Bola Mati, Senjata Rahasia Pragmatisme ”Serigala Roma”
Bola mati menjadi senjata rahasia AS Roma di tengah pragmatisme taktik Jose Mourinho. Gol-gol bola mati yang krusial itu secara perlahan membawa ”Sang Serigala” Ibu Kota bersaing ketat di zona Liga Champions.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
ROMA, MINGGU — Sadar lini depan tak terlalu tajam, AS Roma sangat mengandalkan bola mati untuk menghukum para mangsanya. Itu menjadi senjata rahasia ”Sang Serigala” di bawah komando Jose Mourinho yang dikenal dengan taktik pragmatisnya. Gol-gol dari bola mati secara perlahan membawa tim asal ibu kota Italia itu bersaing ketat di zona Liga Champions.
Empoli menjadi mangsa terbaru dari keganasan bola mati AS Roma. Dalam laga pekan ke-21 Serie A Liga Italia di Stadion Olimpico, Roma, Minggu (5/2/2023), AS Roma mengamankan tiga poin melalui dua gol yang berasal dari tendangan sudut, yakni dari sundulan bek Roger Ibanez di menit kedua dan penyerang Tammy Abraham di menit keenam.
Skema dua gol itu hampir tidak ada bedanya. Pada gol pertama, gelandang serang Paulo Dybala mengeksekusi tendangan sudut dari pojok kiri. Bola lambung menyilang ke muka gawang itu disambar oleh kepala Ibanez. Bola sempat memantul ke tanah sebelum meluncur ke gawang tanpa bisa dihentikan kiper Empoli Guglielmo Vicario dan gelandang Razvan Marin yang berdiri di tiang dekat.
Pada gol kedua, Dybala melakukan tendangan sudut dari pojok yang sama dengan arah umpan yang sama. Kali ini, bola disambut oleh kepala Abraham. Bola pun sempat memantul ke tanah sebelum meluncur ke gawang tanpa bisa diantisipasi Vicario dan bek sayap kiri Fabiano Parisi yang berdiri di tiang jauh.
Pola umpan Dybala dan kesiapan para penyambut bola di muka gawang itu menunjukkan bahwa skema itu memang dirancang dengan matang. ”Roma memiliki karakteristik dengan pemukul (eksekutor) seperti Dybala,” ujar pelatih Empoli Paolo Zanetti, dilansir Empolifc.com sehabis laga tersebut.
Ditakuti lawan
Keganasan Roma dalam bola mati diakui dan ditakuti para lawannya, terutama di awal tahun ini. Sebelum Empoli, tuan rumah AC Milan gigit jari karena tiga poin di depan mata sirna dalam sekejap oleh dua gol bola mati Roma. Dalam laga pekan ke-17 Serie A itu, Milan unggul dua gol lewat bek Pierre Kalulu di menit ke-30 dan gelandang Tommaso Pobega di menit ke-77.
Namun, di pengujung laga, juara bertahan Serie A itu dihukum oleh bola mati Roma. Pada menit ke-87, gelandang sekaligus kapten Roma Lorenzo Pellegrini melepaskan tendangan sudut dari pojok kanan. Bola lambung menyilang ke muka gawang itu disambar oleh kepala Ibanez. Bola meluncur deras ke tiang dekat yang tak mampu dijangkau kiper Milan Ciprian Tatarusanu.
Pada menit ke-90+3, Pellegrini mengambil tendangan bebas dari sisi kanan. Setelah menyentuh punggung gelandang Milan Aster Vranckx, bola lambung yang menukik ke muka gawang itu disambut sundulan terarah gelandang Roma Nemanja Matic. Walau sempat ditepis Tatarusanu, bola muntah disambar Abraham dan masuk ke gawang.
Kami kebobolan dua gol dari bola mati yang seharusnya tidak terjadi. Kami kecewa, kami bermain bagus dan kami pantas menang.
