Pemusatan Latihan Jangka Panjang U-20 Berdampak kepada Persija Jakarta
Di tengah persaingan sengit juara Liga 1, Persija kehilangan sembilan pemain muda untuk ikut pemusatan latihan jangka panjang tim U-20 Indonesia. Persija pun berharap program itu ditinjau ulang untuk masa mendatang.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Di tengah persaingan sengit menuju tangga juara Liga 1 musim 2022/2023, Persija Jakarta harus kehilangan sembilan pemain muda untuk mengikuti program pemusatan latihan jangka panjang tim U-20 Indonesia menjelang Piala Asia U-20 dan Piala Dunia U-20. Bagi Pelatih Persija Thomas Doll, nasi telah menjadi bubur. Namun, untuk ke depan, program seperti itu harus ditinjau ulang karena bisa merugikan klub ataupun pemain sendiri.
”Masalah perginya pemain untuk pemusatan latihan jangka panjang timnas, kalau memang itu kehendak presiden, artinya itu memang yang dibutuhkan timnas. Lagi pula mereka sudah pergi ke timnas. Tidak ada ruang lagi untuk didiskusikan. Yang sudah terjadi, terjadilah. Saya hanya berharap bisa melihat versi terbaik mereka di Piala Asia dan Piala Dunia,” ujar Doll seusai memimpin latihan Persija di Sawangan, Depok, Jawa Barat, Senin (20/2/2023).
Dari 30 pemain yang dipanggil tim U-20 untuk Piala Asia U-20 di Uzbekistan (1-18 Maret 2023) dan Piala Dunia U-20 di Indonesia (20 Mei-11 Juni 2023), Persija menjadi penyumbang pemain terbanyak dengan sembilan orang. Mereka adalah kiper Cahya Supriadi, bek Muhammad Ferarri, Frengky Deaner Missa, Barnabas Sobor, gelandang Alfriyanto Niko Saputro, Dony Tri Pamungkas, Achmad Maulana, Ginanjar Wahyu Ramadhani, dan Resa Aditya Nugraha.
Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia 2023-2027 Erick Thohir dalam keterangan pers di Istana Merdeka, Jakarta melalui Youtube Sekretariat Presiden, Senin, mengatakan, Presiden Joko Widodo mengusulkan timnas harus memiliki cukup waktu untuk membentuk kebersamaan antar pemain. Jadi, timnas tidak hanya dikumpulkan seminggu atau dalam waktu singkat.
Itu hal-hal yang perlu menjadi perhatian kita. Sepak bola kita tidak seperti Eropa yang timnya sekali dikumpulkan langsung jadi. Artinya apa? Ada siasat-siasat baru yang perlu kita terobos. Itu akan menjadi bagian dari blue print (peta jalan sepak bola Indonesia).
”Itu hal-hal yang perlu menjadi perhatian kita. Sepak bola kita tidak seperti Eropa yang timnya sekali dikumpulkan langsung jadi. Artinya apa? Ada siasat-siasat baru yang perlu kita terobos. Itu akan menjadi bagian dari blue print (peta jalan sepak bola Indonesia),” terang Erick.
Secara tidak langsung, Doll mengungkapkan, kebijakan itu cukup merugikan. Sebab, klub butuh pemain-pemain muda tersebut. Sebaliknya, para pemain muda itu butuh kompetisi jangka panjang untuk mengembangkan diri. Di Eropa, mereka tidak mengenal program pemusatan latihan jangka panjang untuk timnas usia muda sekali pun. Sebab, cara terbaik untuk membina pemain adalah dengan ikut pertandingan rutin dalam kompetisi.
”Situasi dalam latihan dan bertanding itu sangat berbeda. Pemain bisa bagus saat latihan tetapi belum tentu saat bertanding. Sebab, ada tekanan mental yang berbeda antara latihan dan bertanding. Dari bertanding atau ikut kompetisi, pemain pun bisa mendapatkan banyak pelajaran baru,” kata pelatih asal Jerman tersebut.
Adapun Persija sedang bersaing ketat dengan Persib Bandung dan PSM Makassar dalam perebutan gelar juara Liga 1. Kini, Persija berada di urutan ketiga dengan 47 poin dari 24 laga, sedangkan Persib di peringkat kedua dengan 49 poin dari 24 laga dan PSM di puncak klasemen dengan 53 poin dari 25 laga.
Sejumlah pemain yang dipanggil tim U-20 itu turut menjadi komponen penting Persija di musim ini. ”Tentu kehilangan sembilan pemain ke tim U-20 sedikit terasa kepada tim. Tetapi, sesama pemain, kami harus saling percaya satu sama lain. Maka itu, kami akan maksimalkan tim dengan skuad yang ada. Kami akan bekerja keras agar setiap pertandingan bisa mendapatkan poin maksimal,” tutur bek sayap Persija Ilham Rio Fahmi.
Presiden Persija Mohamad Prapanca dalam laman Persija.id, Minggu (19/2), menuturkan, pihaknya mendukung kebijakan jangka pendek PSSI untuk sukses di Piala Asia U-20 dan Piala Dunia U-20. Meski demikian, Persija mengajak semua pihak agar di masa mendatang pola pikir pembinaan sepak bola yunior berubah dari mencari prestasi menjadi talent development sebagai bagian dari strategi menuju sepak bola senior yang tangguh.
Dengan adanya perubahan pola pikir itu, pemusatan latihan jangka panjang akan ditinggalkan dan berganti dengan pematangan pemain di kompetisi yang berkualitas. ”Persija berharap pemusatan latihan jangka panjang untuk Piala Dunia U-20 menjadi yang terakhir kali. Ke depannya, timnas yang kuat harus datang dari klub dan kompetisi yang kuat,” kata Prapanca.