Msheireb, ”Jantung” Revolusi Doha
Kota Doha tidak tiba-tiba menjadi salah satu kota modern di dunia. Mereka menyimpan jejak perkembangan kota di masa lalu yang penuh dengan sejarah tersembunyi, salah satunya kawasan Msheireb.
Tidak seperti kota-kota besar dunia lainnya yang masih menyimpan jejak sejarah melalui pelestarian kota tua, atau old town, kota Doha, Qatar, tidak memiliki wilayah yang menyisakan bangunan-bangunan lampau. Mayoritas bangunan di ibu kota Qatar itu adalah gedung-gedung terkini dengan desain arsitektur yang ikonik.
Meski begitu, Doha memiliki kawasan Msheireb yang menjadi jantung kota atau downtown. Serupa dengan kawasan lain di Doha, Msheireb juga dipenuhi gedung-gedung indah yang memanjakan mata.
Selain itu, kawasan ini juga ramah bagi pejalan kaki karena dibekali trotoar yang lebar. Jarak antargedung di Msheireb yang cukup rapat juga membuat terik matahari tidak langsung menghunjam di sudut-sudut kawasan itu.
Baca juga: Serba Terkejut di Qatar
Di tengah wajahnya yang kini modern, Msheireb ternyata memendam kisah kenangan di masa lalu. Msheireb adalah salah satu kawasan permukiman perintis di kota Doha.
Kawasan itu merupakan pengembangan dari dua permukiman pesisir yang telah ada sejak pertengahan abad ke-19, yaitu Al-Bidda dan Doha. Saat ini kawasan Al-Bidda masih ada, tetapi permukiman lama sudah hilang. Adapun kota Doha lama hanya meliputi kawasan Souq Waqif saat ini.
Setelah menjamurnya permukiman di kawasan tepi Teluk Persia, masyarakat Qatar di masa lampau yang mayoritas berprofesi sebagai nelayan dan pencari mutiara membuka kawasan baru bernama Msheireb pada awal 1900-an. Pada awal kehadirannya, Msheireb tidak hanya didiami para penduduk asli, juga pendatang dari wilayah lain seperti Bahrain, Iran, dan Tanzania.
Menurut dokumentasi Museum Msheireb yang didasari catatan penjelajah Inggris, John Lorimer, pada 1903, nama kawasan itu berasal dar bahasa Arab, musyarib yang berarti ’tempat meminum air’. Kawasan permukiman dibangun di daerah itu karena Msheireb memiliki oasis. Di tengah padang pasir, kawasan Msheireb dianugerahi hamparan sumber air bersih.
Baca juga: Qatar Menyambut Pesta Terakbar
Kondisi itu membuat di awal kehadirannya banyak sumur kawasan itu. Meski saat ini, jejak sumur-sumur itu sudah tidak ada.
Kawasan pedagang
Dalam perkembangannya, Msheireb dikenal sebagai kawasan para pedagang. Para nelayan dan pencari mutiara yang tinggal di kawasan Al-Bidda dan Doha Lama akan membawa hasil jerih payahnya untuk dijual di pertokoan di Msheireb.
Kawasan itu berkembang pesat pada kurun waktu 1900-an hingga 1920-an. Meski industri mutiara sempat anjlok akibat resesi dan pembuatan mutiara tiruan di akhir 1920-an, Msheireb bisa bertahan berkat aktivitas para pedagang.
Setelah listrik masuk, di Msheireb hadir toko elektronik pertama di Qatar. Toko itu menjual berbagai perabotan berdaya listrik, seperti kipas angin dan televisi.
Tak ayal, Msheireb menjadi kawasan pertama di Qatar yang terhubung instalasi listrik. Hal itu terjadi pada dekade 1950-an. Satu jalur permukiman dan pertokoan yang pertama kali mendapat aliran listrik pun diberi nama ”Jalan Kahraba”. Nama jalan itu diambil dari kata bahasa Arab, kahraba, yang memiliki arti ’listrik’.
”Setelah listrik masuk, di Msheireb hadir toko elektronik pertama di Qatar. Toko itu menjual berbagai perabotan berdaya listrik, seperti kipas angin dan televisi,” kata Zohro, salah satu pemandu di Rumah Mohammed bin Jassim, salah satu gedung Museum Msheireb, kepada Kompas, Kamis (17/11/2022).
Mohammed bin Jassim (1881-1991) adalah anak dari pendiri Qatar, Sheikh Jassim bin Mohammed al-Thani (1825-1913). Rumah itu merupakan salah satu bangunan tua di kawasan Msheireb yang tetap terjaga meskipun telah mengalami pemugaran dan renovasi menyesuaikan wujud arsitektur bangunan di kawasan itu.
Tidak ada catatan pasti tentang waktu rumah itu dibangun. Namun, jika menjadikan referensi bangunan itu hadir serupa dengan dua rumah tua lain yang menjadi bagian Museum Msheireb, yaitu Rumah Radwani dan Rumah bin Jelmood, maka ketiga rumah itu telah ada pada dekade 1920-an.
”Tidak ada yang tahu pasti kapan rumah-rumah ini mulai dibangun. Yang kami tahu, rumah-rumah ini dibangun oleh keluarga pendiri Qatar,” ujar Ayek, pemandu di Rumah Bin Jelmood.
Terdiskriminasi
Setelah sempat menjadi kawasan paling modern di Qatar pada pertengahan abad ke-20, Msheireb mengalami ”diskriminasi” ketika Pemerintah Qatar mulai merencanakan pembangunan kawasan urban terintegrasi pada 1972, atau setahun setelah negara itu merdeka dari Inggris.
Baca juga: Karya Indonesia di Stadion Piala Dunia Qatar
Kawasan Msheireb pun ditinggalkan oleh orang-orang Qatar. Mereka memilih bermukim di kawasan urban baru yang dekat dengan pembangunan kantor pemerintahan dan gedung bisnis di pusat kota Doha saat ini.
Setelah dekade 1980-an, Msheireb lebih didominasi oleh pedagang-pedagang dari Asia Selatan, terutama India. Pada 2010, Pemerintah Qatar memulai proyek besar untuk menata ulang Msheireb untuk menjadi kawasan downtown dan pusat bisnis.
Kini, lebih dari 100 bangunan dengan desain arsitektur terkini yang diisi untuk pertokoan dan perkantoran berada di Msheireb. Kawasan itu pun terintegrasi dengan Metro Doha.
Stasiun Msheireb adalah titik transit tiga jalur Metro Doha, yaitu jalur merah, jalur hijau, dan jalur emas. Selain metro, transportasi rel lainnya juga hadir di jalanan Msheireb, yaitu Trem Msheireb.
Baca juga: Qatar Perpanjang Durasi Layanan Fasilitas Publik
Trem itu melintas di antara gedung-gedung, yang beroperasi beriringan dengan pejalan kaki di kawasan itu. Untuk menjaga keselamatan pejalan kaki, petugas berjaga setiap jarak 5 meter di sisi rel trem.