”Allegri-Ball”, Gaya ”Oktagon”, dan Kewajiban Transfer Juventus
Lini tengah Juventus lagi-lagi tampil memalukan. Cederanya Paul Pogba dan Angel Di Maria membuat ”Si Nyonya Besar” tidak punya visi permainan untuk mengkreasi peluang.

Pemain Sampdoria Mehdi Leris (kanan) dan pemain Juventus Mattia De Sciglio berebut bola dalam pertandingan Liga Italia di Stadion Luigi Ferraris, Genoa, Selasa (23/8/2022) dini hari WIB. Laga berakhir imbang 0-0.
Bermain imbang tanpa gol melawan Sampdoria, Selasa (23/8/2022) dini hari WIB, di Stadion Luigi Ferraris, kelemahan utama Juventus pun kembali mengemuka. ”Si Nyonya Besar” tidak memiliki kreativitas demi menghadirkan magis yang menjadi syarat untuk menaklukan lawan.
Di era sepak bola modern saat ini, keajaiban itu mutlak diciptakan oleh pemain-pemain yang menempati lini tengah, baik itu gelandang maupun para pemain sayap. Bahkan, sejumlah manajer berfilosofi menyerang, seperti Pep Guardiola, Juergen Klopp, dan Thomas Tuchel, tidak memerlukan penyerang murni untuk meraih trofi.
Baca Juga: Juventus Tak Berkutik oleh Sampdoria, ”Fans” Minta Max Allegri Dipecat
Gelar juara itu didapatkan dengan kekayaan sumber daya gelandang kreatif. Ketiga pelatih itu bisa menghasilkan banyak gol dengan pemain berperan false-nine yang lebih fokus bertugas untuk membuka ruang bagi rekan setimnya.
Gelandang kreatif itu yang masih didambakan Allegri memasuki musim kedua pada periode keduanya menangani Juve. Setidaknya, itu yang terlihat di laga kontra Sampdoria sehingga Juve hanya bisa membawa pulang sebuah poin.

Pemain Sampdoria Omar Colley (kiri) dan pemain Juventus Dusan Vlahovic beraksi dalam pertandingan Liga Italia di Stadion Luigi Ferraris, Genoa, Selasa (23/8/2022) dini hari WIB. Laga berakhir imbang 0-0.
Bermain tanpa Angel Di Maria, yang tampil menawan dengan kreasi satu gol dan sebuah asis ketika melibas Sassuolo, 3-0, di pekan pertama, Juve seperti balik ke aturan dasar permainan di musim lalu. Permainan yang tidak memiliki visi jelas dalam membangun serangan.
Ide Allegri di periode kedua bersama Juve sedikit berbeda dibandingkan periode pertamanya pada musim 2014-2019. Tidak lagi banyak bola-bola panjang, kini Juve membangun serangan dari lini belakang.
Peran sentral bek tengah dalam mengalirkan bola cukup penting. Namun, Si Nyonya Besar tidak memiliki gelandang bertipe deep-lying playmaker yang bisa menjadi penghubung lini belakang dan depan sekaligus membantu mengatur tempo permainan.
Di periode pertama lalu, Allegri punya Andrea Pirlo dan Miralem Pjanic di posisi itu. Hasilnya, ia mempersembahkan sembilan trofi mayor domestik serta dua kali membawa Juve tampil di final Liga Champions.

Pemain Sampdoria Francesco Caputio (kanan) menendang bola dalam pertandingan Liga Italia di Stadion Luigi Ferraris, Genoa, Selasa (23/8/2022) dini hari WIB. Laga berakhir imbang 0-0.
Juru taktik berusia 55 tahun itu telah mencoba Manuel Locatelli untuk ditempatkan di posisi itu. Hanya saja, Locatelli gagal tampil konsisten di peran barunya itu.
Sebab, ia lebih optimal jika bermain sebagai gelandang box-to-box yang berkeliaran di antara ruang di zona pertahanan lawan. Tugas itu dijalankannya dengan baik bersama tim nasional Italia.
Baca Juga: Di Maria, ”Si Mi Keriting” Kualitas Instan di Juventus
Pada laga melawan Sampdoria, Locatelli gagal mengeluarkan Juve dari strategi pressing tinggi Sampdoria. Alhasil, Juve hanya melakukan operan-operan tanpa arah di sepertiga akhir zona pertahanan sendiri.
Beberapa peluang, salah satunya kesempatan emas Juan Cuadrado di menit ke-15 yang tinggal berhadapan dengan kiper lawan, Emil Audero, tercipta berkat umpan panjang diagonal dari pemain belakang. Itu menandakan ada hubungan yang hilang di lini tengah sehingga bek memutuskan memberikan umpan langsung ke pemain di depan.

