Fenomena “Metro Man” dan Budaya Transportasi Publik di Qatar
Qatar adalah negara yang baru memiliki transportasi publik dalam tiga tahun terakhir. Kehadiran Piala Dunia 2022 menjadi momen ”edukasi” warga negara itu untuk lebih menikmati angkutan umum.
Di tengah perhelatan Piala Dunia 2022, segala hal dari Qatar amat mudah menjadi viral. Tingkah polah suporter di sudut kota Doha hingga aksi di lapangan hijau dalam waktu hitungan detik bisa menjadi santapan warga bumi melalui media sosial.
Salah satu individu yang merasakan manfaat kehadiran media sosial adalah Abu Baker Abbas, pekerja migran asal Kenya. Ia adalah salah seorang dari ribuan pekerja migran asal Afrika yang bekerja di stasiun Metro Doha, jaringan moda raya terpadu (MRT) di ibu kota Qatar, sejak beberapa bulan sebelum Piala Dunia dimulai.
Namun, nasibnya berubah karena tingkah ikoniknya ketika bertugas memberikan petunjuk jalan menuju Stasiun Souq Waqif. Berbeda dengan petugas Metro Doha lain yang bertugas di jalan untuk memberi petunjuk menuju stasiun metro, Abbas menjalankan tugasnya dengan duduk di bangku setinggi sekitar 2 meter.
Ia duduk di persimpangan jalan menuju area Souq Waqif dan Souq Saleh. Bangku tinggi itu dibutuhkan Abbas agar orang bisa melihat dirinya dan mendengar arahannya dari kejauhan. Hal itu karena sejak 17 November, kawasan itu selalu bagai lautan manusia di waktu malam.
Baca Juga: Msheireb, Jejak Revolusi Doha
Stasiun Souq Waqif menjadi stasiun metro terdekat dari FIFA Fan Festival di Taman Al Bidda. Selain festival, beragam acara karnaval juga tersedia di kawasan Corniche, yang juga berdekatan dengan stasiun itu. Belum lagi para suporter dan wisatawan asing yang menghabiskan malam mereka dengan nongkrong di kafe dan restoran di Souq Waqif, yang dikenal sebagai salah satu pusat kuliner dan pasar murah di kota Doha.
Selama enam hingga delapan jam per hari, Abbas memberikan instruksi dengan berkata, ”Metro, this way”. Ia mengatakan itu sembari menunjuk dengan alat penunjuk yang menyerupai tangan berukuran raksasa berwarna ungu.
Banyak orang berhenti di depan Abbas untuk sekadar merekam aksinya lalu mengunggah itu di akun media sosial, seperti Tiktok dan Instagram. Hal itu juga membuat Abbas terkenal di Qatar. Ia sempat menjadi tamu kehormatan pada saat jeda seusai babak pertama laga Inggris versus Amerika Serikat di Stadion Al Bayt, Al Khor, Sabtu (26/11/2022) dini hari WIB.
”Saya tidak menyangka mendapat sambutan seperti ini. Alhamdulillah, saya mengapresiasi seluruh pesan positif dari pengguna metro,” kata Abbas dalam kesempatan itu.
Baca Juga: Tak Kebagian Bingkisan di Upacara Pembukaan
Tak ketinggalan, Abbas juga mengajak 68.463 pasang mata yang menyaksikan langsung laga itu untuk mengikutinya memberikan instruksi stasiun metro terdekat. Tanpa ragu, semua penonton mengikuti ucapan Abbas yang mengenakan kaus hitam bertuliskan ”Boston Celtics”.
”Metro,” kata Abbas. Lalu, dibalas suporter, ”This waaay.”
Edukasi
Metro Doha adalah transportasi umum berbasis rel pertama yang ada di Qatar. Operasi perdana Metro Doha itu dilakukan pada 8 Mei 2019 sehingga secara total Pemerintah Qatar memerlukan waktu satu dekade sejak perencanaan hingga peresmian moda rel itu.
