Terpilih Kembali, Ketua Umum PB Perbakin Target Loloskan 10 Petembak ke Olimpiade Paris 2024
Seusai memimpin selama periode 2018-2022, Joni Supriyanto terpilih kembali sebagai ketua umum PB Perbakin untuk masa bakti 2022-2026 dalam Musyawarah Nasional PB Perbakin 2022 di Lapangan Tembak Senayan, Jakarta, Sabtu.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·6 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dengan fondasi sarana dan prasarana yang dibangun selama periode pertama, Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Menembak Indonesia Joni Supriyanto ingin lebih fokus meningkatkan prestasi menembak nasional ke level dunia seusai terpilih kembali dalam Musyawarah Nasional 2022 di Jakarta, Sabtu (17/12/2022). Salah satu target besar terdekatnya adalah meloloskan minimal 10 petembak ke Olimpiade Paris 2024.
”Target saya minimal 10 atlet (lolos) ke Olimpiade 2024. Kalau pembinaan bagus seperti saat ini, kenapa tidak bisa? Saya sudah mendapatkan model pembinaan yang bagus selama periode pertama. Sarana dan prasarana yang dibangun, hampir 90 persen sudah selesai. Pelatih asing sudah dapat yang bagus. Saya juga sudah mengerti mana pengurus yang betul-betul kerja dan mana yang tipu-tipu. Jadi, ke depan untuk periode kedua, saya tinggal konsentrasi kepada prestasi. Sekarang, tinggal bagaimana mengoptimalkan mindset antara pelatih, atlet, dan pengurus,” papar Joni.
Seusai memimpin selama periode 2018-2022, Joni dipilih secara aklamasi untuk meneruskan jabatannya selama 2022-2026. Mantan Panglima Komando Daerah Militer Jayakarta itu adalah calon tunggal yang mendapatkan dukungan penuh dari 34 pengurus provinsi yang hadir dalam musyawarah di Lapangan Tembak Senayan, Jakarta Pusat, tersebut. Bahkan, laporan pertanggung jawabannya tidak dikomplain sedikit pun.
Sejak dimulai pukul 09.00 hingga tuntas pukul 15.00, acara itu berlangsung lancar, santai, dan penuh canda tawa. Adapun Joni memilih Ketua Harian PB Perbakin Siswanto dan Sekretaris Jenderal PB Perbakin Henry Oka menjadi bagian tim formatur sebelum memilih pengurus organisasi untuk empat tahun mendatang.
Dalam laporannya, Joni menyampaikan sejumlah capaian. Dia telah merehabilitasi Lapangan Tembak Senayan yang tidak terpakai dalam Asian Games Jakarta-Palembang 2018 menjadi berstandar dunia yang memiliki fasilitas penunjang, antara lain mes untuk atlet dan pelatih berkapasitas 150 orang.
Pelatnas menembak tidak lagi mati suri, tetapi dipenuhi 135 atlet dari 34 provinsi dengan 25 pelatih dan staf profesional, termasuk 5 pelatih asing dari Iran, India, dan Korea Selatan. Pelatnas itu berjalan tanpa putus sejak 2018 hingga saat ini. Kejuaraan level nasional ataupun internasional pun rutin diselenggarakan, yaitu satu hingga dua kali per bulan. ”Regenerasi atlet dengan sendirinya terjadi kalau kita rutin menyelenggarakan kejuaraan dari level remaja, yunior, dan senior,” ujar Joni.
Kendati anggaran dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) cenderung terbatas, Joni berkomitmen mencari sumber lain secara mandiri. Tak pelak, para petembak nasional pun bisa rutin mengikuti kejuaraan internasional di luar negeri.
Prestasi menanjak
Pelan tetapi pasti, prestasi menembak Indonesia mulai menanjak sejak 2019. Pada SEA Games Malaysia 2017, tim menembak Indonesia hanya meraih satu emas dan berada di urutan keenam dari tujuh negara peserta. Selang dua tahun, prestasi kontingen Merah Putih meningkat drastis dengan raihan 7 emas, 6 perak, dan 2 perunggu, serta ditahbiskan sebagai juara umum menembak SEA Games Filipina 2019. Prestasi juara umum itu dipertahankan dengan merebut 8 emas, 6 perak, dan 2 perunggu dalam SEA Games Vietnam 2021 pada Mei tahun ini.
Selain itu, atlet putri, Vidya Rafika Toyyiba, menjadi petembak pertama Indonesia yang lolos langsung atau tanpa wild card ke Olimpiade di edisi Tokyo 2020 tahun lalu. Walaupun Vidya belum bisa menyumbangkan medali, capaian itu menambah motivasi Joni untuk meloloskan lebih banyak atlet ke pesta olahraga multicabang terbesar sejagat tersebut.
”Tahun 2023, menembak tidak dipertandingkan dalam SEA Games Kamboja. Maka itu, kami akan fokus ke Asian Games (di Hangzhou, China, 23 September-8 Oktober) dan kualifikasi Olimpiade 2024. Namun, Olimpiade jadi target utama karena kita belum pernah juara (meraih medali) Olimpiade,” kata Joni.
