Pejuang bulu tangkis Indonesia membawa pulang tiga gelar juara dari Singapura Terbuka 2022. Tak hanya prestasi, mereka pun menunjukkan tekad baja dalam melalui rintangan cedera demi mengharumkan Merah Putih.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
SINGAPURA, MINGGU — Tim bulu tangkis Indonesia berhasil membawa pulang tiga gelar juara dari Singapura Terbuka 2022. Kesuksesan itu tak disangkal berkat tekad baja, antara lain, dua wakil Indonesia yang sedang mengalami cedera. Mereka coba melawan rasa sakit sepanjang laga demi mengharumkan ”Merah Putih” saat ada opsi untuk mundur dari partai final yang berlangsung Minggu (17/7/2022).
Tiga gelar itu berasal dari ganda putri Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti yang menang atas pasangan China, Zhang Shu Xian/Zheng Yu, 21-14, 21-17. Ganda putra Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin menang 9-21, 21-14, 21-16 atas wakil Indonesia lainnya, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, dan tunggal putra Anthony Sinisuka Ginting menang 23-21, 21-17 atas pebulu tangkis Jepang, Kodai Naraoka.
Bersama tunggal putri India PV Sindhu yang menang atas pebulu tangkis China Wang Zhi Yi, 21-9, 11-21, 21-15, ketiga wakil Indonesia itu adalah juara baru di Singapura Terbuka. Itu menjadi prestasi yang membanggakan untuk Indonesia karena terakhir kali wakil Merah Putih memboyong tiga gelar dari Singapura Terbuka adalah sembilan tahun lalu, yakni saat tunggal putra Tommy Sugiarto, ganda putra Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, dan ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir menjadi yang terbaik pada 2013.
Namun, di balik kesuksesan itu, ada kisah perjuangan luar biasa dari para wakil Indonesia. Setidaknya, Fadia dan Leo berlaga dalam kondisi cedera pada laga penentuan juara. Fadia mengalami cedera tumit kiri yang terasa sejak mengikuti Malaysia Masters 2022 di Kuala Lumpur (5-10 Juli), sedangkan Leo cedera pinggang dalam latihan yang membuat Leo/Daniel tidak ikut Malaysia Terbuka 2022 di Kuala Lumpur (28 Juni-3 Juli) dan Malaysia Masters 2022.
Tidak mau mundur
Keduanya sama-sama diberi kesempatan untuk mundur dari final Singapura Terbuka. Akan tetapi, mereka memilih tetap bermain dengan menanggung rasa sakit. Fadia, misalnya. Pebulu tangkis berusia 21 tahun ini mengaku pelatih ganda putri Eng Hian sudah bertanya apakah dirinya mau mundur atau tetap bermain pada pagi hari sebelum final.
Sebab, Fadia memang terlihat terganggu dengan cedera tersebut, terutama saat dia dan Apriyani menang susah payah atas pasangan Thailand, Supissara Paewsampran/Puttita Supajirakul, 19-21, 21-13, 21-19, dalam semifinal, Sabtu (16/7/2022). Namun, pebulu tangkis asal Bogor, Jawa Barat, itu bergeming dan memaksa terus bermain di final.
Saat main, saya seperti tidak ingat kalau kaki saya sakit. Karena keinginan untuk menang itu sangat besar, rasa sakit itu seperti hilang.
”Meski tumit kiri saya masih sakit, saya ngotot dan memaksakan diri tetap main. Itu karena rasa ingin menang saya begitu besar sehingga mampu mengalahkan rasa sakit. Saat main, saya seperti tidak ingat kalau kaki saya sakit. Karena keinginan untuk menang itu sangat besar, rasa sakit itu seperti hilang,” ujar Fadia kepada tim Humas dan Media Pengurus Besar Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI).
Tekad hebat yang sama ditunjukkan Leo. Rasa sakit di pinggangnya cukup mengganggu. Bahkan, dia sempat dua kali minta waktu perawatan, yakni mendapatkan semprotan pereda nyeri saat dia dan Daniel tertinggal, 5-11, dari Fajar/Rian di set pertama dan mendapatkan semprotan serupa ketika mereka unggul 11-6 di set kedua.