Pelatih Milan Stefano Pioli dikutip Sempremilan.com, Minggu (8/1/2023), mengatakan, Roma jeli mencari bola mati untuk mencuri gol. Bahkan, Dybala dinilai sengaja mengincar pelanggaran yang menjadi sumber gol penyama kedudukan Roma.
”Kami kebobolan dua gol dari bola mati yang seharusnya tidak terjadi. Kami kecewa, kami bermain bagus dan kami pantas menang,” kata Pioli kepada DAZN dilansir Planetsport.com seusai laga tersebut.
Ibanez dikutip Milanreports.com menuturkan, mereka melatih skema bola mati dengan matang. Itulah yang mereka praktikkan dalam pertandingan untuk memecah kebuntuan di lini depan. ”Kami tahu bola mati adalah kekuatan kami,” ujar bek asal Brasil yang sudah mengemas enam gol sundulan atau terbanyak di antara pemain belakang di Eropa sejak 2020/2021 itu.
Bola mati boleh dibilang senjata yang harus dioptimalkan Roma di balik permainan pragmatis mereka. Sejak ditukangi oleh Mourinho musim lalu, klub berjuluk ”I Giallorossi” alias ”Si Kuning-Merah” itu bermain dengan cara membosankan khas pelatih asal Portugal tersebut.
Secara materi, Roma juga tidak punya ujung tombak ganas yang bisa mencetak gol setiap saat. Terbukti, Roma yang duduk di urutan keenam klasemen Serie A musim lalu hanya membukukan 59 gol atau terminim ketiga di antara tim sepuluh besar, yakni cuma lebih baik daripada Torino di peringkat ke-10 dengan 46 gol dan Juventus di tempat keempat dengan 57 gol.
Musim ini tak lebih baik. Roma yang berada di urutan ketiga hanya mengemas 28 gol. Koleksi gol itu pun tertinggal jauh dibandingkan lima tim yang bersaing untuk empat besar klasemen, yakni Napoli di puncak klasemen dengan 51 gol, Inter Milan di peringkat kedua dengan 40 gol, Lazio di tempat keempat dengan 36 gol, Milan di urutan kelima dengan 37 gol, dan Atalanta di peringkat keenam dengan 39 gol.
Menurut pelatih Napoli Luciano Spalletti, dilansir Sscnapoli.it, Sabtu (28/1/2023), atau sebelum Napoli menjamu Roma pada pekan ke-20, keandalan dalam bola mati mencerminkan Roma pandai memanfaatkan setiap situasi yang mereka temukan. Itu adalah buah dari pengalaman Mourinho dalam menjalankan strategi pragmatisnya. ”Dia (Mourinho) selalu berusaha mengubah setiap hal kecil untuk keuntungan timnya,” kata Spalletti.
Kecerdikan Roma mengoptimalkan bola mati tidak lepas dari keberadaan dua pemain yang punya kaki ”emas”, yakni Dybala dengan kaki kidalnya dan Pellegrini dengan kaki kanannya. Keduanya bergantian menjadi eksekutor tendangan besar, penalti, ataupun sepak pojok.
Dybala dan Pellegrini adalah dirigen 21 gol atau 75 persen dari 28 gol Roma di Serie A musim ini. Rinciannya, Dybala membukukan tujuh gol dan tujuh asis dari 15 laga Serie A, sedangkan Pellegrini mengemas dua gol dan lima asis dari 18 laga. Sebagian besar dari kontribusi mereka itu berasal dari bola mati.
Bola mati yang membawa Roma dari papan tengah ke papan atas memberikan kepercayaan diri kepada Mourinho. Itu pula yang membuat pelatih bermulut besar itu memilih setia kepada Roma di tengah isu kepergiannya ke timnas Portugal, timnas Brasil, dan Liga Inggris.
”Saya bisa saja pergi pada Desember, tetapi saya tidak melakukannya. Saya tinggal di sini karena inilah hidupku. Kadang-kadang orang berpikir kami berjuang di zona degradasi, tetapi nyatanya kami berada di dekat puncak di antara tim-tim hebat,” kata Mourinho, dikutip Asroma.com, Minggu (5/2/2023).