Cederanya pemain tengah kreatif seperti Di Maria serta Paul Pogba membuat Juve bermain monoton dan tanpa arah. Penampilan melawan Sampdoria pun memunculkan cibiran dari pendukung Juve yang mengecam permainan ”allegri-ball”.
Bahkan, dalam beberapa kesempatan, Juve tampil dengan gaya ”oktagon” atau persegi delapan. Hal itu dilihat dengan membuat garis imajiner untuk menghubungkan posisi para pemain Juve ketika membangun serangan.
Baca Juga: Badai Cedera Paksa AS Roma dan Juventus Kembali Berburu Pemain
Gaya oktagon itu membuka kenyataan bahwa tidak ada satu pun pemain tengah yang bertahan di posisi sentral permainan. Tidak ada pula pemain yang berinisiatif menjemput bola dari penguasaan pemain belakang.
Trio gelandang utama Juve, yakni Locatelli, Weston McKennie, dan Adrien Rabiot, yang tampil sejak menit awal lebih sering berada di sisi luar lapangan. Mereka lebih dekat dengan pemain sayap dibandingkan mendekati pemain belakang untuk menjadi penghubung dalam situasi membangun serangan.

Juve memang bisa mencatatkan empat tembakan tepat sasaran, tetapi peluang itu tercipta berkat aksi individu, salah satunya Filip Kostic, gelandang sayap kiri, yang menghasilkan dua tembakan terarah.
Hari dilupakan Vlahovic
Sementara itu, penyerang utama Juve, Dusan Vlahovic, mengalami hari yang wajib dilupakan dalam kariernya. Ia sama sekali tidak melakukan satu pun tembakan. Catatan offside penyerang berpaspor Serbia itu justru lebih baik dengan koleksi tiga kali terperangkap strategi garis pertahanan lawan.
Baca Juga: Ujian Awal Konsistensi Juventus
Minimnya suplai kepada Vlahovic ditegaskan pula dengan hanya melakukan sembilan sentuhan selama 96 menit. Ia juga hanya melakukan empat operan sukses. Itu adalah catatan terburuk dari 22 pemain dari kedua tim yang tampil sebagai pemain utama.
Adapun ketika ditopang Di Maria pada pekan pertama, Vlahovic bisa melakukan 26 sentuhan. Ia juga menjadi pemain Juve yang melakukan tembakan terbanyak dengan enam kali yang dua di antaranya berbuah gol.

Pemain Juventus Danilo (kanan) dan pemain Sampdoria Abdelhamid Sabiri berebut bola dalam pertandingan Liga Italia antara Sampdoria dan Juventus di Stadion Luigi Ferraris, Genoa, Selasa (23/8/2022) dini hari WIB.
Fabio Capello, mantan pelatih Juve, menuturkan, performa Juve yang minim kualitas dari pusat permainan atau lini tengah mengembalikan klub kepada masalah di musim lalu.
Kehilangan Di Maria dan Pogba sangat terasa. Juventus adalah tim yang miskin kreativitas di lini tengah sehingga Allegri tentu sangat berharap dua pemain barunya itu cepat pulih dan tampil kembali.
”Kehilangan Di Maria dan Pogba sangat terasa. Juventus adalah tim yang miskin kreativitas di lini tengah, sehingga Allegri tentu sangat berharap dua pemain barunya itu cepat pulih dan tampil kembali,” tutur Capello kepada Sky Sport Italia.
Eugenio Fascetti, mantan pemain Juve periode 1960-1961, menilai, Si Nyonya Besar akan kembali tanpa trofi di musim ini jika performa pemain tengah tidak meningkat. Kata Fascetti, gelandang Juve di level kompetisi domestik sudah tertinggal dari AC Milan dan Inter Milan.
”Tanpa peluang Cuadrado tidak ada hal yang menonjol dari performa Juve di babak pertama (versus Sampdoria). Di babak kedua, mereka tampil lebih baik dengan penguasaan bola lebih dari 20 menit, tetapi itu tidak dibarengi kualitas permainan. Dengan gelandang (yang ada saat ini), Juve mustahil memenangi sesuatu di musim ini,” kata Fascetti dilansir Corriere dello Sport.

