Belanda mengalami transformasi bermain dari ”total football” yang menyerang nan menghibur menjadi lebih pragmatis. Namun, tidak berarti mereka bisa diremehkan.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·6 menit baca
DOHA, JUMAT — Kisah kejayaan total football, taktik sepak bola menyerang nan menghibur yang lekat dengan Belanda, nyaris tak membekas dalam Piala Dunia Qatar 2022. Namun, bukan berarti ”Oranje” menjadi tim yang bisa diremehkan. Transformasi permainan Belanda yang lebih pragmatis justru menghadirkan teror bak The Flying Dutchman, dongeng kapal hantu yang mengancam tanpa terduga di tengah samudra.
Pola permainan itu akan tetap diusung Belanda menghadapi Amerika Serikat yang sulit ditebak dalam laga 16 besar di Stadion Internasional Khalifa, Doha, Sabtu (3/12/2022). ”Tentu, kami lebih suka bermain menyerang, menang 5-0 setiap laga, dan menjadi juara. Namun, mewujudkannya tidak sesederhana itu. Apalagi mula fase gugur, tidak penting lagi bagaimana cara untuk menang. Bahkan, jika perlu melalui penalti. Saya tidak keberatan menjadi juara dunia tanpa bermain indah,” ujar gelandang Belanda, Marten de Roon, seperti dilansir ESPN, Jumat (2/12/2022).
Permainan Belanda pada Piala Dunia ini banyak mengundang kritikan. Memang, tim ”Oranje” bisa keluar sebagai juara Grup A dengan 7 poin dari tiga laga. Namun, mereka tidak menunjukkan kapasitasnya sebagai tim elite dunia sepanjang laga penyisihan tersebut.
Belanda sedikit beruntung mendapatkan dua gol terlambat saat bisa menang 2-0 atas Senegal di laga pembuka. Ketika imbang 1-1 dengan Ekuador pada laga kedua, Virgil van Dijk dan kawan-kawan tidak lebih baik. Bahkan, mereka lebih banyak terancam oleh serangan cepat Ekuador di pengujung laga.
Pada laga pamungkas, Belanda tidak mengesankan saat menang 2-0 atas Qatar, yang secara level permainan dan komposisi pemain jauh di bawah mereka. ”Kami sedang mencari (bentuk permainan), itu jelas. Kami berharap bisa menjadi lebih, kami semua berharap demikian. Namun, yang penting tujuan pertama kami tercapai, bisa lolos ke babak berikutnya,” kata De Roon.
Di bawah standar
Performa Belanda saat ini jauh di bawah standar seperti yang mereka tampilkan di Piala Dunia Brasil 2014, partisipasi terakhir mereka sebelum absen pada Piala Dunia Rusia 2018 dan kembali di Qatar 2022. Ketika itu, dengan ruh total football, Belanda tampil begitu menonjol tanpa celah.
Sepanjang fase grup Piala Dunia 2014, Belanda menggasak juara bertahan Spanyol, 5-1, menundukkan raksasa zona Asia, Australia, 3-2, dan menghajar tim potensial Chile, 2-0. Performa apik Belanda berlanjut dengan mengalahkan Meksiko, 2-1, di 16 besar dan menang adu penalti, 4-3 (0-0), atas Kosta Rika di perempat final, sebelum kalah adu penalti, 2-4 (0-0), dari Argentina di semifinal. Robin van Persie dan kawan-kawan menutup petualangan mereka menempati peringkat ketiga setelah menundukkan tuan rumah Brasil, 3-0.
Menanggapi ketidakpuasan banyak penggemar tentang penampilan Belanda, Pelatih Belanda Louis van Gaal menyebut, timnya tampil tak terlalu buruk. ”Saya tidak setuju dengan Anda. Itu pendapat Anda, tetapi menurut saya bukan pendapat yang benar. Saya pikir tidak sedikit orang yang bangga kami melaju ke babak berikutnya. Penilaian terhadap kami tidak seburuk yang Anda katakan,” tegas Van Gaal.
Semua kritikan tak sedikit pun mengurangi kepercayaan diri Van Gaal kepada anak asuhnya. Bahkan, pelatih berusia 71 tahun itu sesumbar bisa membawa Belanda mencapai prestasi lebih baik seperti yang dilakukannya di Piala Dunia 2014. ”Jika Anda mengatakan, 16 besar sudah cukup atau perempat final sudah cukup, itu bukan cara yang tepat untuk melakukan sesuatu. Cara yang tepat untuk melakukan sesuatu adalah berpikir bahwa Anda akan menjadi juara, juara dunia,” tuturnya dikutip laman USA Today.
Salah satu alasan Van Gaal adalah komposisi pemain yang dinilai jauh lebih baik dibandingkan dengan Brasil 2014. Kini, Belanda dihuni oleh pemain muda berbakat yang menjadi penerus tradisi tim ”Kincir Angin” sebagai gudang pencetak calon pemain bintang. ”Kami memiliki skuad yang luar biasa dan kami telah menunjukkan permainan yang lebih dari cukup,” terang gelandang Frenkie de Jong.