Untuk mewujudkan target meloloskan minimal 10 petembak ke Olimpiade 2024, lanjut Joni, dirinya akan tetap berkomitmen mengirim atlet mengikuti setiap kejuaraan kualifikasi yang ada di luar negeri. Indonesia juga mendapatkan kepercayaan menjadi tuan rumah kualifikasi Olimpiade Paris bertajuk Kejuaraan Asia Menembak Senapan dan Pistol di Jakarta, 11-24 Februari 2024.
Saya rasa tidak ada yang tidak mungkin. Sebagai contoh, walau hanya ada dua nomor pertandingan Olimpiade, kita tetap mampu mempertahankan status juara umum SEA Games dari 2019 ke 2021.
”Kualifikasi di Jakarta itu akan menjadi peluang besar untuk kita. Sebab, itu sudah menjadi pengujung kualifikasi. Biasanya, atlet-atlet top juara dunia sudah lolos di awal-awal kualifikasi sehingga biasanya tidak ikut lagi kualifikasi-kualifikasi akhir. Pokoknya, 10 atlet yang ditargetkan itu tidak masalah lolos di nomor pertandingan apa, yang mana ada peluang itu yang dikejar,” tutur Joni.
Bukan mimpi
Glenn C Apfel, pelatih kepala pelatnas menembak, mengatakan, target Joni bukan sekadar mimpi. Melihat sepak terjang dan komitmen Joni, ia menilai target Joni dinilai sangat realistis. ”Saya rasa tidak ada yang tidak mungkin. Sebagai contoh, walau hanya ada dua nomor pertandingan Olimpiade, kita tetap mampu mempertahankan status juara umum SEA Games dari 2019 ke 2021,” tuturnya.
Menurut Glenn, target Joni tidak menjadi beban untuk pengurus. Mereka justru semakin termotivasi membantu Joni mewujudkan target tersebut. ”Kalau bapak (Joni) yakin, kenapa tidak kami mendukung keyakinannya tersebut. Bapak punya niat dan jiwa kepemimpinan yang kuat. Dengan lokomotif yang kencang itu, mau tidak mau, kami yang menjadi gerbongnya ikut kencang. Tidak bisa ragu-ragu,” ucapnya.
Glenn menuturkan, Indonesia paling berpeluang meloloskan petembak di nomor senapan dan pistol angin ataupun api dari 15 nomor pertandingan Olimpiade 2024. Pada dua nomor itu, Indonesia sudah cukup sering lolos ke babak final seri Piala Dunia. Adapun untuk nomor shotgun, target itu cukup sulit karena daya saing Indonesia saat ini masih berada di level Asia Tenggara.
”Kita senapan kuat, sedangkan pistol belakangan meningkat. Dengan begitu, nanti kita tidak hanya membebani (target) senapan saja. Mudah-mudahan, kesempatan senapan dan pistol bisa merata untuk pertandingan individu ataupun beregu. Mereka sudah dekat dengan tiket ke Olimpiade 2024 karena sering lolos final Piala Dunia,” ujarnya.
Wakil I Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Suwarno mengatakan, dibanding era sebelum Joni, kondisi PB Perbakin jauh lebih baik secara infrastruktur, organisasi, dan prestasi. ”Pada 2012, waktu saya masih menjadi Ketua Satlak Prima, atlet menembak pelatnas itu datang menemui saya hampir setiap sore selesai latihan. Mereka mengadu tidak ada pelatih. Pelatih yang ada hanya datang mengantar amunisi, kemudian pergi,” katanya.
Sekarang, lanjut Suwarno, pihaknya bangga dan memberikan apresiasi atas semua perbaikan yang dilakukan oleh Joni dan anggotanya. KONI berharap kinerja PB Perbakin bisa konsisten, berkesinambungan, dan terus lebih baik. Sebab, menurut dia, menembak adalah salah satu cabang harapan Indonesia yang memiliki cita-cita besar menembus peringkat lima besar Olimpiade 2044.
Untuk merealisasikan target itu, Indonesia harus harus meraih minimal 20 medali emas. Dalam Desain Besar Olahraga Nasional (DBON), Kemenpora mengandalkan 12 cabang untuk bisa merebut 20 medali emas tersebut. Sejauh ini, baru bulu tangkis yang memiliki tradisi meraih emas, sedangkan angkat besi terus berusaha memecahkan telur meraih emas.
Adapun cabang-cabang lain yang notabene lumbung medali, seperti atletik, akuatik, dan panahan, Indonesia masih sulit bersaing. Akan tetapi, dengan grafik prestasi terus menanjak, menembak menjadi asa baru sebagai penyumbang medali, bahkan emas, untuk Indonesia dalam Olimpiade. ”Mari jaga prestasi itu agar terus berkelanjutan,” tutur Suwarno.