Ons Jabeur akan tampil dalam final Grand Slam yang kedua secara beruntun. Kekalahan di final Wimbledon bisa dibayarnya jika bisa menang atas petenis nomor satu dunia, Iga Swiatek, pada final AS Terbuka.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
NEW YORK, KAMIS—Musim kompetisi 2022 menjadi tahun terbaik bagi petenis putri Tunisia, Ons Jabeur. Setelah lolos ke final Wimbledon, Jabeur akan tampil pada laga puncak Amerika Serikat Terbuka. Peluang ini menjadi kesempatan kedua beruntun bagi dirinya itu untuk menjuarai Grand Slam, setelah gagal di Wimbledon.
Tiket final AS Terbukabahkandidapatnya tanpa harus bekerja sangat keras dalam semifinal di Flushing Meadows, New York, Kamis (8/9/2022) malam atau Jumat pagi waktu Indonesia. Dia terbantu penampilan buruk lawannya, Caroline Garcia, yang mencapai semifinal tanpa kehilangan satu set pun. Jabeur menang dengan skor 6-1, 6-3.
Jabeur pun menjadi petenis putri pertama dari Arab-Afrika yang tampil pada final di Flushing Meadows sejak era Terbuka pada 1968. Era ini adalah ketika Grand Slam bisa diikuti oleh petenis profesional.
”Setelah final Wimbledon, ada tekanan pada diri saya. Saya lega bisa kembali ke final,” kata Jabeur, yang dikalahkan Elena Rybakina pada final Wimbledon.
Kini, pada kesempatan kedua, Jabeur akan berusaha meraih gelar pertama dari kompetisi terbesar di arena tenis profesional melawan Iga Swiatek, yang mengalahkan Aryna Sabalenka 3-6, 6-1, 6-4. Seperti Jabeur, ini menjadi final pertama Swiatek di AS Terbuka.
Tampil pada semifinal sesi pertama, Jabeur memenangi pertandingan dengan 21 winner, termasuk delapan servis as. Dia empat kali mematahkan servis Garcia dari empat kesempatan. Sebaliknya, Garcia tak pernah mendapat kesempatan untuk mematahkan servis Jabeur.
Tak seperti pada lima babak sebelumnya saat dirinya tampil agresif, performa Garcia menurun ketika melawan Jabeur. Dia membuat 23 unforced error dan hanya bisa mendapat 40 poin dalam semifinal pertama sejak debut di arena Grand Slam pada 2010. Tak tampak rasa percaya diri pada raut wajahnya.
Dengan hasil itu, Garcia pun tak pernah bisa mengalahkan Jabeur dalam tujuh pertemuan sejak mereka bersaing di arena yunior. Jabeur, yang mendapat dukungan dari mantan petenis nomor satu dunia, Arantxa Sanchez Vicario, di tribune timnya, mengatakan, hanya ada satu kunci untuk memenangi semifinal itu. ”Mental. Saya benar-benar siap untuk pertandingan ini,” katanya.
Sebelum semifinal Jabeur melawan Garcia dimulai, para atlet dan penonton di Flushing Meadows mengheningkan cipta untuk wafatnya Ratu Elizabeth II. Elizabeth meninggal dalam usia 96 tahun setelah memimpin Kerajaan Inggris selama 70 tahun.
Pada semifinal kedua, Swiatek kesulitan menghadapi pukulan-pukulan keras Sabalenka pada set pertama. Petenis nomor satu dunia ini selalu berada pada posisi bertahan sepanjang pertandingan.
Setelah final Wimbledon, ada tekanan pada diri saya. Saya lega bisa kembali ke final.
Namun, Swiatek mengubah taktiknya dengan cara bermain lebih cerdik. Meski pukulannya tak sekeras lawannya, Swiatek bisa menempatkan bola ke sudut atau menyusur garis yang sulit dikembalikan Sabalenka. Swiatek pun membuat pertandingan berjalan hingga tiga set.
