Tantangan Meningkatkan Performa Atlet Menembak Indonesia
Peningkatan kualitas atlet menembak dan menambah jumlah atlet menembak di Indonesia perlu diupayakan. Meski tak sepopuler olahraga lain, namun menembak punya beragam keunggulan.
Oleh
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
·4 menit baca
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
Petembak Indonesia Wira Sukmana (28) dari kategori pistol sedang berlatih di Lapangan Tembak Perbakin, Senayan, Jakarta, Kamis (24/11/2022). Menurut Wira, lawan terbesar dalam olahraga menembak adalah diri sendiri karena pemain perlu mengendalikan pikiran di bawah tekanan.
JAKARTA, KOMPAS – Kualitas dan kuantitas atlet menembak Indonesia masih belum sebanding dengan negara-negara besar Asia. Sejumlah upaya dilakukan untuk meningkatkan performa para atlet menembak nasional.
Menurut pelatih nasional spesialis senapan Ebrahim Inanlou atau Ali Reza, masih banyak pekerjaan rumah para atlet menembak untuk terus berlatih. Latihan intensif baru saja dimulai sekitar tiga tahun lalu. Untuk atlet senapan laki-laki, setidaknya membutuhkan enam tahun untuk membentuknya dari nol, sedangkan perempuan butuh empat tahun.
Ali mengatakan, olahraga ini berbeda dengan lainnya. Dengan berfokus pada teknik, latihan tiap hari pun dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan para atlet.
Sejumlah petembak di dunia mulai menekuni olahraga ini sekitar 20-25 tahun lalu. Beberapa dari mereka bahkan telah melewati lebih dari 200 pengalaman pertandingan.
Para petembak kita baru memiliki empat hingga lima pengalaman turnamen tingkat dunia dalam kariernya.
“Para petembak kita baru memiliki empat hingga lima pengalaman turnamen tingkat dunia dalam kariernya,” ujar Ali di Lapangan Tembak, Senayan, Jakarta, Kamis (24/11/2022).
Atlet menembak nasional sedang berdiskusi dengan pelatih Ebrahim Inanlou atau Ali Reza di Lapangan Tembak, Senayan, Jakarta, Rabu (23/11/2022). Tim senapan diandalkan untuk meraih medali pada Asian Games 2023.
Meski tim Indonesia tertinggal, ia optimistis bahwa para atlet dapat mengejar skor internasional. Ali berharap, skor tim nasional dapat masuk dalam standar kompetisi internasional dalam dua tahun mendatang. Setelah itu, barulah dapat menargetkan raihan medali pada kejuaraan dunia.
Salah satu program untuk memompa jam terbang serta kemampuan atlet melalui kamp pelatihan di dalam maupun luar negeri. Hal ini telah dilakukan tim pistol yang bekerja sama dengan Korea Selatan, sebab atlet-atlet negara tersebut masuk dalam jajaran terbaik dunia.
“Pelatih tim Korea Selatan menilai, teknik tim Indonesia sudah baik. Tapi kita kurang pengalaman dan durasi berlatih karena rata-rata mereka sudah berlatih lebih dari 10 tahun,” kata pelatih nasional spesialis pistol Bima Putra.
Ada beberapa perbedaan menonjol saat berlatih di dalam maupun luar negeri. Bima mengakui, ilmu keolahragaan (sport science) sangat mumpuni dari segala aspek. Beberapa di antaranya fasilitas tempat makan, kesehatan, dan pusat olahraga. Cuaca yang mendukung turut menambah kondusivitas atlet berolahraga karena siang hari tak terasa panas, berguna mencegah dehidrasi. Posisi tempat berlatih pun berada di dataran tinggi, sehingga baik untuk olah fisik.
Selain program tersebut, Bima sepakat dengan Ali bahwa para petembak Indonesia membutuhkan asupan kompetisi. Hal ini sekaligus meningkatkan jam terbang atlet-atlet Indonesia.
Sejumlah atlet menembak kategori pistol 10 meter dalam pemusatan latihan nasional di Lapangan Tembak Perbakin, Senayan, Jakarta, Kamis (24/11/2022). Mereka berlatih untuk sejumlah turnamen internasional 2023, seperti ISSF World Cup Rifle/Pistol, Asian Rifle/Pistol Cup 2023, dan Asian Games 2022.
Upaya mendongkrak minat
Minat masyarakat terhadap olahraga menembak yang masih rendah menjadi tantangan tersendiri bagi Persatuan Berburu dan Menembak Seluruh Indonesia (Perbakin). Sebab popularitasnya memang lebih rendah dari olahraga lain, seperti bulu tangkis dan sepak bola.
Menurut pelatih spesialis senapan Rendy Ratulangi, minat menembak rendah karena kerap dikonotasikan negatif bagi sebagian orang. Alasannya, menembak erat kaitannya dengan senjata, sehingga berstereotipe buruk dan berbahaya.
Selain itu, olahraga menembak identik dengan tentara dan polisi. Alhasil, hanya segelintir orang yang tertarik mendalami olahraga ini.
Rendy menambahkan, olahraga ini memang tak diperuntukkan bagi semua orang karena sifatnya monoton. Sebagai contoh, latihan tak selalu menggunakan peluru. Jika seseorang tak menikmati, maka ia akan cenderung bosan.
Rendahnya minat ini juga tampak saat kejuaraan-kejuaraan berlangsung. Saat Pekan Olahraga Nasional (PON), masyarakat awam tak tertarik melihat performa petembak Indonesia. “Yang nonton rata-rata petembak juga. Masyarakat awam enggak tertarik karena mengerti pun enggak,” kata Rendy.
Tim senapan berlatih dalam pemusatan latihan nasional di Lapangan Tembak, Senayan, Jakarta, Rabu (23/11/2022). Dari sederet turnamen internasional pada 2023, Pengurus Besar Persatuan Berburu dan Menembak Seluruh Indonesia (PB Perbakin) memprioritaskan Asian Games untuk meraih setidaknya satu medali perak.
Pendidikan untuk memperkenalkan olahraga menembak pun tengah digarap Perbakin. Sosialisasi tentang olahraga menyasar sekolah-sekolah dasar hingga menengah di sejumlah daerah. Setelah itu, pihaknya juga mencari bibit atlet ketika mengunjungi institusi pendidikan tersebut dengan melakukan uji coba pada murid-murid sekolah.
Tak hanya itu, memperkenalkan olahraga ini juga dilakukan dengan membuka akses lapangan tembak bagi siapa saja. Mereka dapat menggunakan fasilitas-fasilitas ini yang sudah tersebar di berbagai daerah tingkat kota dan kabupaten.
Ketua Komite Kepelatihan dan Pendidikan Pengurus Besar Perbakin Glenn Clifton Apfel mengatakan, menembak memiliki sejumlah keunggulan dibanding olahraga lain. Pertama, postur tubuh bukan syarat khusus untuk memainkan olahraga tersebut. Siapa saja dapat memainkan olahraga menembak. Kemudian, atlet dapat berusia belasan tahun hingga 50-an tahun.
Selain itu, saingan para petembak tak sebanyak cabang olahraga lain. “Yang penting seseorang mau sungguh-sungguh dan memiliki kemauan. Wadah untuk mendalami olahraga ini besar,” ujar Glenn.
Olahraga ini tergolong aman dibanding cabang lainnya. Tak banyak melibatkan kontak fisik secara langsung karena mengandalkan alat.