Spanyol, Inggris, dan Jerman memiliki kelemahan yang harus dibenahi jelang Piala Dunia 2022. Jika gagal membenahi performa negatif, ketiga tim itu berpotensi gagal memenuhi ekspektasi ketika tampil di Qatar.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
ZARAGOZA, MINGGU — Pertandingan kelima fase grup Liga Nasional Eropa 2022-2023 yang berlangsung sejak Jumat (23/9/2022) hingga Minggu (25/9/2022) dini hari mengungkap kelemahan tiga tim yang menjadi kandidat juara Piala Dunia 2022, yaitu Spanyol, Inggris, dan Jerman. Mereka telah menancapkan citra sebagai tim ofensif, tetapi permainan menyerang itu belum dibarengi kemenangan.
Sebaliknya, permainan yang lebih berinisiatif melakukan serangan yang ditunjukkan ketiga tim itu membuka kelemahan mereka. Pada laga kelima Liga Nasional Eropa, lawan tiga tim itu membuka ruang-ruang kelemahan yang wajib dibenahi para pelatih kelas dunia yang dimiliki tiga tim nasional tersebut.
Spanyol, yang menghadapi Swiss pada laga kelima Grup A2 di Stadion La Romareda, Zaragoza, Minggu dini hari kemarin, menderita kekalahan pertama pada laga kandang dalam empat tahun. Tim berjuluk ”La Roja” itu bermain sesuai dengan rencana pelatih Luis Enrique yang mengurung pertahanan Swiss.
Performa ofensif Spanyol ditampilkan dengan koleksi 75 persen penguasaan bola dan 803 operan, sedangkan Swiss hanya kebagian 25 persen penguasaan bola dan 269 operan. Namun, Swiss unggul di akhir laga dengan kedudukan 2-1.
Dua gol yang dicetak Swiss mengungkap ruang kelemahan Spanyol dalam mengantisipasi bola mati lawan. Swiss mencetak gol melalui Manuel Akanji dan Breel Embolo lewat situasi sepak pojok.
Pemain Spanyol kurang agresif dalam berduel dengan pemain Swiss untuk menyambut sepak pojok. Dua gol itu pun diawali dari keunggulan Akanji dalam duel udara ofensif.
Bek tengah Manchester City itu menyundul langsung bola untuk menaklukkan Unai Simon pada gol pertama di menit ke-21. Lalu, ia memberikan asis untuk Embolo di menit ke-58 dengan menggunakan sundulannya.
Adapun gol balasan Spanyol yang sempat membuat kedudukan imbang, 1-1, dicetak Jordi Alba melalui permainan terbuka atau open play. Enrique mengakui, banyak aspek yang perlu dibenahi La Roja jelang 50 hari menuju Piala Dunia.
Menurut dia, skuadnya tidak bisa tampil baik karena kesulitan mengimbangi kekuatan fisik pemain Swiss. Berkat keunggulan fisik itu, lanjutnya, Swiss memberikan tekanan kepada pemain Spanyol yang menguasai bola, kemudian Swiss juga memenangi duel-duel udara krusial.
”Dua gol dari sepak pojok menunjukkan kami harus membenahi cara bertahan dalam situasi itu. Kami wajib berkembang, tetapi saya yakin kami masih punya cukup waktu itu memperbaiki diri. Tujuan kami adalah laga terakhir menghadapi Portugal, selanjutnya Piala Dunia,” kata Enrique, dilansir Marca edisi Minggu.
Laga pamungkas Spanyol menghadapi Portugal, Rabu (28/9/2022) pukul 01.45, di Braga, akan menentukan duta Grup A2 di babak semifinal Liga Nasional Eropa 2022-2023. Portugal masih memimpin grup itu dengan koleksi 10 poin, sedangkan Spanyol di peringkat kedua dengan torehan delapan poin. Alhasil, La Roja wajib menang untuk mewakili Grup A2 di laga semifinal yang berlangsung pada Juni 2023.
Enrique memang perlu segera membenahi penampilan tim asuhannya. Selain dibekali target ke semifinal Liga Nasional Eropa musim ini, La Roja juga salah satu unggulan Piala Dunia 2022.
