Peserta Seleksi Sentra Pembinaan Belum sesuai Harapan
Akibat masa pengumuman pendaftaran cenderung mendadak dan terlalu singkat, jumlah peserta seleksi pembinaan DBON belum sesuai harapan. Terbukti, jumlah peserta yang gugur seleksi hari pertama cukup banyak.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·7 menit baca
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Anak-anak mengikuti seleksi hari pertama pembinaan Desain Besar Olahraga Nasional di Universitas Negeri Jakarta, Rabu (13/7/2022). Hari pertama seleksi terdiri dari tes antropometri, kesehatan umum, serta biomotorik umum dan spesifik.
JAKARTA, KOMPAS — Akibat masa pengumuman pendaftaran cenderung mendadak dan terlalu singkat, yakni 3-10 Juli, jumlah peserta yang ikut seleksi calon olahragawan pada sentra latihan olahragawan muda nasional dari implementasi Desain Besar Olahraga Nasional atau DBON belum sesuai harapan. Terbukti jumlah peserta yang gugur pada seleksi hari pertama cukup besar dan performa mereka pada seleksi hari kedua tidak terlalu istimewa.
”Banyak yang menyesalkan waktu sosialisasi yang mendadak dan terlalu sempit. Apalagi pendaftaran dibuka pas anak-anak sedang libur sekolah. Akhirnya, jumlah peserta yang ikut seleksi dan performanya belum sesuai harapan. Andai sosialisasi lebih panjang, minimal tiga bulan, kami yakin jumlah peserta yang ikut lebih banyak dan berpeluang dapat calon siswa lebih potensial. Jadi, saat ini, kami berupaya mendapatkan yang benar-benar terbaik dari pilihan yang terbatas,” ujar Wakil Ketua II Pengurus Pusat Persatuan Panahan Indonesia (PP Perpani) Alman Hudri saat ditemui di Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Kamis (14/7/2022).
Alman mengatakan, jumlah yang mendaftarkan untuk cabang panahan ada 42 orang di UNJ. Setelah seleksi administrasi, tersisa 32 orang yang ikut seleksi tahap selanjutnya. Pada seleksi hari pertama, Rabu (13/7/2022), mereka menjalani tes antropometri, kesehatan umum, serta tes biomotorik umum dan spesifik. Seusai rangkaian seleksi itu, ada 15 orang yang gugur dan 17 sisanya lulus untuk ikut tes keterampilan spesifik cabang olahraga yang diawasi langsung pengurus cabang terkait, Kamis.
Lima belas orang itu gugur karena tidak memenuhi sejumlah kriteria, antara lain tinggi badan, kesehatan mata, kekuatan tubuh, kelenturan, koordinasi, konsentrasi, dan kecepatan. ”Kami tidak dengan sengaja memangkas mereka (peserta). Kami memang mengukur sesuai parameter yang ada dari Kemenpora. Itu memang penting untuk masa depan mereka selama pembinaan. Contohnya tinggi badan, kalau tidak memenuhi, mereka akan kesulitan untuk bersaing dengan atlet-atlet negara lain yang tinggi rata-ratanya sudah di atas 170 sentimeter (cm),” tegasnya.
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Anak-anak mengikuti seleksi hari kedua sentra pembinaan Desain Besar Olahraga Nasional di Universitas Negeri Jakarta, Kamis (14/7/2022). Hari kedua seleksi terdiri dari tes keterampilan spesifik cabang yang diminati.
Namun, 17 orang yang tersisa pun tidak terlalu istimewa. Menurut Alman, mereka terdiri dari lima putri dan 12 putra. Mereka menjalani dua sesi dengan total 72 kali memanah. Tim penyeleksi mengamati teknik dasar mereka dan hasil total skor. Kalau teknik dasar sudah baik dan total skor mumpuni, mereka kemungkinan besar lolos ke tes psikologi, Jumat (15/7/2022). Kalau teknik baik dan total skor kurang baik, mereka tetap berpeluang lolos. Kalau teknik buruk dan total skor bagus, mereka masih dipertimbangkan.
Paling berat di putri, dari lima orang, cuma dua orang yang cukup bagus. Di putra, dari 12 orang, macet-macetnya dapat empat oranglah yang layak diterima.
