Bintang terbesar dari Grup C Piala Dunia 2022, Lionel Messi di Argentina dan Robert Lewandowski di Polandia, terus berjuang mencari keabadian. Meski sulit, mereka bertekad menjejakkan tinta emas di Piala Dunia kali ini.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
Dua bintang terbesar Grup C Piala Dunia Qatar 2022, Lionel Messi di Argentina dan Robert Lewandowski di Polandia, akhirnya dengan susah payah membawa tim masing-masing melaju ke 16 besar. Messi dan Lewandowski telah mendapatkan segalanya di level klub, tetapi belum ada warisan besar yang ditinggalkan di level timnas. Motivasi itu mendorong mereka terus berjuang meski usia membuat mereka tertatih menuju keabadian di pentas dunia.
Nyaris saja mimpi Messi dan Lewandowski berakhir lebih dini di Piala Dunia ini. Itu tak lain akibat start lambat tim masing-masing di laga pembuka Grup C. Pada laga yang berlangsung Selasa (22/11/2022), Messi bersama Argentina takluk 1-2 secara mengejutkan dari Arab Saudi, sedangkan Lewandowski bersama Polandia hanya bermain imbang 0-0 dengan Meksiko.
Perasaan kalut langsung menaungi karena tampaknya mereka akan mengakhiri karier di Piala Dunia dengan tragis. Wajar saja, usia Messi dan Lewandowski telah di pengujung senja. Dengan usia Messi yang sudah berusia 35 tahun dan Lewandowski 34 tahun, hampir mustahil mereka akan tetap bermain untuk Piala Dunia 2026.
Saya sadar ini mungkin Piala Dunia terakhir saya dan saya ingin mengatakan bahwa saya telah bermain dan mencetak gol di Piala Dunia.
Piala Dunia selanjutnya berlangsung di tiga negara Amerika Utara, Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko. ”Saya sadar ini mungkin Piala Dunia terakhir saya dan saya ingin mengatakan bahwa saya telah bermain dan mencetak gol di Piala Dunia,” ujar Lewandowski menggambarkan tekad realistisnya.
Dunia pun telah berprasangka, era Messi dan Lewandowski sudah berakhir. Namun, mereka coba melawan takdir. Pada laga kedua Grup C akhir pekan kemarin, asa keduanya terbit kembali. Masing-masing dengan sumbangan satu gol, Messi mengantarkan Argentina menang 2-0 atas Meksiko dan Lewandowski membantu Polandia menundukkan Arab yang penuh semangat 2-0.
”Sulit untuk membuat orang mengerti bahwa matahari akan terbit besok, menang atau kalah. Yang terpenting adalah bagaimana Anda melakukan sesuatu,” ucap pelatih timnas Argentina Lionel Scaloni setelah timnya mengalahkan Meksiko.
Partai terakhir Grup C, Kamis (1/12/2022) dini hari WIB, pun menjadi hari penentuan nasib keduanya. Dan sekali lagi, semesta berpihak kepada mereka.
Kemenangan 2-0 Argentina atas Polandia dan kekalahan 1-2 Arab dari Meksiko mengantarkan Argentina dan Polandia yang melaju ke babak berikutnya.
Argentina menjadi juara grup yang didampingi Polandia. ”Kami mencapai tujuan pertama kami, yaitu keluar dari grup setelah memulai dengan cara yang tidak kami inginkan (kalah dari Arab Saudi),” ujar Messi yang baru saja melampaui rekor legenda Argentina Diego Maradona sebagai orang Argentina dengan jumlah laga Piala Dunia terbanyak, 22 pertandingan.
Di laga pamungkas itu, Messi dan Lewandowski sama-sama bermain antiklimaks. Messi gagal mengonversi penalti menjadi gol dan Lewandowski tak berkutik sepanjang laga. Namun, keduanya tetap bersyukur karena akhirnya tidak jadi angkat koper lebih cepat dari Qatar. Angan-angan menjejakkan tinta emas di Piala Dunia masih terbuka.
Belum sempurna
Kisah Messi dan Lewandowski tak ubahnya kompetitor mereka di Grup H, sang megabintang Portugal Cristiano Ronaldo. Ketiganya boleh dikata barisan penyerang terbaik di awal abad ke-21. Selain lesatan ratusan gol, sudah tak terhitung pula penghargaan individu yang didapat dan trofi juara yang dipersembahkan untuk klub masing-masing.
