Satria Muda punya terlalu banyak ”racun” yang bisa melukai tim lawan. ”Menara kembar” mereka paling ditakuti.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setelah dua seri IBL 2023 berlangsung, belum ada yang mampu menjawab teka-teki strategi ”menara kembar” Satria Muda Pertamina Jakarta. Keputusan tim juara bertahan itu untuk memakai dua center asing bertipe tradisional, Elijah Foster dan Allen West, terbukti sangat tepat.
Awal musim Satria Muda berjalan mulus seusai kembali menyapu bersih empat laga pada seri dua, 28 Januari-4 Februari 2023, di GOR Bimasakti, Malang. Mereka menjadi satu-satunya tim yang tidak terkalahkan sejauh ini, memuncaki klasemen dengan rekor kemenangan 100 persen dari 8 laga.
Kami belum ketemu tim empat besar. Ritme bermain juga belum konsisten, seperti laga tadi.
Menurut Pelatih Satria Muda Youbel Sondakh, hasil itu belum membuktikan apa pun. ”Kami belum ketemu tim empat besar. Ritme bermain juga belum konsisten, seperti laga tadi,” katanya seusai menutup seri dengan kemenangan atas tim ”kuda hitam” Bima Perkasa Jogja 67-56, Sabtu (4/2/2023).
Penyataan rendah hati Youbel sebenarnya adalah alarm tanda bahaya bagi para pesaing. Sebab, dengan performa yang jauh dari maksimal saja, tim-tim lawan kebingungan menghadang strategi ”menara kembar” mereka. Apalagi jika mesin tim ini sudah berjalan maksimal sesuai harapannya.
Ada keraguan terhadap Satria Muda sebelum musim dimulai. Mereka mengubah pendekatan pemain asing. Kombinasi center dan guard yang mengantar juara musim lalu diubah. Youbel memilih dua center tradisional dengan kelebihan sama-sama bertarung di area dalam.
Adaptasi strategi itu ternyata berjalan mulus. Foster tampil terlebih dulu sebagai pemain mula, lalu West menggantikannya pada pertengahan laga. Dengan rotasi itu, Satria Muda punya pemain asing untuk mendominasi area dalam sepanjang laga. Keduanya memiliki tugas hampir sama.
Tidak pelak, tim asuhan Youbel begitu mengerikan di area dalam. Mereka mencatat 56,8 persen poin selama seri dua dari paint area atau zona berwarna dekat keranjang. Dominasi itu di antaranya berasal dari kombinasi Foster (16 poin) dan West (9,2 poin).
Duet asing itu juga sukses membuat Satria Muda selalu menang rebound di setiap laga. Foster (1,97 meter) mencatat rerata 9,8 rebound. West (2,03 meter) mengoleksi rerata 11,1 rebound, tertinggi kedua di liga meskipun hanya tampil sekitar 15 menit.
Pelatih Bima Perkasa Efri Meldi mengatakan, cara untuk mengalahkan Satria Muda adalah menang rebound. Jika mampu, mereka punya kans menembak lebih banyak. ”Saya bilang ke anak-anak tentang target rebound, tetapi tidak tercapai dan kami kalah setelah unggul pada kuarter keempat,” ujarnya.
Foster dan West menjadi kombinasi unik. Foster lebih efektif saat menyerang. Dia sudah mengenal sistem Youbel setelah tiga musim di Satria Muda. West belum menyatu dalam sistem serangan, tetapi selalu berkontribusi saat bertahan. Selain dominan adu rebound, West adalah pemain dengan rerata blok terbanyak di liga (3 kali).
Memilih racun
Youbel memilih dua center bertipe nyaris sama dengan penuh pertimbangan. Mereka memiliki barisan pemain guard dan forward lokal yang berada di level nasional. Belum lagi, mereka kedatangan point guard tim nasional Widyanta Putra Teja pada musim ini.
Alhasil, tim lawan harus menahan dua senjata berbahaya sekaligus, di area dalam dan luar. Pelatih lawan dipaksa memilih ”racun” mereka sendiri. Jika fokus bertahan di area dalam, mereka akan dihujani lemparan tiga angka. Begitu juga sebaliknya.
Arki Wisnu, forward veteran Satria Muda, berkata, timnya sudah mulai terbiasa menghadapi pertahanan zona. Tim lawan berupaya bermain zona untuk membatasi pergerakan mereka ke area dalam. Namun, percobaan lawan selalu gagal karena timnya punya banyak penembak jitu dari area luar.
Seperti di laga versus Elang Pacific Caesar Surabaya, Kamis lalu, Satria Muda menang 101-90 berkat sumbangan 24 poin dari shooting guard M Sandy Ibrahim. Sandy menghujani pertahanan lawan dengan 4 kali tembakan tiga angka, hanya dari 6 kali percobaan.
Berbeda halnya dengan Bima Perkasa yang memilih pendekatan bertahan man to man. Pasukan Satria Muda kaget karena tidak terbiasa. Akurasi tiga angka mereka sangat rendah, 22 persen (5-22). Namun, mereka tetap menang berkat keunggulan telak dalam poin di area berwarna, 36-24.
Dengan kualitas lengkap itu, Arki dan rekan-rekan pun menjadi tim yang sangat produktif. Mereka adalah satu-satunya tim yang bisa menghasilkan lebih dari 100 poin lebih dari satu laga. Keduanya terjadi di seri Malang, versus Pacific Caesar dan Amartha Hangtuah (106-53).
”Mereka tim juara, ketika melawan tim dengan level seperti itu, harus sempurna. Satria Muda akan selalu menjadi tim favorit juara. Saya tidak melihat tim yang bisa sekompetitif itu sampai saat ini,” kata Pelatih Bali United Anthony Garbelotto setelah timnya dikalahkan Satria Muda 65-85.
Seperti kata Youbel, mereka akan menghadapi tantangan lebih berat pada seri tiga di Surabaya. Tim dengan rekor cemerlang, Pelita Jaya Bakrie Jakarta (6-1) dan Prawira Bandung (6-1) sudah menanti. Adapun Pelita Jaya menaklukkan Satria Muda dalam pertemuan terakhir di final turnamen pramusim Piala Indonesia 2022.