“Si Oranye” ingin memperbaiki performa kurang menggigit pada dua laga awal, sementara “Si Marun” berupaya mengembalikan kebanggaan tuan rumah.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
AL KHOR, SENIN Laga terakhir Grup A terasa seperti final bagi Belanda. Selain untuk mengamankan tiket ke babak gugur, mereka juga akan berupaya mengembalikan roh Total Football. Tanpa gaya bermain mengalir itu, "Si Oranye" mustahil bisa melangkah jauh pada Piala Dunia Qatar 2022.
Belanda akan menantang tim tuan rumah Qatar di Stadion Al Bayt, Kota Al Khor, pada Senin (28/11/2022). Mereka hanya butuh hasil imbang untuk lolos ke 16 besar. Meskipun begitu, tim asuhan pelatih van Gaal itu bertekad mencuri kemenangan demi finis sebagai juara grup.
Jika di peringkat kedua, Virgil van Dijk dan rekan-rekan akan menghadapi juara Grup B yang kemungkinan diraih Inggris. Mereka butuh banyak gol karena memiliki poin sama dengan Ekuador (empat poin). Selisih gol menjadi penentu andai kedua tim menang.
Van Gaal ingin performa timnya membaik. Pelatih berusia 71 tahun itu kecewa dengan penampilan timnya pada dua laga pertama. Jika lolos grup dengan performa serupa, mereka hanya sebatas menunda waktu tersingkir dari turnamen.
"Jika ingin menjadi juara dunia, kami harus banyak berkembang karena kualitas lawan yang belum kami hadapi berada di level yang jauh lebih tinggi. Kami buruk dalam penguasaan bola dan banyak kalah dalam perebutan bola. Itu bukan pertanda bagus," kata van Gaal.
Si Oranye hanya menghasilkan rerata enam tembakan per laga, atau paling sedikit di grup. Qatar yang sudah dipastikan tidak lolos grup, bahkan mencatat rata-rata tembakan 7,5 kali. Adapun tiga gol Belanda berawal dari total empat tembakan ke gawang selama turnamen.
Statistik itu mengkhawatirkan karena gaya bermain mereka jauh dari yang diharapkan. Penguasaan bola biasanya menjadi fondasi permainan van Gaal dengan formasi 3-5-2. Namun, mereka hanya mencatat penguasaan bola tidak terlalu dominan, 52,6 persen.
Mirisnya, penguasaan bola lebih banyak di separuh lapangan sendiri. Belanda kurang progresif karena pergerakan pemain sangat minim. Permainan mereka tidak mengalir. Dua bek sayap yang seharusnya menjadi titik awal serangan, Daley Blind dan Denzel Dumfries, kurang berkontribusi.
Kami buruk dalam penguasaan bola dan banyak kalah dalam perebutan bola. Itu bukan pertanda bagus.
Belanda membutuhkan roh Total Football. Mereka perlu mendominasi permainan melalui kombinasi umpan cepat dan pergerakan mengalir. Tim ini tidak punya individu yang dominan dalam duel satu lawan satu, seperti Brasil. Mereka bisa produktif ketika bermain sederhana nan kompak.
Bagi Si Oranye, Qatar menjadi lawan paling tepat untuk mengembalikan kepercayaan diri mereka. Tim tuan rumah kalah beruntun dalam dua laga dan kemasukan lima gol. Qatar baru mencetak satu gol karena lebih banyak fokus bertahan.
Pelatih Qatar Felix Sanchez Bas percaya anak asuhnya bisa bangkit pada laga terakhir. Mereka tidak akan membiarkan persiapan 12 tahun berakhir tanpa kebanggaan. Jika kalah lagi, "Si Marun" akan menjadi tuan rumah pertama yang kalah pada tiga laga babak grup.
"Kami ingin lebih kompetitif saat bertemu Belanda. Kami tidak bisa melewatkan begitu saja peluang bertemu dengan tim besar seperti Belanda. Jadi kami berencana untuk tampil sebaik mungkin," ujar Sanchez.
Formasi andalan van Gaal, 3-5-2, menjadi salah satu sorotan penyebab kurang bergairahnya permainan Belanda. Formasi itu dinilai terlalu pragmatis. Kapten Belanda, van Dijk, bahkan sempat mengaku tidak cocok dengan formasi itu sebelum berangkat ke Qatar.
Van Gaal mengubah formasi dari 4-3-3 jadi 3-5-2 setelah kualifikasi Piala Dunia zona Eropa. Dia ingin mempertahankan sistem itu karena pernah sukses membawa Belanda ke semifinal Piala Dunia Brasil 2014. Padahal, Si Oranye bermain sangat ofensif dengan formasi 4-3-3. Mereka mencatat 33 gol dalam 10 laga kualifikasi dengan rerata penguasaan bola hingga 67 persen.
Aksi penyerang muda Belanda Cody Gakpo (23) kembali menjadi sorotan utama. Pemain debutan pada Piala Dunia itu telah mencetak dua gol. Dia sedang dalam performa terbaik setelah berkontribusi dalam 34 gol dari 28 penampilan terakhir untuk klub dan negara. Dia mencetak 16 gol dan 18 asis.
Sementara itu, Senegal dan Ekuador akan berebut tiket lolos demi sejarah masing-masing. Senegal bisa lolos pertama kali ke fase gugur sejak terakhir 2002, ketika pelatih saat ini Aliou Cisse, masih bermain untuk timnas. Syaratnya, mereka wajib menang atas Ekuador.
Senegal yang saat ini mengoleksi 3 poin, masih bisa lolos jika laga berakhir imbang. Namun, Qatar harus menang lebih dari dua gol atas Belanda. Yang mana, dilihat dari tren dan kekuatan tim, kemungkinan tersebut akan sangat kecil.
Ekuador, sama seperti Belanda, hanya butuh hasil imbang. Jika berhasil, mereka akan lolos ke 16 besar untuk kedua kali dalam sejarah keikusertaan di Piala Dunia. Adapun Ekuador pertama kali lolos ke babak gugur pada Piala Dunia Jerman 2006.
Cisse punya kepercayaan lebih terhadap timnya. Tanpa penyerang andalan Sadio Mane yang cedera, skuad "Singa Teranga" akhirnya mampu mencetak gol. Mereka mencetak tiga gol sekaligus ke gawang Qatar yang dicetak pemain berbeda, yaitu Bamba Dieng, Boulaye Dia, dan Famara Diedhiou.
"Namun, kami harus berkonsetrasi lebih baik lagi untuk mencegah kemasukan seperti yang terjadi lawan Qatar. Ekuador akan menjadi lawan yang berbeda," ucap Cisse yang mengantar Senegal juara Piala Afrika pada awal tahun ini.
Pertahanan Ekuador akan sangat menyulitkan Senegal. Dengan para pemain bertubuh atletis, mereka sangat intens menekan lawan. Alhasil, tim lawan kesulitan masuk ke dekat kotak penalti. Mereka baru menghadapi tujuh tembakan tim lawan selama dua laga di Qatar.
Enner Valencia begitu tajam di depan. Sang kapten tim sudah mencetak tiga gol hanya dari tujuh tembakan. Valencia yang mencetak enam gol terakhir Ekuador di Piala Dunia, bisa menjadi mimpi buruk bagi Senegal. (AP/REUTERS)