Alman menuturkan, panahan mendapatkan kuota 10 orang. Akan tetapi, dengan kapasitas peserta itu, kemungkinan besar hanya 6 orang yang didapat. ”Paling berat di putri, dari lima orang, cuma dua orang yang cukup bagus. Di putra, dari 12 orang, macet-macetnya dapat empat orang lah yang layak diterima,” katanya.
Ketua Komisi Kepelatihan dan Pendidikan Pengurus Besar Persatuan Menembak dan Berburu Seluruh Indonesia (PB Perbakin) Glenn Clifton Apfel mengatakan, dari 22 orang yang ikut seleksi hari pertama, ada 20 orang yang ikut seleksi hari kedua. Dua orang gugur karena koordinasi dan fisik tidak sesuai harapan.
Dari 20 orang itu, PB Perbakin dituntut untuk mencari bakat berlian. Caranya, mencari peserta yang bisa selalu menembak di angka 10 dari kesempatan yang disediakan setelah lolos tes konsentrasi dan daya ingat dalam rangkaian tes keterampilan cabang. ”Dengan fasilitas yang disiapkan sentra DBON, antara lain sekolah, akomodasi, konsumsi, dan fasilitas latihan gratis, pengurus cabang dituntut untuk mencari bakat berlian yang benar-benar bisa dicetak menjadi juara internasional,” ungkapnya.
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Salah satu peserta pembinaan Desain Besar Olahraga Nasional di Universitas Negeri Jakarta, Kamis (14/7/2022). Hari kedua seleksi terdiri dari tes keterampilan spesifik cabang yang diminati.
Namun, lanjut Glenn, belum ada peserta yang bisa selalu menembak di angka 10. Padahal, panitia menyiapkan alat bantu untuk menyanggah senjata. ”Banyak yang bertanya, tes apa ini? Kok, ada alat bantunya. Ternyata, walau sudah dikasih alat bantu, tetap tidak ada yang mampu selalu menembak di angka 10,” ujarnya.
Maka itu, Glenn menuturkan, mau tidak mau pihaknya tetap coba memilih yang terbaik dari apa yang ada. Tujuannya, agar program awal ini bisa tetap berjalan. Akan tetapi, ketika program sudah berjalan, pihaknya tetap akan mencari bibit lain. Tidak menutup kemungkinan, bibit baru itu ditarik untuk menambah atau menggantikan peserta yang diterima lebih dahulu.
”Kami diberi kuota tujuh orang. Kalau tidak dapat bakat berlian, kami tetap coba memaksimalkan apa yang ada untuk mengisi kuota tersebut. Tetapi, sambil program berjalan, kami akan terus mencari bakat yang lain. Intinya, program ini harus ada promosi dan degradasi. Tujuannya, agar yang sudah diterima tidak berada di zona nyaman,” terangnya.
Angkat besi beruntung
Kepala Bidang Pembinaan Prestasi Pengurus Besar Perkumpulan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PB PABSI) Hadi Wihardja menyampaikan, pihaknya sedikit lebih beruntung. Sebab, dari lima peserta yang tersisa, semuanya memiliki bakat cukup mumpuni.
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Anak-anak mengikuti seleksi hari kedua sentra pembinaan Desain Besar Olahraga Nasional di Universitas Negeri Jakarta, Kamis (14/7/2022). Hari kedua seleksi terdiri dari tes keterampilan spesifik cabang yang diminati.
Salah satunya, peserta asal Tangerang, Banten Alyamaulida Karika (14). Dalam tes keterampilan cabang, Alya mampu memecahkan rekor pribadinya, yakni snatch 60 kilogram (kg) dan clean and jerk 76 kg dalam latihan tahun ini, menjadi snatch 66 kg pada angkatan ketiga tes dan clean and jerk menjadi 78 kg pada angkatan kedua tes.
Secara postur, Alya yang berlaga di kelas 74 kg punya tinggi cukup ideal, yakni sekitar 165 cm. Dia sudah memenuhi kriteria minimal 162 kg, bahkan dianggap cukup tinggi untuk lifter seusianya. Lifter lainnya ada yang bisa memecahkan salah satu angkatan itu dan tiga sisanya bisa mendekati atau menyamai rekor di kedua atau salah satu angkatan tersebut.
