”Sang Dewi” dan ”Si Banteng” Berlomba Menjadi Kuda Hitam Serie A
Performa Atalanta dan Torino cukup menjanjikan di awal musim Liga Italia 2022/2023. Kalau bisa konsisten, mereka bukan tak mungkin jadi kuda hitam yang bisa menjegal para pemburu gelar juara musim ini.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
BERGAMO, SELASA — Walau masih terlalu dini, performa Atalanta dan Torino cukup menjanjikan di awal musim Serie A Liga Italia 2022/2023. Hingga pekan ketiga, ”Sang Dewi” Atalanta dan ”Si Banteng” Torino menjadi dua dari enam tim yang meraih tujuh poin dan berada di enam besar klasemen sementara. Kalau bisa mempertahankan performanya, mereka bukan tak mungkin menjadi kuda hitam para pemburu gelar juara musim ini.
Atalanta mungkin tidak bisa lagi dianggap tim papan tengah Serie A. Sejak musim 2016/2017 hingga 2020/2021, mereka nyaris selalu masuk empat besar klasemen akhir. Klub berjersei biru-hitam itu berada di urutan keempat musim 2016/2017, sempat melorot ke peringkat ketujuh musim 2017/2018, dan berturut-berturut di tempat ketiga musim 2018/2019 sampai 2020/2021.
Namun, dengan rekam jejak belum pernah menjuarai Serie A dan baru konsisten berada di kasta tertinggi Liga Italia sedekade terakhir, Atalanta tetap belum bisa dikategorikan tim elite Serie A. Prestasi mengilat mereka akhir-akhir ini dinilai tak lebih sebagai kejutan tim kuda hitam.
Bahkan, musim 2021/22, Atalanta kembali ke ”setelan pabrik” sebagai tim papan tengah. Musim kemarin, klub asal Kota Bergamo itu harus puas berada di urutan kedelapan.
Berbeda lagi dengan Torino. Klub berjersei merah marun itu sempat menjadi raksasa Italia di era 1940-an. Setidaknya, mereka memiliki koleksi tujuh scudetto atau juara Serie A, yakni musim 1927/1928, 1942/1943, 1945/1946, 1946/1947, 1947/1948, 1948/1949, dan 1975/1976.
Akan tetapi, Torino yang sempat bangkit dari Tragedi Superga tak mampu menjaga konsistensinya. Tragedi Superga adalah kecelakaan pesawat di kawasan Superga, Italia, yang menyebabkan tewasnya sebagian besar anggota tim Torino pada 4 Mei 1949.
Setidaknya, pasca-menjuarai Serie A 1975/1976, Torino lebih banyak berada di papan tengah dan bawah liga. Bahkan, klub asal Kota Turin itu sempat berulang kali terlempar ke Serie B atau kasta kedua Liga Italia sebelum kembali promosi ke Serie A sejak 2012/2013. Musim lalu, mereka harus puas berada di peringkat ke-10.
Awal musim meyakinkan
Namun, awal musim ini, Atalanta dan Torino tampil meyakinkan. Mereka sama-sama menuai tujuh poin hasil dari dua kemenangan dan satu imbang. Hanya perbedaan selisih memasukkan dan kemasukan gol yang membuat posisi mereka berbeda di papan klasemen, Atalanta di urutan keempat dan Torino persis di bawahnya.
Performa Atalanta dan Torino serupa dengan Napoli di puncak klasemen dan juara bertahan AC Milan di peringkat kedua. Bahkan, Atalanta dan Torino jauh lebih baik daripada dua raksasa Italia, yakni Inter Milan di tempat ketujuh dengan enam poin dan Juventus di urutan kedelapan dengan lima poin.
Sejauh ini, hasil yang diraih Atalanta dan Torino tidak bisa dibilang kebetulan belaka. Paling tidak, Atalanta sempat menahan imbang 1-1 tim tamu, AC Milan, pada pekan kedua, Senin (22/8/2022). Bahkan, dalam laga itu, mereka unggul lebih dulu lewat gelandang Ruslan Malinovskyi di menit ke-29 sebelum AC Milan menyamakan kedudukan melalui gelandang Ismael Bennacer di menit ke-68.
Saya tahu lingkungan dan semangat para penggemar. Waspadalah terhadap tim yang memiliki start bagus, seperti Lazio dan Atalanta. Perlombaan scudetto terbuka untuk semuanya.
”Saya tahu lingkungan dan semangat para penggemar. Waspadalah terhadap tim yang memiliki start bagus, seperti Lazio dan Atalanta. Perlombaan scudetto terbuka untuk semuanya,” terang pelatih kawakan Italia, Claudio Ranieri, menilai peta persaingan Serie A musim ini, seperti dikutip Football-Italia, Selasa (30/8/2022).
Setali tiga uang, Torino sempat menahan imbang 0-0 tim tamu, Lazio pada pekan kedua, Sabtu (20/8/2022). Walau bukan raksasa Italia, Lazio salah satu dari tujuh tim elite atau The Magnificent Seven Serie A era 1990-an hingga 2000-an yang masih disegani sampai sekarang.
”Torino rumit untuk semua orang. Mereka menyebabkan masalah besar bagi kami dalam dua laga musim lalu dan karakteristik mereka membuat mereka sangat sulit untuk dilawan,” ujar Pelatih Lazio Maurizio Sarri mengambarkan potensi Torino, seperti dilansir Football-Italia, Sabtu (20/8/2022).
Maka itu, pertemuan antara Atalanta dan Torino di Bergamo dalam pekan keempat Serie A, Jumat (2/9/2022), menjadi laga penentuan arah siapa yang akan menjadi kuda hitam sesungguhnya musim ini. Kuda hitam mungkin masih sulit untuk membuat kejutan menjadi juara seperti yang dilakukan Sampdoria di Serie A 1990/1991. Akan tetapi, kuda hitam bisa menghambat, bahkan menjegal kandidat juara menggapai mimpinya.
Kendati demikian, Atalanta mungkin jauh lebih diunggulkan atas Torino. Selain bertindak sebagai tuan rumah, Atalanta nyaris tidak kehilangan pemain penting dalam jendela transfer musim panas ini. Mereka justru memperkuat tim dengan empat pemain penting, yakni bek Merih Demiral dari Juventus seharga 20 juta euro (Rp 297 miliar), gelandang Ederson dari Salernitana (21 juta euro/Rp 312 miliar), sayap Jeremie Boga dari Sassuolo (22 juta euro/Rp 327 miliar), dan penyerang Rasmus Hojlund dari Sturm Graz (17 juta euro/Rp 252 miliar).
Sebaliknya, Torino kehilangan sejumlah pemain penting menjelang musim baru. Bek andalan Gleison Bremer berlabuh ke Juventus dengan mahar 41 juta euro (Rp 609 miliar) dan penyerang sekaligus kapten Andrea Belotti yang pergi ke AS Roma secara gratis. Mereka mendatangkan bek Perr Schuurs dari Ajax seharga 9 juta euro (Rp 133 miliar) dan membeli permanen penyerang Pietro Pellegri dari Monaco (5 juta euro/Rp 74 miliar).