Setelah absen pada Australia Terbuka 2022 karena dideportasi, Novak Djokovic memiliki peluang bersaing di ajang Grand Slam itu pada 2023. Media di Australia memberitakan, pemerintah akan memberi visa pada Djokovic.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·3 menit baca
MELBOURNE, SELASA-Petenis Serbia, Novak Djokovic, memiliki peluang besar untuk bersaing pada Grand Slam Australia Terbuka 2023. Jika itu terjadi, Djokovic memiliki kesempatan menambah sembilan gelar yang telah didapatnya dari Melbourne Park, setelah absen pada awal tahun ini karena dideportasi.
Jaminan visa untuk Djokovic meramaikan pemberitaan media massa di Australia pada Selasa (15/11/2022). Lembaga penyiaran nasional dan media-media lokal memberitakan, pemerintah Australia memutuskan akan memberikan visa pada Djokovic. Dengan demikian, larangan masuk ke Australia selama tiga tahun, setelah dideportasi pada Januari 2022, dibatalkan.
Kementrian Imigrasi, yang dipimpin Andrew Giles, menolak memberikan komentar dengan alasan privasi. Itu artinya, pengumuman status visa Djokovic akan bersumber dari petenis yang saat ini berperingkat kedelapan dunia tersebut.
Namun, seperti diberitakan Sydney Morning Herald, sumber di pemerintah Australia mengatakan, Giles akan menjamin dikeluarkannya visa bagi Djokovic. Ini bisa terjadi karena adanya kebijaksanaan dari Perdana Menteri Anthony Albanese.
Pemerintahan yang dipimpin Albanese memiliki sikap berbeda dengan koalisi konservatif yang berkuasa saat kejadian Djokovic dideportasi. Albanese menjadi perdana menteri sejak 23 Mei 2022, menggantikan Scott Morrison. Adapun Gilles menggantikan menteri imigrasi sebelumnya, Alex Hawke, pada 1 Juni 2022.
Awal tahun ini, Djokovic dideportasi sehari sebelum digelarnya Australia Terbuka pada 17-30 Januari. Dia tiba di Melbourne tanpa bukti vaksin Covid-19 yang menjadi syarat kedatangan internasional. Djokovic masuk ke Australia dengan menggunakan surat pengecualian dari instansi kesehatan di Serbia yang telah disetujui panel independen dan Tennis Australia. Surat pengecualian dibuat karena dia baru terinfeksi virus tersebut hingga tak dapat menerima vaksin.
Ketika tiba di Melbourne, visanya ditolak oleh petugas perbatasan hingga Djokovic pun ditahan. Dia mengajukan banding dan menang, lalu berlatih di Melbourne Park. Namun, drama berlanjut ketika Hawke menggunakan hak prerogratif untuk membatalkan visa Djokovic. Saat itu, Hawke mengatakan, pemerintah Australia harus melindungi masyarakatnya. Djokovic pun meninggalkan Australia.
Deportasi itu diiringi ketentuan tidak dapat masuk ke Australia selama tiga tahun. Akan tetapi, ini bisa berubah berdasarkan perkembangan situasi.
Direktur Turnamen Australia Terbuka Craig Tiley berharap, Djokovic bisa bertanding dalam turnamen yang akan berlangsung 16-29 Januari 2023. “Saya bertemu dengannya saat Piala Laver (di London pada September). Novak sangat ingin bermain di Australia. Namun, dia tahu semuanya tergantung pada Pemerintah Australia. Mereka sudah berkomunikasi dan tugas kami adalah menjalankan keputusannya,” ujar Tiley.
Selain perubahan orang-orang yang menjabat di pemerintahan, peluang Djokovic untuk mendapat visa terbuka karena adanya perubahan peraturan. Sejak 6 Juli, peraturan bahwa pendatang harus menunjukkan bukti vaksinasi Covid-19 dihapus.
Kami masih menanti keputusannya. Hanya itu yang bisa saya katakan.
Djokovic belum banyak berkomentar tentang peluang mendapat visa Australia karena belum ada keputusan resmi. Petenis berusia 35 tahun itu hanya bercerita bahwa tim pengacaranya sudah berkomunikasi dengan Pemerintah Australia.“Kami masih menanti keputusannya. Hanya itu yang bisa saya katakan,” katanya di Turin, Italia.
Mantan petenis nomor satu dunia itu berada di Turin untuk mengikuti turnamen akhir musim, Final ATP. Dia mengawali penampilan pada penyisihan Grup Merah, yang menggunakan format round robin, dengan kemenangan atas Stefanos Tsitsipas 6-4, 7-6 (4). Dalam laga lain pada grup yang sama, Andrey Rublev menang atas Daniil Medvedev, 6-7 (7), 6-3, 7-6 (7).
Kunci kemenangan Djokovic pada laga itu adalah bisa unggul pada momen penting, tak hanya menjelang akhir pertandingan, melainkan juga di awal. Djokovic langsung memenangi gim pertama dengan mencuri servis Tsitsipas. Setelah itu, dia konsisten mempertahankan servisnya, termasuk ketika membuat dua double fault pada gim keempat set kedua.
Sementara, persaingan pada Grup Hijau berlanjut pada Selasa malam hingga Rabu dini hari waktu Indonesia. Pertemuan terjadi antara dua petenis yang memenangi laga pertama pada Minggu, yaitu Taylor Fritz dan Casper Ruud, juga, antara sesama petenis yang kalah : Rafael Nadal dan Felix Auger-Aliassime. (AFP/AP/REUTERS))