Hadi yang sangat teliti mengamati teknik para peserta itu beberapa kali mengacungkan jempol melihat penampilan mereka. ”Mereka ini memang sudah rutin berlatih karena menjadi anggota klub di daerahnya masing-masing. Secara teknik dasar, mereka telah memenuhi pakem-pakem yang ada, seperti teknik lempar kaki dan kunciannya. Untuk itu, saya cukup puas melihat mereka,” ujarnya.
Ayah Alya, Albert Tri (46), mengutarakan, selama ini di daerah, program pembinaan tidak berkelanjutan. Fasilitas yang ada pun terbatas. Kalau dibiarkan terus di daerah, Alya yang dinilai berbakat akan sulit untuk berkembang lebih baik. ”Makanya, Alya yang bercita-cita juara Olimpiade bertekad ikut seleksi ini dan kami juga sangat mendukung. Semoga program sentra DBON ini benar-benar bisa membantu Alya mewujudkan mimpi tersebut,” pesan Albert.
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Salah satu peserta sentra pembinaan Desain Besar Olahraga Nasional di Universitas Negeri Jakarta, Kamis (14/7/2022). Hari kedua seleksi terdiri dari tes keterampilan spesifik cabang yang diminati.
Mengoptimalkan yang ada
Ketua Tim Pakar UU No 11/2022 dan DBON sekaligus Ketua Tim Review Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional (PPON) Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Prof Dr Moch Asmawi mengatakan, jumlah peserta yang didapat memang belum sesuai harapan. Ada 799 siswa yang baru lulus sekolah dasar yang ikut seleksi tahap berikutnya. Seleksi itu dilakukan di empat perguruan tinggi, yakni Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di Bandung, Jawa Barat, Universitas Negeri Semarang (Unnes), dan Universitas Negeri Surabaya (Unesa).
Namun, agar program awal bisa dimulai, mereka coba mengoptimalkan peserta yang ada. Caranya, seleksi dituntut ketat seobyektif mungkin. Setidaknya, lanjut Asmawi, ada 209 siswa yang ikut seleksi hari pertama di UNJ. Setelah itu, tim penyeleksi memutuskan ada 79 siswa yang gugur sehingga tersisa 130 siswa yang menjalani seleksi keterampilan cabang.
”Mereka gugur karena tidak memenuhi sejumlah komponen penting untuk cabang yang diminati. Itu antara lain ada yang tidak lolos tes buta warna, ada yang memakai kacamata, tidak lolos catatan waktu lari 20 meter, tidak punya keseimbangan ataupun kelenturan tertentu, dan ada yang memiliki riwayat cedera,” katanya.
Menurut Asmawi yang masih aktif sebagai akademisi UNJ, mereka tidak mengharuskan ada pemangkasan sehabis tes. Keputusan itu murni diambil karena kapasitas peserta seleksi memang tidak bisa ditoleransi. Contohnya kalau ada yang cedera. Kendati punya kemampuan cukup menjanjikan, itu terlalu berisiko untuk diterima. Sebab, boleh jadi, cedera kambuh dan mengganggu proses pembinaan. Ujung-ujungnya, bukan menjadi tempat pembinaan, melainkan tempat penyembuhan.
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Anak-anak peserta seleksi hari kedua sentra pembinaan Desain Besar Olahraga Nasional di Universitas Negeri Jakarta, Kamis (14/7/2022). Hari kedua seleksi terdiri dari tes keterampilan spesifik cabang yang diminati.
”Harapan kami tentu ingin mendapatkan siswa sebanyak-banyaknya. Tetapi, kalau tidak memenuhi kriteria, mau tidak mau mereka gugur. Sebab, kami ingin mendapatkan calon siswa yang benar-benar berkualitas agar pembinaan bisa melahirkan hasil optimal. Apalagi pembinaan itu tujuannya jangka panjang, yakni untuk 10 tahun ke depan atau untuk ke Olimpiade 2028 atau 2032,” papar Asmawi.