Pada set penentuan, ketangguhan Swiatek diperlihatkan saat dia memenangi empat gim beruntun setelah tertinggal 2-4. Dia bertahan dengan tangguh dari pukulan keras Sabalenka, termasuk dengan berkali-kali sprint mengejar bola dari sudut dan sisi yang berlawanan.
Penampilan itu ditunjukkan berkat pola pikir yang dibawanya setelah melakukan toilet break di antara set kedua dan ketiga. ”Dulu, saat meminta toilet break dalam pertandingan ketat, saya biasanya menangis. Tadi, saya menyusun rencana tentang permainan. Apa yang harus dipertahankan dan apa yang harus diubah,” katanya.
Dengan hasil ini, Swiatek akan tampil dalam final ketujuh pada 2022. Dia memenangi semua final lainnya, yaitu dari WTA 500 Stuttgart, WTA 1000 Doha, Indian Wells, Miami, Roma, dan Grand Slam Perancis Terbuka.
Menuju ranking satu dunia
Seperti pada tunggal putri, semifinalis tunggal putrajugamenjadi persaingan petenis yang belum pernah tampil pada final AS Terbuka. Merekabahkanakan bersaing untuk meraih gelar pertama Grand Slam.
Dalam semifinal pertama, Sabtu dinihari WIB, Casper Ruud menghadapi pertaruhan besar lain saat berhadapan dengan Karen Khachanov. Selain mendekatkan diri untuk membawa pulang trofi juara Grand Slam, Ruud juga berkesempatan menjadi petenis nomor satu dunia, naik enam tingkat dari posisinya saat ini. Dia pun bisa menjadi petenis Norwegia pertama yang berada di puncak peringkat dunia sejak daftar ranking dengan sistem komputerisasi diperkenalkan pada 1973.
Hal itu bisa terjadi jika dia memenangi semifinal dengan syarat lain, yaitu Carlos Alcaraz kalah dari Frances Tiafoe pada semifinal lain. Namun, jika keduanya menang, final pada Minggu akan menjadi persaingan menjadi juara dan petenis nomor satu dunia.
”Saya tidak ingin terlalu memikirkan hal itu. Tentu semua pemain menginginkan posisi tersebut dan menjadi motivasi tambahan bagi saya. Namun, fokus saya saat ini adalah pertandingan,” ujar Ruud dalam laman resmi ATP.
Petenis berusia 23 tahun itu tak ingin berpikir berlebihan tentang ranking karena lolos ke semifinal pun sudah menjadi kejutan baginya. Hal itu karena Ruud lebih nyaman bermain di lapangan tanah liat dibandingkan dengan jenis lapangan lain.
Di tanah liat, Ruud mencapai final Grand Slam Perancis Terbuka tahun inisebelum dikalahkan Rafael Nadal. Delapan dari sembilan gelar juaranyajugadidapat dari lapangan berkarakter lambat tersebut.
”Ini menjadi kejutan. Namun, rasanya permainan saya semakin baik di lapangan keras dalam sekitar satu-dua tahun terakhir. Turnamen di Miami menjadi bukti bagi saya sendiri bahwa saya bisa mengalahkan petenis kuat pada turnamen level tinggi,” katanya.
Turnamen Miami yang disebut Ruud adalah ajang berlvel ATP Masters 1000 di lapangan keras yang berlangsung Maret-April. Ruud mencapai final meski akhirnya kalah dari Alcaraz.
Khachanov akan menjalani semifinal pertamanya di Grand Slam dengan rasa percaya diri tinggi. Kepercayaan diri itu dibawanya setelah mengalahkan Nick Kyrgios pada perempat final dalam lima set. ”Tentu saya senang bisa mencapai semifinal. Satu langkah lebih dekat untuk juara Grand Slam,” katanya.
Sementara itu, pertemuan Alcaraz dan Tiafoe menjadi semifinal pertama Grand Slam bagi keduanya. Laga ini seharusnya berlangsung menarik karena kedua pemain memiliki karakter permainan yang sama, yaitu agresif dan ulet dalam mengejar bola dari pukulan-pukulan sulit. (AP/AFP)