu. Kami mengetahui itu di trek, mereka mengetahui itu di Maranello, dan hal bagusnya adalah Ferrari memiliki sumber daya manusia, kapasitas untuk bereaksi. Jika kami semua bekerja keras di arah yang sama, saya yakin tim ini bisa membalikkan keadaan. Bukan dalam waktu singkat, tetapi dalam periode jangka menengah,” kata Sainz.
Baca juga : Verstappen Menilai Mercedes Rival Utama Red Bull
Mantan pebalap McLaren itu juga berharap paket peningkatan performa yang diharapkan bisa digunakan dalam balapan di Eropa mampu memperbaiki feeling pengendalian mobil serta mengurangi laju degradasi ban. Kedua faktor itu sangat krusial untuk bisa mengoptimalkan potensi SF-23.
”Perbaikan performa semoga bisa meningkatkan cara kami menjalani balapan dengan mobil, karena saat ini kami sangat terbatas, kami tidak bisa terlalu banyak membalap dengan pebalap lain karena mobil sangat sulit dalam udara kotor (berada area turbulensi mobil di depan). Kami memakan ban-ban, jadi itu membuat kami tidak bisa tancap gas dalam balapan untuk mendahului pebalap lain, atau kami perlu benar-benar mengelola ban,” ujar Sainz.
”Itu artinya dalam balapan sedikit tertahan, tidak bisa bermain-main terlalu banyak. Kami tahu dengan pasti di mana kelemahan kami dan semoga ini akan membaik dan membuat kami lebih fleksibel,” ucapnya.