Di antara pemain muda yang menonjol, antara lain penyerang Cody Gakpo. Pemain berusia 23 tahun itu sudah mengemas tiga gol dari tiga laga penyisihan grup. Koleksi gol itu mengantarkannya bersanding dengan empat striker lain, yaknni Enner Valencia (Ekuador), Marcus Rashford (Inggris), Kylian Mbappe (Perancis), dan Alvaro Morata (Spanyol), di puncak daftar pencetak gol terbanyak sementara.
”Hal terpenting bagi kami adalah memenangi pertandingan. Jika saya bisa berkontribusi dengan gol, hal itu sangat bagus untuk saya dan tim. Jika saya tidak bisa mencetak gol dan kami menang, itu juga bagus,” ujar Gakpo merendah seperti dikutip BBC, Selasa (29/11/2022).
Hal terpenting bagi kami adalah memenangi pertandingan. Jika saya bisa berkontribusi dengan gol, hal itu sangat bagus untuk saya dan tim.
Menyiapkan adu penalti
Terlepas dari itu, Belanda tidak mau meremehkan Amerika Serikat. Walau tidak memiliki sejarah kuat di Piala Dunia, Amerika Serikat tetap bisa mengancam. Apalagi tim berjuluk ”The Yanks” itu mampu mendampingi Inggris lolos dari fase Grup B dengan menyingkirkan Iran dan Wales.
”Saya tahu dari pengalaman bahwa bertanding melawan negara-negara seperti Amerika Serikat dan Australia selalu sangat sulit. Mereka sangat fanatik dan tajam. Delapan tahun lalu, kami hanya menang tipis 3-2 atas Australia di penyisihan grup,” ujar Van Gaal yang menjalani periode ketiga menukangi Belanda.
Bahkan, mengantisipasi permainan ketat yang berujung imbang, Van Gaal menyiapkan latihan khusus untuk menghadapi adu penalti. Seperti dilansir Football-oranje.com, Kamis (1/12/2022), De Roon mengonfirmasi persiapan tersebut.
”Saya pikir semua tim telah berlatih untuk adu penalti. Hal itu bisa terjadi kapan saja. Pelatih telah meminta kami berlatih penalti sejak pertandingan internasional sebelum Piala Dunia. Tentu saja, Anda tidak bisa menyimulasikan tekanan saat mengambil penalti di Piala Dunia, tetapi lebih untuk membiasakan diri cara melakukan penalti,” ujar de Roon.
Amerika Serikat tidak akan pasrah begitu saja meskipun sejarah pertemuan tidak memihak, yakni hanya menang sekali dan sisanya kalah empat kali dari Belanda, yang semuanya dalam laga uji coba. Asa menang kali ini tetap ada. Lagi pula, di perjumpaan terakhir pada 5 Juni 2005, ”The Stars and Stripes” justru bisa menang 4-3 atas Belanda.
”Kami pantas berada di posisi kami saat ini dan kami ingin terus maju. Sekarang, kami berpikir bagaimana untuk pulih (setelah menang 1-0 atas Iran di laga terakhir grup) dan bersiap bermain melawan Belanda yang sangat bagus, dilatih dengan sangat baik, dan banyak pemain berkualitas. Kami harus memikirkan cara untuk mengalahkan mereka,” kata Pelatih Amerika Serikat Gregg Berhalter.
Terbawa euforia
Amerika Serikat tengah dalam euforia untuk bisa menyamai prestasi terbaik mereka menembus perempat final Piala Dunia Korea Selatan-Jepang 2002. Semua pemain bersatu dan saling menguatkan yang turut membuat penyerang mereka, Christian Pulisic, punya energi ganda untuk pulih lebih cepat.
Pulisic menjadi pahlawan kemenangan lewat gol tunggalnya di menit ke-38 ke gawang Iran. Namun, usai gol itu, Pulisic bertabrakan dengan kiper Iran yang menyebabkan dirinya ditarik keluar untuk mendapatkan perawatan medis intensif.
”Itulah yang benar-benar membuat kami istimewa. Anda dapat memiliki banyak pemain berbakat atau pemain yang bermain di klub-klub top dunia, tetapi tanpa persaudaraan, tanpa aspek keluarga, kami tidak akan berada di posisi ini,” ungkap Pulisic kepada USA Today, Kamis.
Amerika Serikat yang tidak identik dengan sepak bola sedang dilanda demam sepak bola karena aksi luar biasa yang ditunjukkan tim AS di Qatar. Bahkan, Presiden AS Joe Biden menyempatkan diri memberikan ucapan selamat kepada tim yang menang atas Iran.
Dukungan itu bisa menjadi sumber energi magis yang bisa membawa Amerika Serikat melampaui prestasi 20 tahun silam. ”Ketika saya berbicara denga pelatih dan para pemain, saya berkata bahwa kalian bisa melakukan ini. Mereka pergi, mereka berhasil. Tuhan mencintai mereka,” kata Biden setelah menyampaikan pidato tentang rencana ekonominya di Bay City, Michigan. (AP/AFP/REUTERS)