Kesalahan-kesalahan individu sebagaimana dilakukan pemain tim Indonesia U-20 di turnamen mini tidak boleh terulang di Piala Asia U-20 di Uzbekistan.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tim sepak bola Indonesia U-20 perlu memperbaiki kelemahan sebelum berlaga di Piala Asia, 1-18 Maret 2023, di Uzbekistan. Mereka mendapat target berat untuk minimal mengulangi pencapaian lolos hingga babak perempat final pada edisi 2018. Agar mampu bersaing dengan negara-negara kuat Asia, kapten tim Indonesia U-20, Muhammad Ferarri, mengatakan, timnya wajib meminimalkan kesalahan-kesalahan sendiri saat bertarung di Uzbekistan.
Kecenderungan melakukan kesalahan sendiri terlihat saat Ferarri dan rekan-rekan menjalani tiga laga di Turnamen Mini U-20 PSSI yang berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno, 17-21 Februari 2023. Dalam turnamen tersebut, Indonesia memetik satu kemenangan atas Fiji dan dua kekalahan masing-masing dari Selandia Baru serta Guatemala.
Kendati menelan dua kekalahan, tim Indonesia U-20 tidak bermain terlampau buruk. Mereka justru mampu mendominasi penguasaan bola dan peluang sekalipun menghadapi lawan-lawan yang memiliki level lebih di atas, seperti Selandia Baru dan Guatemala. Dari tiga pertandingan, Indonesia selalu melepaskan jumlah operan lebih banyak dibandingkan lawannya.
Ketika menghadapi Selandia Baru, Indonesia total melepaskan 429 operan. Adapun Selandia Baru mencatatkan 390 operan. Selanjutnya, saat melawan Guatemala di pertandingan terakhir, ”Garuda Muda” melepaskan 609 operan. Jumlah operan Indonesia itu jauh dari yang dilakukan Guatemala, yaitu 166 operan. Penyebab Indonesia akhirnya tidak memenangi dua laga itu adalah kesalahan sendiri di lini pertahanan.
Masih ada kekurangan dari segi individual setiap pemain, karena dalam tiga pertandingan ini kami kebobolan hanya karena kesalahan-kesalahan diri sendiri. Itu yang harus diperbaiki. Di turnamen besar seperti ini (Piala Asia), kami tidak bisa melakukan kesalahan seperti itu lagi karena akan sangat rugi besar.
”Masih ada kekurangan dari segi individual setiap pemain, karena dalam tiga pertandingan ini kami kebobolan hanya karena kesalahan-kesalahan diri sendiri. Itu yang harus diperbaiki. Di turnamen besar seperti ini (Piala Asia), kami tidak bisa melakukan kesalahan seperti itu lagi karena akan sangat rugi besar. Kalau lawannya bagus, pasti akan memanfaatkan itu dan kita akan kehilangan poin banyak,” tutur Ferarri di sela-sela sesi latihan terakhir sebelum tim bertolak ke Uzbekistan, Jumat (24/2/2023) malam.
Pada Piala Asia U-20 nanti, Indonesia tergabung di Grup A bersama tuan rumah Uzbekistan, Suriah, dan Irak. Suriah tercatat pernah menjuarai Piala Asia U-20 sebanyak satu kali, sedangkan Irak pernah lima kali keluar sebagai juara.
Maka, Ferarri dan rekan-rekan tidak bisa lagi melakukan kesalahan sekecil apa pun agar bisa bersaing dengan negara-negara kuat tersebut. Saat bermain di Turnamen Mini U-20 PSSI, para pemain belakang Indonesia kerap salah mengambil keputusan dalam mengoper bola. Selain itu, koordinasi dan komunikasi mereka juga masih sangat lemah.
Pemahaman pemain
Menurut Ferarri, pelatih Shin Tae-yong sudah memberi semua materi latihan dan juga instruksi agar kesalahan individu tidak terus berlanjut. Namun, semua itu kembali lagi kepada pemahaman dan kemampuan dari para pemain sendiri. Ferarri sendiri mengaku butuh adaptasi lebih banyak dengan rekan setim lantaran baru bergabung di pemusatan latihan. Kondisi itu menyebabkan dirinya belum terlalu padu mengawal lini belakang bersama tiga bek lainnya.
”Jadi, mungkin dari apa yang dimau Coach Shin agak masih belum (pas) lagi. Itu karena, kan, saya baru bergabung terus langsung bertanding,” katanya.
Gelandang Indonesia, Arkhan Fikri, turut mengakui penampilannya di tiga laga turnamen mini belumlah memuaskan. Arkhan menyebut masih sering melakukan kesalahan-kesalahan dalam mengoper dan menggiring bola.
Berdasarkan catatan statistik dari Lapangbola, akurasi operan Arkhan yang bertugas menjembatani lini belakang dan lini serang hanya sebesar 85 persen di laga melawan Guatemala. Persentase Arkhan itu tidak lebih baik dari Kakang Rudianto yang berposisi sebagai bek tengah yang mencatatkan akurasi operan sukses mencapai 95 persen.
”Saya harus memperbaiki masalah passing dan dribbling yang banyak kesalahan di pertandingan sebelumnya. Jadi, pasti ada evaluasi setiap latihan dan pelatih pasti terapkan di lapangan,” ucap Arkhan.
Inefisiensi juga terjadi di lini serang. Pada laga melawan Selandia Baru dan Guatemala, para penyerang Indonesia gagal mengonversi sejumlah peluang emas menjadi gol. Mereka terkesan tidak tenang dan kurang klinis dalam aspek penyelesaian akhir.
Di sisi lain, saat melepaskan umpan bola-bola panjang ke jantung pertahanan lawan, lini kedua Indonesia kerap terlambat untuk naik membantu serangan dan menyambut bola. Maka dari itu, jadilah peluang matang dari umpan silang saat transisi bertahan lawan belum sepenuhnya terbentuk menjadi terbuang percuma.
Penyerang Hokky Caraka mengungkapkan, setelah Dzenan Radoncic tak lagi menjabat asisten Shin, para pemain Indonesia menjadi kurang banyak berlatih penyelesaian akhir. Hokky mengakui gerakannya menjadi kaku ketika bermanuver di area pertahanan lawan. Permainannya pun sangat mudah terbaca dan kemudian tanpa kesulitan dihentikan lawan.
”Kendala itu masih bisa dipikirkan oleh federasi dan pelatih kepala. Semoga kami bisa disediakan pelatih striker yang baik, yang seperti Radoncic atau yang lebih baik lagi. Sebab, ini benar-benar terasa (penurunan) setelah ditinggal Radoncic,” tutur Hokky.
Tim Indonesia U-20 dijadwalkan memulai latihan perdana di Uzbekistan pada 26 Februari. Shin telah mengumumkan 23 nama pemain yang dibawa untuk berjuang di Piala Asia U-20. Di laga pertama, Indonesia akan menantang Irak pada 1 Maret, setelah itu menjajal Suriah pada 4 Maret, dan terakhir meladeni Uzbekistan pada 7 Maret.