Buruk Rupa Derbi Merseyside
Derbi Merseyside akan dijadikan jalan keluar Everton dan Liverpool dari awal musim yang buruk. Pekerjaan Everton lebih berat karena dibayangi mental inferior.
LIVERPOOL, JUMAT — Tim sekota, Everton dan Liverpool, menunjukkan rupa buruk pada awal musim ini. Liverpool berteman dengan inkonsistensi, sedangkan Everton bermusuhan dengan kemenangan. Duel klasik derbi Merseyside menjadi tempat terbaik bagi mereka untuk melepas keburukan itu.
Liverpool belum konsisten. Seusai menang sembilan gol tanpa balas lawan Bournemouth, mereka harus melewati 90 + 8 menit sebelum menang atas Newcastle United, 2-1, pada tengah pekan lalu. ”Si Merah” berjibaku dengan badai cedera yang menerpa para bintang, antara lain, Diogo Jota dan Thiago Alcantara.
Baca juga : Ruang Kelemahan Liverpool Makin Terbuka
Everton belum mencicipi satu pun kemenangan setelah lima laga. Tim asuhan manajer Frank Lampard ini sedang mencari identitas setelah ”cuci gudang”, salah satunya kepergian penyerang utama Richarlison. Di laga terakhir lawan Leeds United, Lampard bahkan mencoba formasi baru 4-3-3 dari sebelumnya 3-4-3.
Yang jelas, mereka masih di bawah standar performa masing-masing. Liverpool, runner-up musim lalu, sekarang berada di papan tengah. Everton hanya satu peringkat di atas zona degradasi. Keduanya akan saling menjegal di Goodison Park, markas Everton pada Sabtu (3/9/2022) malam WIB.
Liverpool unggul di atas kertas, baik dari sisi tren maupun kualitas pemain. Namun, sang manajer Juergen Klopp menilai, laga akan sangat ketat. Sejarah membuktikan, sebanyak 8 dari 12 pertemuan di Goodison Park berakhir imbang tanpa pemenang.
Selalu ketat, selalu dipenuhi dengan pertarungan selama 90 menit. Anda tidak bisa menghindari itu. Itu adalah tantangannya. Saya terlibat dalam mayoritas dari hasil imbang tersebut.
”Selalu ketat, selalu dipenuhi dengan pertarungan selama 90 menit. Anda tidak bisa menghindari itu. Itu adalah tantangannya. Saya terlibat dalam mayoritas dari hasil imbang tersebut. Permainan sepak bola dan intensitas bertarung akan membuat Anda bisa meraih lebih di laga nanti,” ucap Klopp.
Lihat juga : Manchester United Kalahkan Liverpool
Bagi Everton, laga nanti jauh lebih sulit. Goodison Park terasa seperti kuburan sendiri setiap bertemu Liverpool. Mereka tidak pernah memenangi derbi Merseyside di kandang sejak terakhir kali pada 2010. Selama 12 laga beruntun mereka terganjal sang rival.
Skuad Everton bermental inferior setiap menatap pemain lawan. Wajar saja, stadion kedua tim hanya terpisah jarak 1 kilometer atau sekitar 15 menit berjalan kaki. Namun, prestasi mereka pada abad ini terpisah bagai bumi dan langit. Mirisnya, Everton adalah klub pertama yang lahir di kota Liverpool.
Dukungan besar pendukung tuan rumah sering kali menjadi bumerang, berubah jadi tekanan. Sebaliknya, para pemain Liverpool sangat menikmati ketika berkunjung ke Goodison Park. Salah satu pemain paling ikonik dalam derbi, Steven Gerrard, merasakan itu.
Gerrard, pencetak 10 gol dalam derbi, mengatakan, lebih senang bermain di Goodison Park ketimbang markas mereka Anfield. Dia bisa merasakan kebencian dan kegetiran pendukung lawan. Sebagai pemain yang lahir di Merseyside, kemenangan di atas penderitaan lawan akan terasa lebih manis berkali-kali lipat.
Baca juga : Dua Rival Mencari Jati Diri
Pertaruhan gengsi menjadikan derbi semakin menarik. Hal yang pasti, pertarungan nanti akan berlangsung dengan tensi sangat tinggi, juga berpotensi keras menjurus kasar. Mereka akan saling berebut momentum untuk melepas rupa buruk pada awal musim.
Bahkan, Lampard sudah menyiapkan pertarungan dengan Klopp. ”Saya menghormati Klopp dengan apa yang sudah dilakukan beberapa tahun terakhir. Namun, ini adalah derbi Merseyside. Saya di sini untuk melakukan tugas dan berdiri untuk tim saya,” ujarnya.
Jika Lampard tidak mengubah formasi lagi, adu formasi 4-3-3 akan terjadi. Skuad Liverpool sudah sangat mengenal formasi andalan Klopp itu. Mereka jelas unggul dalam pemahaman strategi. Namun, Everton akan sangat sulit ditebak dengan formasi yang baru didalami kurang dari sepekan itu.
Liverpool dan Everton berbanding terbalik dalam pendekatan permainan. Liverpool jauh unggul atas sang rival dalam rerata penguasaan bola, 70,3-40,1 persen. Artinya, ”Si Merah” akan mendominasi laga. Ketajaman trisula Mohamed Salah-Roberto Firmino-Luis Diaz menjadi penentu.
Baca Juga: Nunez Hadirkan Dilema
Tim tuan rumah punya peluang melukai lawan dengan serangan balik. Musim ini, Liverpool tampak rapuh menghadapi transisi serangan cepat. Penyerang sayap Everton, Anthony Gordon (21), yang sangat lincah, bisa menjadi mimpi buruk sang rival.
Gelandang anyar
Kedua tim yang sama-sama kekurangan pemain di posisi gelandang bisa tersenyum setelah tenggat jendela transfer, Jumat dini hari WIB. Everton mendatangkan dua pemain sekaligus, Idrissa Gueye (32) dan James Garner (21), sementara Liverpool meminjam Arthur Melo (26).
Gueye dan Garner bisa menjawab kekosongan peran jenderal lapangan dalam formasi 4-3-3 ala Lampard. ”Saya adalah gelandang box to box yang bisa memainkan banyak peran. Mendukung saat bertahan dan menyerang. Saya percaya bisa membawa energi besar ke tim ini,” ucap Garner yang dibeli dari akademi Manchester United.
Baca Juga: Adaptasi Manchester City Jadi Peluang Liverpool
Sementara itu, Arthur bisa menggantikan sementara peran Jordan Henderson dan Thiago yang masih cedera. Meskipun tidak banyak mendapat jam terbang selama dua musim terakhir, mantan pemain Barcelona itu bisa menjadi pelapis di tengah jadwal padat Liverpool.
Liverpool sudah kembali bisa menggunakan jasa penyerang mudanya, Darwin Nunez. Striker yang didatangkan pada musim panas tersebut sudah terbebas dari hukuman larangan bermain akibat kartu merah saat lawan Crystal Palace. (AP/REUTERS)