Red Bull mengawali Formula 1 musim ini dengan sinyal dominasi yang sangat kuat dengan finis pertama dan kedua di Bahrain. Namun, kekuatan itu masih perlu diuji dalam balapan kedua di Jeddah, akhir pekan ini.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·5 menit baca
JEDDAH, KAMIS — Red Bull Racing seolah tidak terpengaruh oleh penalti pengurangan 10 persen waktu pengujian mobil di lorong angin karena mampu menghadirkan mobil baru RB19 yang sangat kuat. Performa RB19 sangat dominan dalam seri pertama Formula 1 musim 2023 di Bahrain, akhir pekan lalu. Dua pebalapnya, Max Verstappen dan Sergio Perez, finis di posisi pertama dan kedua.
Namun, sinyal dominasi Red Bull musim ini masih perlu dikonfirmasi dalam dua hingga tiga balapan ke depan di sirkuit yang berkarakter berbeda dengan Bahrain. Akhir pekan ini, konsistensi performa RB19 akan diuji di Sirkuit Jeddah Corniche, Arab Saudi, yang memiliki tingkat degradasi ban jauh lebih rendah dibandingkan Bahrain. Laju keausan ban dinilai menjadi salah satu penyebab tim-tim pabrikan lain tidak bisa kompetitif di Bahrain, termasuk Ferrari.
Namun, keunggulan Verstappen yang mencapai 38,6 detik atas Fernando Alonso (Aston Martin) yang finis ketiga, 48 detik atas Carlos Sainz Junior (Ferrari) di posisi keempat, dan 50,9 detik atas Lewis Hamilton (Mercedes) di urutan kelima juga menegaskan potensi Red Bull yang sangat kuat. Hasil di Bahrain itu direspons secara seragam oleh para pebalap F1. Mereka menyebut Red Bull favorit juara musim ini berkat RB19 yang sangat solid dan stabil.
Rekan setim Hamilton, George Russell, bahkan menilai, Red Bull akan memenangi setiap balapan musim ini. Adapun Charles Leclerc, pebalap andalan Ferrari yang gagal finis di Bahrain karena kerusakan elektronik, menilai Verstappen dan Perez seperti berada di planet lain.
Namun, keunggulan itu dinilai oleh para petinggi Red Bull belum menunjukkan gambaran sesungguhnya. Tim asal Austria itu merasa masih memerlukan beberapa balapan untuk mengonfirmasi posisi mereka. Selain itu, seiring dengan bergulirnya balapan yang panjang, yaitu 23 seri musim ini, tim-tim lain berpotensi mendekat. Mereka memiliki waktu pengujian lebih banyak dari Red Bull, tim yang terkena sanksi pengurangan pengujian lorong angin sebesar 10 persen akibat pelanggaran batas atas anggaran pada musim 2021.
”Saya yakin, kami tidak akan sekuat itu di setiap akhir pekan. Di Bahrain, itu satu dari banyak keadaan yang seperti bebek mengayuh di dalam air. Itu tidak semulus yang terlihat,” ungkap Kepala Teknik Red Bull Racing Adrian Newey merespons komentar Russell.
Bisa berubah
Sosok yang dinilai sebagai desainer mobil F1 terbaik saat ini tersebut menilai keunggulan Red Bull bisa berubah sangat cepat. Dia mencontohkan, musim lalu, dua pebalap Ferrari finis di posisi pertama dan kedua di Bahrain. Sementara kedua pebalap Red Bull gagal finis. Red Bull tertinggal hingga balapan ketiga musim 2022. Namun, tim bekerja keras dan bisa membalikkan keadaan.
Bahrain paling ekstrem (dalam degradasi ban). Jadi, kami baru memiliki satu contoh. Saya yakin di sirkuit-sirkuit lainnya kami bisa memainkan permainan dengan lebih baik.
Kondisi seperti itu bisa saja terjadi musim ini, apalagi tim lain memiliki lebih banyak waktu dalam pengujian wind tunnel. ”Jika memiliki lebih banyak waktu di lorong angin, kami akan menggunakan itu. Demikian juga tim-tim lain yang memiliki lebih banyak waktu dibandingkan kami. Itu akan membantu mereka. Ini akan menjadi tahun yang panjang, 23 balapan. Kami baru menyelesaikan satu balapan. Jadi, semua orang akan berusaha keras,” ujar Newey kepada Sky Sport F1.