Dua gol dari sepak pojok menunjukkan, kami harus membenahi cara bertahan dalam situasi itu. Kami wajib berkembang, tetapi saya yakin kami masih punya cukup waktu itu memperbaiki diri.
Menurut data Opta, Spanyol berada di peringkat ketiga unggulan juara Qatar 2022 dengan peluang 11,53 persen. Nilai itu membuat mereka hanya kalah persentase dari Perancis dan Brasil.
”Bagi saya, kami punya peluang tampil bagus di setiap pertandingan. Hanya saja, untuk memenuhi target itu, kami harus bermain dengan kemampuan terbaik dan tanpa cela karena semua lawan kami ke depannya adalah tim yang sulit,” ucap Enrique, mantan pelatih Barcelona.
Duo unggulan
Kondisi kurang ideal juga dihadapi dua tim unggulan di Qatar 2022, Inggris dan Jerman. Merujuk data Opta, Inggris memiliki probabilitas juara sebesar 8,03 persen, sedangkan Jerman berada di angka 7,21 persen. Tak ayal, mereka termasuk dalam tujuh besar tim teratas yang akan mengangkat trofi Piala Dunia berdasarkan analisis performa melalui artificial intelligence yang dilakukan Opta.
Namun, performa di atas lapangan belum menunjukkan predikat favorit juara itu. Kekalahan dari Italia, Sabtu dini hari lalu, membuat Inggris menjadi negara pertama di posisi lima besar peringkat FIFA yang akan tampil di Liga Nasional Eropa Divisi B pada musim 2024-2025.
Tim ”Tiga Singa” tidak hanya gagal tampil di babak semifinal, mereka juga telah dipastikan menghuni dasar klasemen Grup A3. Masalah Inggris bukan hanya kebuntuan di lini depan, melainkan juga kelemahan menghadapi situasi serangan balik. Kondisi itu membuat mereka belum sekali pun mengemas kemenangan meski tampil dominan berkat rerata 54,2 persen penguasaan bola per laga.
Dari tujuh gol yang telah bersarang ke gawang Tiga Singa pada lima duel di Grup A3, empat gol tercipta karena gagal mengantisipasi serangan balik cepat lawan. Tiga gol dihasilkan Hongaria ketika mengalahkan Inggris, 4-0, akhir Juni. Kemudian, Italia menghukum Inggris melalui proses transisi menyerang cepat yang berbuah kemenangan 1-0, Sabtu.
”Secara permainan sulit bagi saya mencari kesalahan pemain karena kami mendominasi lawan. Menurut saya, tim ini masih dalam trek menuju performa positif untuk turnamen penting, Piala Dunia, tetapi kami harus kurangi kesalahan individu yang menjadi sumber petaka,” tutur Pelatih Inggris Gareth Southgate.
Pada laga pamungkas Grup A3, Inggris akan menjamu Jerman, Selasa (27/9/2022) pukul 01.45, di Stadion Wembley. Duel dua raksasa itu terasa hambar karena tidak memengaruhi persaingan wakil grup yang akan tampil di semifinal. Tiket semifinal akan diperebutkan oleh Hongaria dan Italia.
Sementara itu, Jerman juga mengalami masalah serupa dengan Spanyol. Kegagalan antisipasi bola mati lawan membuat mereka kalah dari Hongaria, Sabtu lalu. Itu adalah hasil negatif pertama Jerman di era Hans-Dieter Flick yang dimulai pada September 2021.
Di luar kesalahan dalam situasi bertahan itu, Flick mengakui, timnya tampil buruk karena gagal menciptakan lebih banyak peluang meski mencatatkan 73 persen penguasaan bola. Ia pun bertekad untuk membawa timnya tampil lebih baik menghadapi Inggris, yang menjadi laga terakhir sebelum tampil di Qatar.
”Kekalahan dari Hongaria membuka mata kami terhadap kelemahan yang masih dimiliki tim ini. Lebih baik kami merasakan itu saat ini dibandingkan ketika sudah tampil di Piala Dunia. Saya tidak akan lagi melakukan eksperimen ketika kami bertandang ke Wembley,” kata Flick, dilansir laman UEFA. (AFP)