Reaksi pelatih Juventus Massimiliano Allegri dalam pertandingan Liga Italia antara Sampdoria dan Juventus di Stadion Luigi Ferraris, Genoa, Selasa (23/8/2022) dini hari WIB.
Ketika semua pendukung Juve hingga pakar sepak bola di Italia mengkhawatirkan permainan Juve yang kekurangan visi dan kreativitas, Pelatih Juve Massimiliano Allegri justru enggan membicarakan masalah itu. Menurut dia, skuad Juve telah memulai kompetisi musim ini lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu.
Di dua pekan awal musim ini, Si Nyonya Besar telah mengoleksi empat poin dan belum kemasukan. Pada periode sama musim lalu, Juve hanya meraih satu poin dan telah kebobolan tiga gol.
Baca Juga: Harapan Baru Pogba yang Tertunda di Meja Operasi
”Kami kehilangan Paul Pogba dan Federico Chiesa yang sangat penting. Kami ingin meraih sesuatu yang besar di musim ini, tetapi masih butuh waktu dan semua hal memerlukan kesabaran untuk mencapai itu,” tutur Allegri kepada DAZN.
Maksimalkan transfer
Juve wajib membenahi kualitas di lini tengah untuk bisa bersaing di Liga Italia dan Piala Liga Italia, kemudian tampil tidak mengecewakan di pentas Liga Champions. Untuk itu, manajemen Juve tengah mengevaluasi dengan cermat jendela transfer yang hanya tersisa satu pekan lagi.

Ekspreis pemain Juventus Filip Kostic dalam pertandingan Liga Italia antara Sampdoria dan Juventus di Stadion Luigi Ferraris, Genoa, Selasa (23/8/2022) dini hari WIB.
Leandro Paredes, gelandang Paris Saint-Germain, menjadi nama yang paling diinginkan Allegri untuk menambal kekurangan pengatur permainan di jantung lini tengah. Pemain tim nasional Argentina itu bisa berperan sebagai deep-lying playmaker sekaligus regista yang merupakan peran yang tidak dimiliki Juve.
Baca Juga: Juventus, ”Si Nyonya Besar” Pengagum Darah Senja
Kehadiran Paredes akan memberikan kesempatan kepada Locatelli untuk kembali menjalankan tugas favoritnya sebagai gelandang box-to-box. Tak hanya itu, Paredes juga bisa menjadi mentor bagi gelandang muda, Fabio Miretti, yang telah menunjukkan potensi besar untuk menjadi pemain utama Juve dan tim nasional Italia di masa depan.
Hanya saja, Miretti yang berusia 19 tahun masih terlalu riskan untuk diberikan tanggung jawab dan tekanan super besar ketika tampil bersama Juve. Di musim perdananya masuk dalam daftar pemain utama Si Nyonya Besar, Miretti setidaknya butuh pemain senior yang bisa membantunya berkembang.
Itu yang dilakukan Juve kepada Pogba, satu dekade silam. Ketika datang ke Italia, Pogba masih berusia 19 tahun, Juve memberinya ”pendidikan” di bawah pengawasan langsung dari Andrea Pirlo dan Claudio Marchisio.

Pemain Juventus Dusan Vlahovic dalam pertandingan Liga Italia antara Sampdoria dan Juventus di Stadion Luigi Ferraris, Genoa, Selasa (23/8/2022) dini hari WIB.
Demi mendatangkan Paredes, Juve juga dikejar waktu untuk menjual satu atau dua gelandang tersedia saat ini. Negosiasi dengan Valencia untuk melepas Arthur Melo belum menemui titik kesepakatan, sedangkan transfer Rabiot ke MU digagalkan sang pemain karena permintaan gaji terlampau tinggi.
Oleh karena itu, Si Nyonya Besar berpeluang mengevaluasi tawaran yang masuk untuk gelandang lain, seperti McKennie dan Dennis Zakaria. Namun, melepas salah satu dari dua pemain itu juga bisa menjadi buah simalakama bagi Juve karena keluwesan peran keduanya memainkan lebih dari satu peran di lini tengah. Tak hanya itu, mereka juga kerap menjadi alternatif hadirnya gol bagi Juve.
Akhirnya, dibandingkan menunggu Pogba dan Di Maria pulih, Juve perlu memadukan keputusan tepat dan cermat untuk mendatangkan pemain baru serta melepas pemain yang benar-benar tidak diperlukan Allegri.
Sebab, gelandang anyar yang dibutuhkan Allegri bukan sekadar untuk menutup lubang-lubang akibat absennya dua pemain kreatif itu, melainkan juga untuk semakin meningkatkan kualitas lini tengah Juve ketika semua pemain utama bisa kembali tampil selama 90 menit.