Kepala Tim Red Bull Racing Christian Horner juga menilai hasil di Bahrain belum bisa dijadikan dasar penilaian bahwa timnya akan dominan musim ini. Dia melihat banyak faktor yang bisa mengubah permainan, terutama peningkatan tim-tim lain seiring dengan paket perbaikan performa yang akan dipakai serta kondisi trek. ”Ini (persaingan) bisa berubah dengan sangat cepat. Lihat saja bagaimana keadaan berbalik tahun lalu. Mercedes mendekat setelah berada jauh di belakang dan mereka memiliki mobil yang bisa menang di akhir tahun dengan konsep itu,” ungkap Horner.
Ia menambahkan, ”Di sirkuit yang berbeda di Jeddah, menurut saya, kami perlu menunggu dan melihat hasil dari dua atau tiga balapan. Bukan di satu trek. Jadi, mari kita simpan dulu penilaian itu (dominasi Red Bull) hingga beberapa balapan dalam kejuaraan ini,” ujar Horner.
Akhir pekan ini, performa Red Bull akan diuji dalam balapan seri kedua di Jeddah, Arab Saudi. Trek ini memiliki lintasan lurus yang sangat panjang dengan 27 tikungan serta aspal yang tidak seabrasif di Bahrain. Kondisi trek tersebut berpotensi membuat tim-tim lain lebih kompetitif. Namun, karakter trek itu juga tidak langsung melemahkan Red Bull, apalagi musim lalu Verstappen finis terdepan di sana.
Harapan untuk bisa tampil lebih baik di Jeddah diungkapkan oleh Carlos Sainz yang finis keempat di Bahrain karena mobil Ferrari SF-23 mengalami keausan ban yang besar. Sainz pun tidak mampu membendung Alonso untuk finis di podium ketiga. Namun, pebalap asal Spanyol itu yakin SF-23 akan lebih kompetitif di Jeddah.
”Aspal di Jeddah sangat berbeda. Keterbatasan pada ban belakang tidak akan terlalu besar. Jadi, kami sangat yakin, itu (degradasi ban) akan sedikit berbeda di trek-trek lainnya. Bahrain paling ekstrem (dalam degradasi ban). Jadi, kami baru memiliki satu contoh. Saya yakin di sirkuit-sirkuit lainnya kami bisa memainkan permainan dengan lebih baik,” ungkap Sainz.
Peran Sainz
Sainz akan menjadi andalan Ferrari di Jeddah untuk meraih podium karena Leclerc akan start dari posisi belakang akibat mendapat sanksi mundur 10 posisi start. Sanksi itu diterima Leclerc karena ia akan menggunakan komponen elektronik pengontrol mesin yang ketiga, melebihi kuota dua komponen dalam semusim, pada balapan di Jeddah nantinya.
Leclerc sudah mengganti komponen penyimpan energi dan komponen elektronik pengontrol mesin sebelum balapan di Bahrain. Namun, dalam balapan, dia mengalami masalah pada putaran ke-40 di mana mesin kehilangan tenaga. Pemeriksaan di Maranello mengonfirmasi kerusakan pada komponen elektronik pengontrol mesin dan perlu dilakukan penggantian untuk balapan di Jeddah.
Kondisi tersebut menyulitkan Leclerc dalam persaingan juara musim ini. Tidak tertutup kemungkinan dia akan mendapat penalti lain ke depan jika komponen yang sama rusak kembali.
Kepala Tim Ferrari Fred Vasseur menegaskan, Leclerc tetap memiliki optimisme dan motivasi untuk meraih hasil maksimal musim ini. Dia juga sudah berbicara dengan seluruh tim untuk bersama-sama berjuang meraih musim yang bagus. ”Dia dalam dorongan penuh bersama dengan tim, berusaha meraih yang terbaik untuk semua orang. Penalti ini bukan kabar bagus, tetapi ini bukanlah akhir musim. Kita lihat saja apa yang akan terjadi di Jeddah. Jangan membayangkan setengah detik pun bahwa dia mengalami demotivasi,” ujar Vasseur yang menggantikan Mattia Binotto musim ini.