Pihak terkait sepakat melakukan evaluasi total terhadap penyelenggaraan sepak bola nasional. Mereka berkomitmen menyamakan persepsi untuk tunduk pada aturan FIFA guna mengantisipasi tragedi Kanjuruhan terulang.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Segenap pihak terkait sepakat melakukan evaluasi menyeluruh terhadap penyelenggaraan kompetisi sepak bola nasional pasca tragedi sepak bola usai laga liga 1 antara Arema FC dan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022). Salah satunya, mereka berkomitmen menyamakan persepsi untuk tunduk pada aturan Federasi Sepak Bola Internasional atau FIFA guna mengantisipasi peristiwa serupa terulang.
Demikian hasil Rapat Koordinasi terkait Evaluasi dan Perbaikan Prosedur Pengamanan Penyelenggaraan Sepak Bola Indonesia di Kantor Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Jakarta, Kamis (6/10). Rapat itu dipimpin Menpora Zainudin Amali dan dihadiri sejumlah pejabat Kemenpora, Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), manajer klub Liga 1, ketua panitia pelaksana klub Liga 1, serta perwakilan empat kelompok suporter, yakni dari Arema, Persebaya, Persija Jakarta, dan Persib Bandung. Ada pula perwakilan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
Zainudin mengatakan, ada sejumlah poin yang dibahas dan disepakati dari rapat tersebut. Secara umum, semua pihak sepakat melakukan evaluasi menyeluruh dengan menyamakan persepsi dalam mematuhi aturan FIFA. Dimulai dengan cara mengelola kelompok suporter, melengkapi fasilitas keselamatan dan keamanan stadion, standar operasional tim medis, dan aparat keamanan.
Rapat itu adalah bentuk tindak lanjut arahan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD dalam pengumuman pembentukan Tim Gabungan Indipenden Pencari Fakta (TGIPF) untuk mengungkap penyebab tragedi Kanjuruhan dari Kantor Kemenkopolhukam, Jakarta, Senin (3/10). Walau menjadi Wakil Ketua TGIPF, Zainudin memastikan, hasil rapat itu tidak menyentuh area kerja TGIPF.
Hanya saja, Zainudin akan tetap melaporkan hasil rapat itu kepada Mahfud MD selaku Ketua TGIPF. ”Hasil rapat di sini tidak akan masuk bahan evaluasi tim pencari fakta. Tetapi, saya akan laporkan hasil rapat ini kepada Menkopolhukam. Terserah nanti Menkopolhukam, apakah mau dipakai atau tidak hasil dari rapat ini dalam pembahasan tim pencari fakta,” ujar Zainudin.
Penuh hikmah
Wakil Ketua Umum PSSI Iwan Budianto menuturkan, tragedi Kanjuruhan menjadi duka mendalam tetapi turut memberikan banyak hikmah. Setidaknya, sebelum peristiwa itu, mustahil bagi PSSI untuk menyesuaikan aturan FIFA dan aturan pemerintah. PSSI sudah berusaha menjalankan aturan FIFA, antara lain melatih panitia pelaksana pertandingan dan aparat kepolisian mengenai aturan FIFA yang sudah dituangkan dalam aturan PSSI.
Di dalamnya tercakup standar keamanan dan operasional keselamatan dalam stadion. Akan tetapi, di beberapa tempat, aturan FIFA itu harus menyesuaikan kearifan lokal. Dengan kata lain, aturan FIFA itu tidak bisa diterapkan sepenuhnya di sejumlah lokasi.
Sebagai contoh, di Eropa, semua klub sudah memiliki stadion sendiri sehingga memiliki petugas keamanan sendiri yang permanen. Klub bisa sepenuhnya menerapkan aturan FIFA. Di Indonesia, semua klub belum memiliki stadion sendiri. Semua stadion adalah milik pemerintah daerah. Untuk mengamankan pertandingan, klub nasional harus menyewa aparat kepolisian yang punya aturan sendiri. ”Dalam kondisi itu, masing-masing pihak ada aturan sendiri-sendiri,” katanya.
