IBL All-Star 2023, Pertaruhan Gengsi Veteran dan Bintang Muda
Konsep baru IBL All-Star menjanjikan level persaingan lebih tinggi daripada musim-musim sebelumnya. Ajang ”perang bintang” ini mempertemukan para veteran dengan bintang muda.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — IBL All-Star 2023 akan digelar di Knights Stadium, Semarang, Minggu (19/3/2023), dengan konsep baru. Ajang ”perang bintang” mempertemukan para veteran dan bintang muda dalam duel Tim Legacy versus Tim Future. Pertaruhan gengsi antarpemain beda generasi itu sudah dimulai sejak konferensi pers.
Sebelumnya, All-Star mempertemukan para pemain dari Divisi Merah dan Divisi Putih. Tahun ini, tim dipisahkan berdasarkan masa waktu bermain. Tim Legacy diisi pemain dengan pengalaman minimal lima tahun, sementara Tim Future di bawah lima tahun.
IBL telah mengumumkan peserta All-Star berdasarkan pemungutan suara dari situs resmi, dalam konferensi pers di Jakarta, pada Kamis sore. Tim Legacy diperkuat antara lain guard Pelita Jaya Bakrie Jakarta, Andakara Prastawa (4.328 suara), dan forward Dewa United Banten, Kaleb Ramot Gemilang (4.003 suara).
Tim Future diisi antara lain guard Prawira Bandung, Yudha Saputera (4.131 suara), dan guard Pelita Jaya, Muhamad Arighi (4.023 suara). Empat pebasket dari dua tim itu merupakan pemilik suara terbanyak dalam pemungutan suara.
Pemain dari Tim Legacy bisa memberikan contoh yang bagus. Main hebat 1-2 tahun itu mudah. Namun, untuk konsisten setiap tahun dalam waktu yang lama, susah.
”Format seperti ini sangat menarik. Pemain dari Tim Legacy bisa memberikan contoh yang bagus. Main hebat 1-2 tahun itu mudah. Namun, untuk konsisten setiap tahun dalam waktu yang lama, itu susah. Seperti yang sudah dilakukan Pras,” kata Kaleb.
Kedua tim memang terpaut jauh dalam hal usia. Di posisi point guard, misalnya, Prastawa (30) sudah masuk liga profesional sejak 2012. Yudha (24) baru memainkan musim ketiga. Namun, kedua anggota tim nasional itu bersaing ketat dalam hal kualitas.
Prastawa, pada separuh musim reguler, telah mencatat rerata 16,9 poin dan 4,8 asis, sementara Yudha dengan 14,9 poin dan 4,8 asis. Mereka adalah pemain lokal terbaik saat ini di posisi tersebut. Pertarungan pun bakal sangat menarik. Yudha ingin melampaui sang senior, tetapi Prastawa tidak akan membiarkan itu terjadi.
Panas persaingan dalam All-Star sudah terasa dalam konferensi pers yang dihadiri Prastawa, Kaleb, Yudha, dan Arighi. Para pemain Tim Future tidak takut berperang kata-kata dengan sang senior. Mereka menantang dengan lantang meskipun kadang tersenyum dan terlihat segan.
Yudha yang mengidolakan Prastawa, berkata, ajang nanti akan membuktikan siapa petembak terbaik di antara mereka. ”Banyak yang harus dikalahin dari Kak Pras. Kita lihat saja nanti. Mereka memang menang pengalaman, tetapi kami unggul fisik dan kecepatan,” ucapnya.
Prastawa langsung membalas dengan pernyataan lebih sesumbar. Dia memamerkan pencapaian sebagai peraih tiga kali beruntun kontes tiga angka. ”Sudah pernah menang kontes tiga angka belum? Mereka boleh saja cepat, tetapi tidak efisien. Kami hanya butuh 50 persen kekuatan,” katanya sambil tersenyum tipis.
Perang psikologis itu memperlihatkan keseriusan mereka untuk menciptakan atmosfer kompetitif jelang laga. Adapun Prastawa dan Yudha selalu bersikap rendah hati di depan publik. Namun, mereka berubah sejenak demi kepentingan hiburan.
Tim Future dipimpin pelatih asing Prawira Bandung, David Singleton (2.763 suara), sementara Tim Legacy dipimpin pelatih Satria Muda Pertamina Jakarta, Youbel Sondakh (2.434 suara). Adapun mereka merupakan pelatih Divisi Putih dan Divisi Merah di All-Star musim lalu.
Empat pemain asing dengan suara terbanyak turut terlibat dalam All-Star. Singleton dan Youbel memilih langsung pemain saat konferensi pers. Singleton yang memilih pertama mengambil Brandon Francis (Prawira) dan Akeem Scott (Rans PIK). Youbel memilih Ramon Galloway (Dewa United) dan Randy Bell (Bumi Borneo Pontianak).
Direktur Utama IBL Junas Miradiarsyah mengatakan, inovasi dalam All-Star bertajuk ”Legacy For The Future” itu diciptakan untuk perayaan 20 tahun liga. ”Kami ingin spirit para pemain yang lebih dulu berkarier bisa menular kepada pemain muda. Pemain muda juga punya tanggung jawab untuk mengisi generasi berikutnya,” tuturnya.
IBL memilih Kota Semarang sebagai tuan rumah All-Star untuk mengembangkan animo bola basket ke daerah-daerah, selain Jakarta. Adapun Knights Stadium bisa menampung sekitar 1.200 penonton. Sebanyak 75 persen tiket tribune sudah terjual, sementara seluruh tiket sisi lapangan sudah habis terjual.
IBL juga mengubah kalender penyelenggaraan All-Star, dari sebelumnya pada akhir musim reguler menjadi setelah seri 5 di Semarang. Setelah laga ”perang bintang”, liga akan jeda sementara saat puasa. Menurut Junas, waktu sebelum jeda musim reguler adalah waktu terbaik.
”Belajar dari NBA All-Star, para pemain tidak serius bertanding karena sudah dekat dengan playoff. Hasilnya laga tidak seru, ratingnya juga rendah. Kami ingin pemain bisa kompetitif dan memberikan hiburan terbaik kepada penonton,” tutur Junas.
Tim Legacy
Pelatih: Youbel Sondakh (Satria Muda)
Pemain lokal: Andakara Prastawa (Pelita Jaya), Kelly Purwanto (Hangtuah), Sandy Ibrahim (Satria Muda), Widayanta Putra Teja (Satria Muda), Arki Wisnu (Satria Muda), Juan Laurent (Satria Muda), Kaleb Ramot Gemilang (Dewa United), Reza Guntara (Prawira), Henry Lakay (Satya Wacana), Vincent Kosasih (Pelita Jaya)
Pemain asing: Ramon Galloway (Dewa United), Randy Bell (Bumi Borneo)
Tim Future
Pelatih: David Singleton (Prawira)
Pemain lokal: Muhamad Arighi (Pelita Jaya), Rio Disi (West Bandits), Yesaya Saudale (Pelita Jaya), Yudha Saputera (Prawira), Ali Bagir (Satria Muda), Dame Diagne (Patriots), Julian Chalias (Patriots), Ikram Fadhil (Bima Perkasa), Argus Sanyudy (Bima Perkasa), Randy Prasetya (Satya Wacana)
Pemain asing: Akeem Scott (Rans), Brandon Francis (Prawira)