Setelah mengalami masa sulit pada tahun ini, Novak Djokovic berambisi menjuarai Final ATP. Jika juara, dia akan menyamai Roger Federer yang enam kali juara pada turnamen akhir tahun tersebut.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
TURIN, MINGGU — Musim kompetisi 2022 bukan tahun yang mudah bagi Novak Djokovic. Diawali dengan momen buruk di Melbourne, Australia, Djokovic ingin mengakhiri tahun ini dengan manis pada Final ATP di Turin, Italia, 13-20 November.
Djokovic akan tampil di Turin sebagai petenis paling sukses di Final ATP dengan lima gelar juara. Dia juara pada 2008, 2012-2015, tetapi tak pernah lagi menembus laga final sejak 2019. Djokovic hanya tertinggal satu gelar dari Roger Federer sebagai petenis dengan trofi juara terbanyak dari turnamen akhir musim ini.
Final ATP adalah turnamen terakhir dalam kalender kompetisi petenis putra profesional yang diikuti delapan tunggal dan delapan ganda terbaik. Poin ranking dihitung dari turmamen ATP Tour (250, 500, dan Masters 1000) sepanjang tahun. Perhitungan ini berbeda dengan peringkat dunia yang poinnya dihitung selama 52 pekan ke belakang.
”Akan sangat spesial jika saya bisa mengakhiri tahun ini dengan juara. Namun, ini akan menjadi pekan yang panjang,” kata Djokovic, yang akan mengawali penampilan melawan Stefanos Tsitsipas di Grup Merah pada Senin (14/11/2022).
Selain Tsitsipas melawan Djokovic, persaingan Grup Merah pada Senin juga akan mempertemukan Daniil Medvedev dan Andrey Rublev. Grup ini dihuni tiga oleh juara Final ATP. Selain Djokovic, ada Tsitsipas (juara 2019) dan Medvedev (2020). Mereka bersaing dengan format round robin untuk memperebutkan dua peringkat teratas agar lolos ke semifinal.
Grup Hijau memulai pertandingan lebih dulu pada Minggu malam hingga Senin dini hari WIB. Dua laga pembuka adalah Casper Ruud melawan Felix Auger-Aliassime dan Rafael Nadal bertemu Taylor Fritz.
Ruud lolos untuk kedua kalinya setelah 2021. Tahun lalu, dia menjadi semifinalis sebelum dikalahkan Medvedev. Adapun bagi Auger-Aliassime dan Fritz, penampilan di Turin adalah debut mereka di Final ATP. Sementara itu, Nadal akan berusaha untuk ke-11 kalinya meraih gelar pertama dari ajang ini.
”Saya akan berhadapan dengan petenis terbaik dunia di sini. Saya harus melawan hampir semua peserta, setidaknya sekali. Intensitas persaingan akan sangat tinggi, tetapi saya sangat menantikannya karena punya pengalaman cukup banyak. Semoga pengalaman itu bisa menguntungkan bagi saya,” tutur Djokovic dalam laman resmi ATP.
Petenis Serbia itu sangat antusias menghadapi turnamen dengan hadiah total Rp 228 miliar tersebut setelah dia mengalami masa sulit pada tahun ini. Awal tahun, Djokovic tak bisa tampil di Grand Slam Australia Terbuka setelah dideportasi karena tak pernah divaksin Covid-19. Sikap yang tak mau divaksin juga membuatnya tak bisa masuk AS hingga dia absen pada turnamen ATP Masters 1000 Indian Wells, Miami, dan Grand Slam AS Terbuka.
Setelah menjuarai Wimbledon, pada Juli, Djokovic hanya tampil pada turnamen kecil, yaitu ATP 250 Tel Aviv dan ATP 500 Kazakhstan, sebelum bermain pada ATP Masters 1000 Paris. Di Paris, petenis dengan 21 gelar Grand Slam itu kalah dari petenis Denmark berusia 19 tahun, Holger Rune, 6-3, 3-6, 5-7, di laga final.
Saya akan berhadapan dengan petenis terbaik dunia di sini. Saya harus melawan hampir semua peserta, setidaknya sekali. Intensitas persaingan akan sangat tinggi.
”Saya memang tidak semuda petenis lain, tetapi saya merasa dalam kondisi yang baik. Dalam empat-lima bulan terakhir, saya menjuarai Wimbledon dan turnamen dalam ruangan seperti yang akan terjadi dalam Final ATP,” kata petenis Serbia itu.
Perjalanan Medvedev pada 2022 juga tak begitu baik meski mengawali musim dengan lolos ke final Australia Terbuka dan hampir juara. Dia unggul dua set saat berhadapan dengan Nadal, tetapi akhirnya kalah 6-2, 7-6 (7/5), 4-6, 4-6, 5-7.
Medvedev pun kalah pada final ATP 250 ‘s-Hertogenbosch dan ATP 500 Halle pada pertengahan musim. Gelar juara akhirnya didapat dari ATP 250 Los Cabos pada Agustus dan ATP 500 Vienna pada Oktober. Namun, sebelum tiba di Turin, dia tersisih pada babak kedua Paris Masters.
”Persaingan sejak di fase grup sudah sulit. Meski menang mudah pada satu pertandingan, akan ada pertandingan lain yang menguras mental. Setiap peserta pernah saling mengalahkan. Ada energi yang spesial dalam persaingan di sini dan saya menyukainya,” kata Medvedev.
Dari Final ATP Next Gen di Milan, Italia, yang berlangsung 8-12 November, gelar juara didapat petenis AS, Brandon Nakashima. Dalam laga final, Sabtu, Nakashima menang atas petenis Ceko, Jiri Lehecka, 4-3 (7/5), 4-3 (8/6), 4-2. Format turnamen ini serupa dengan Final ATP, tetapi hanya diikuti delapan petenis terbaik berusia 21 tahun ke bawah. (AFP/REUTERS)