Kendati demikian, lanjut Iwan, pihaknya bersyukur karena tragedi Kanjuruhan membuat semua pihak terkait lebih berkomitmen menjalankan aturan FIFA. Beberapa hari setelah peristiwa itu, PSSI diajak Polri untuk membuat regulasi mengenai standar pengamanan stadion yang sesuai aturan FIFA. PSSI pun dilibatkan oleh Kemenkes untuk membuat standar medis dalam stadion.
Sesuai arahan Presiden Joko Widodo, Kemendagri juga siap membenahi infrastruktur stadion yang dipakai dalam kompetisi sepak bola nasional. ”Kalau ikut aturan FIFA, setidaknya, seluruh stadion yang ada harus dilengkapi single seat. Dengan begitu, panitia bisa jual tiket sesuai kursi yang ada dan panitia bisa mengetahui identitas penonton. Kalau ada pelanggaran, panitia bisa cepat memberi sanksi,” tuturnya.
Dalam kondisi itu, masing-masing pihak ada aturan sendiri-sendiri.
Iwan menyampaikan, sehari usai tragedi Kanjuruhan, PSSI dihubungi oleh FIFA dan FIFA memberikan dukungan agar peristiwa serupa tidak terulang kembali. FIFA pun siap membantu secara teknis maupun finansial jika dibutuhkan. ”FIFA memberi dukungan kepada kita. Belajar dari sejumlah tragedi besar yang pernah terjadi, FIFA mengingatkan bahwa itu justru menjadi batu loncatan sepak bola negara bersangkutan lebih maju,” ucapnya.
Komitmen penuh
Wakil Komandan Korps Brimob Polri Inspektur Jenderal Setyo Boedi Moempoeni Harso mengatakan, sejak ada peristiwa itu, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo langsung menugaskan untuk membuat regulasi standar pengamanan pertandingan sepak bola yang mengacu aturan FIFA dan PSSI. Pihaknya menyadari ada standar khusus yang spesifik dalam pengamanan olahraga, terutama sepak bola.
”Kami terus menerima berbagai masukan, termasuk dari kelompok suporter untuk menyusun produk regulasi tersebut. Nantinya, produk regulasi itu yang akan diterapkan oleh satuan-satuan wilayah yang ada stadion tempat kompetisi,” terangnya.
Kepala Pusat Krisis Kesehatan, Kemenkes, Sumarjaya menuturkan, selain memastikan semua biaya korban yang dirawat di rumah sakit ditanggung pemerintah dan memberikan pendampingan terapi trauma kepada korban, Kemenkes akan menyiapkan standar medis dalam pelaksanaan kegiatan olahraga, terutama sepak bola. ”Yang utama, tidak boleh lagi mengabaikan fasilitas, sarana, dan prasarana kesehatan dalam kegiatan olahraga,” jelasnya.
Menurut Direktur Sinkronisasi Urusan Pemerintahan Daerah IV Kemendagri, Zanariah, pihaknya tercerahkan untuk meningkatkan standar dan fasilitas stadion di daerah agar sesuai aturan FIFA. Melalui PSSI dan kementerian/lembaga terkait, seperti Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang ditugaskan Presiden untuk mengaudit stadion yang ada, Kemendagri siap memberikan dukungan kepada pemerintah daerah guna melakukan pembenahan infrastruktur stadion yang dimiliki.
Manajer Hubungan Antar Fans Persebaya Alex Tualeka mengutarakan, segenap perbaikan itu, terutama mengenai infrastruktur stadion, semuanya tidak akan berarti apa pun kalau tidak ada kesadaran organis klub untuk ikut membenahi suporternya. Yang paling penting, klub maupun suporter harus menghapuskan semua narasi negatif yang dibangun di dalam maupun luar stadion. ”Sebab, itu akan membawa aura negatif dan mewarisi semangat kebencian,” tegasnya.