Terdapat tiga jalur Metro Doha, yaitu merah, hijau, dan emas, dengan total 37 stasiun dan menempuh jarak sekitar 76 kilometer. Seluruh jalur itu bersinggungan di stasiun pusat, yakni Stasiun Msheireb. Perjalanan Metro Doha dilakukan tanpa awak, alias berjalan otomatis.
Orang di sini memang lebih suka naik kendaraan pribadi. Mereka belum terbiasa dengan kendaraan umum.
Kehadiran Piala Dunia 2022 sejatinya juga digunakan Pemerintah Qatar untuk memberikan edukasi kepada warga untuk lebih giat menggunakan Metro Doha. Ketika Kompas tiba di Doha, 15 November, dan langsung mencoba Metro Doha, situasi sangat sepi.
Tidak ada rasanya tingkat keterisian seminim itu untuk transportasi berbasis rel di Jabodetabek. Kami bisa memilih duduk di mana saja.
”Orang di sini (Qatar) memang lebih suka naik kendaraan pribadi. Mereka belum terbiasa dengan kendaraan umum,” kata Ari Santoso, diaspora Indonesia di Qatar yang bekerja di bidang migas.
Untuk menarik minat warga lokal menaiki metro, pengelola sampai memberikan ”kelas” di rangkaian metro. Dari lima gerbong, dua gerbong terdepan merupakan kelas khusus.
Gerbong paling depan adalah kelas emas, deretan kursi sejajar dinding, tetapi dengan tempat duduk satu per satu dengan sandaran tinggi, seperti kursi di pesawat. Gerbong kedua adalah kelas keluarga, dengan susunan kursi seperti kereta jarak jauh kelas eksekutif. Sisanya, gerbong normal yang tempat duduknya memanjang di dinding kereta seperti MRT di Jakarta.
Baca Juga: Tabah Menunggu Tiket Pembukaan hingga Delapan Jam
Hanya saja, selama Piala Dunia, dua kelas eksklusif itu ditiadakan sehingga semua penumpang bisa menaiki gerbong apa pun.
Jauh lebih padat
Namun, kondisi berubah ketika Piala Dunia telah dimulai. Para pendukung dari berbagai negara memilih menggunakan metro untuk mencapai stadion. Metro memiliki stasiun di lima stadion, yakni Stadion Lusail (jalur merah), Stadion Education City (hijau), Stadion Ahmed bin Ali (hijau), Stadion Internasional Khalifa (emas), dan Stadion 974 (emas).
Untuk tiga stadion lain, yakni Stadion Al Janoub, Stadion Al Thumama, dan Stadion Al Bayt, terdapat bus pengumpan dari stasiun metro terdekat. Jadi, tidak ada keraguan bagi pendukung sepak bola tidak menggunakan Metro Doha.
Terutama pada jam keberangkatan Metro Doha mulai pukul 21.00 hingga mendekati jam operasi berakhir pada pukul 03.00, kereta selalu penuh penumpang. Pada setiap gerbong selalu ada penumpang yang berdiri. Hal itu disebabkan banyak pendukung sepak bola dari stadion ataupun FIFA Fan Festival yang baru pulang setelah tengah malam.
Waktu antara (headway) metro hanya 3 menit di setiap jalur. Jadi, pada jam sibuk pun, penumpang tidak perlu khawatir terlalu lama menunggu dan memiliki opsi untuk tidak berdesakan. ”Saya rasa metro ini sangat membantu kami bertugas,” kata Rodriguez Martinez, jurnalis foto asal Kolombia yang berbincang ketika menaiki metro jalur hijau.
Baca Juga: Ketika Raisa Mengalihkan Piala Dunia
Penyelenggaraan Piala Dunia juga membuat rekor tertinggi pengguna Metro Doha. Hal itu terangkum dalam rilis resmi Metro Doha, yang mencatat akumulasi 2.351.244 penumpang pada 20-23 November. Jumlah itu adalah jumlah penumpang terbesar yang tercatat dalam empat hari awal dalam sejarah operasi Metro Doha. Pada durasi Mei 2019 hingga Maret 2022, Metro Doha mengklaim jumlah penumpang mereka telah mencapai 50 juta.
”Metro, this way.”