Akan tetapi, tetap ada pengganjal yang membuat karier luar biasa mereka belum sempurna. Messi dan Ronaldo mungkin lebih beruntung. Mereka sama-sama telah meninggalkan prestasi di tingkat kontinental: Messi dengan trofi juara Copa America Brasil 2021 dan Ronaldo mengangkat Piala Eropa Perancis 2016. Sementara Lewandowski masih terus bermimpi mengisi lemari medali dari prestasi timnas.
Namun, ketiganya sama-sama belum mampu menjejakkan prestasi tertinggi di Piala Dunia, puncak nirwana karier pesepak bola. Messi, misalnya, dari empat Piala Dunia, prestasi terbaiknya memimpin Argentina menjadi finalis Piala Dunia Brasil 2014 sebelum takluk 0-1 dari Jerman di final. Sisanya, ”La Pulga” harus puas membawa Argentina terhenti di perempat final Piala Dunia Jerman 2006 dan Piala Dunia Afrika Selatan 2010, serta 16 besar Piala Dunia Rusia 2018.
”Messi akan selalu menentukan. Dia pemain terbaik di dunia. Dia memiliki peran besar yang dapat memberi Argentina Piala Dunia. Dia adalah pemimpin yang jelas dari tim ini dan semua orang memahaminya,” ujar Mauricio Pochettino, pelatih asal Argentina yang pernah menangani Messi di klub Perancis, Paris Saint Germain.
Adapun Lewandowski lebih parah. Sebelum Piala Dunia 2022, dia baru sekali mengantarkan Polandia lolos ke ajang empat tahunan itu pada edisi Rusia 2018 dan tersisih di penyisihan grup. Akan tetapi, Lewandowski selalu mendapatkan kepercayaan penuh dari tim yang paham betul dengan kapasitasnya.
”Lewandowski hanya kurang dukungan. Andai Messi bermain untuk kami dan Lewandowski dengan Argentina, saya percaya Lewy akan mencetak lima gol,” ungkap Pelatih Polandia Czeslaw Michniewicz mengomentari kritik penampilan kurang menggigit Lewandowski saat menghadapi Argentina.
Harapan terakhir
Karena itu, Piala Dunia 2022 adalah harapan terakhir Messi ataupun Lewandowski untuk menggenapkan karier emas mereka. Asa itu tetap ada walau pasti harus diperjuangkan dengan titik darah penghabisan.
Messi setidaknya memiliki modal mencapai final delapan tahun silam, sedangkan Lewandowski bisa menjadikan aksi heroik Polandia yang menembus peringkat ketiga Piala Dunia Jerman 1974 dan Piala Dunia Spanyol 1982 sebagai inspirasi.
Seusai melewati fase grup, perjuangan mereka akan lebih berat. Di 16 besar, Argentina akan jumpa Australia. ”La Albiceleste” tidak boleh menganggap remeh ”Socceroos” kendati rekor pertemuan berpihak kepada mereka, yakni lima kali menang, sekali imbang, dan sekali kalah. Apalagi di Grup D, Australia menyingkirkan Denmark yang lebih diunggulkan.
”Setelah menang atas Polandia, kami lebih percaya diri untuk laga berikutnya. Tapi, kami tahu bahwa semuanya akan sangat sulit. Siapa pun lawannya, itu akan rumit. Kami telah melihat dan merasakannya (kalah dari Arab), lawan mana pun dapat memainkan permainan yang bagus dan menang,” ucap Messi.
Sementara itu, Polandia mesti bekerja ekstra keras. Sebab, di 16 besar, ”Orly” alias ”Sang Elang” bersua Perancis yang berstatus juara bertahan dan memiliki komposisi skuad jauh di atas mereka.
Memang rekor pertemuan tidak berpihak kepada Polandia, yang hanya menang tiga kali, imbang lima kali, dan kalah delapan kali. Namun, ada celah untuk mengalahkan Perancis yang sempat kalah 0-1 dari Tunisia di laga terakhir Grup D.
Yang jelas, tidak ada yang tidak mungkin dalam sepak bola, lebih-lebih Piala Dunia yang selalu menghadirkan drama di luar nalar. Syaratnya, Argentina dan Polandia tidak boleh membuat kesalahan konyol.
Sekali tergelincir, tidak ada lagi kesempatan kedua. Kalah berarti gugur dan berakhir sudah pertualangan Messi ataupun Lewandowski mengejar keabadian mereka. (AFP/REUTERS)