Beberapa kali Leo coba memegangi pinggangnya. Leo menuturkan, pinggangnya memang kembali bermasalah. Akan tetapi, pebulu tangkis 20 tahun ini memaksa terus bertanding. ”Karena sudah tanggung dan ini laga final. Apalagi, Daniel juga siap mem-back up,” ungkap Leo.
Menurut Daniel, saat Leo mendapatkan perawatan di set pertama, dirinya coba bertanya apakah Leo mau terus main atau berhenti. Ternyata, Leo tetap mau bermain. ”Leo bilang terus (main), ya, kami paksakan terus bertanding. Leo saya minta bermain aman saja. Pendeknya, harus pintar-pintaran saja cara bermainnya. Ternyata berhasil dan kami jadi juara,” terangnya.
Sementara itu, luapan emosional ditumpahkan Anthony. Sekejap seusai mendapatkan poin terakhir yang memastikannya menjadi juara Singapura Terbuka, sambil berteriak kencang, Anthony melempar raketnya dengan keras ke lapangan hingga bagian ujung raket patah.
Wajar Anthony seemosional tersebut. Sebab, pebulu tangkis 25 tahun ini baru saja mengakhiri paceklik gelar juara Tur Dunia Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF World Tour) dua tahun terakhir atau setelah terakhir kali menjadi juara Indonesia Masters 2020 di Jakarta (14-19 Januari 2020).
Tahun ini, grafik Anthony pun kurang memuaskan. Dari sembilan kejuaraan terbuka sebelum Singapura Terbuka, capaian terbaiknya menjadi semifinalis Indonesia Masters 2022 di Jakarta (7-12 Juni) dan Swiss Terbuka 2022 di Basel (22-27 Maret).
Maka itu, Anthony menganggap juara Singapura Terbuka menjadi salah satu momen terbaiknya seusai menjalani performa yang kurang baik beberapa bulan terakhir. ”Bersyukur dengan segala kerja keras dan juga kepercayaan dari pelatih, PBSI, dan semua teman-teman dan keluarga juga yang terus mendukung, akhirnya saya bisa juara setelah lama menunggu,” katanya.
Kendati demikian, ketiga wakil Indonesia itu tidak mau cepat puas dengan juara Singapura Terbuka. Mereka coba menjadikan gelar itu sebagai motivasi untuk terus lebih baik dan meraih gelar-gelar lain dalam rangkaian kejuaraan selanjutnya.
Pasangan Leo/Daniel, contohnya. Bagi ganda putra peringkat ke-23 dunia itu, juara Singapura Terbuka adalah gelar tur dunia pertama sepanjang karier mereka. Sebelumnya, prestasi terbaik mereka runner-up Hylo Terbuka 2021 di Saarbrucken, Jerman (2-7 November 2021).
Kepercayaan diri Leo/Daniel pun terangkat dan ingin meneruskan tren juara itu dalam kejuaraan-kejuaraan lainnya. ”Saya bersyukur dan senang bisa juara kali pertama di BWF World Tour. Cuma, kami tidak boleh cepat puas, masih banyak turnamen lain ke depan. Walau kami sekarang lagi di bawah, kami mencoba berusaha yang terbaik untuk meningkatkan kualitas supaya kelak kami bisa bertahan di peringkat atas dengan sangat lama,” ucap Daniel.
Eng Hian menyampaikan, dengan performa terus menanjak, antara lain juara Singapura Terbuka dan Malaysia Terbuka serta runner-up Indonesia Masters 2022 dalam lima kejuaraan terakhir, Apriyani/Fadia pasti akan lebih diwaspadai para lawan-lawannya ke depan. Adapun Apriyani dan Fadia dipasangkan pertama kali dalam SEA Games Vietnam 2021 (16-22 Mei 2022) dan sukses merebut emas.
Untuk itu, Apriyani/Fadia wajib terus dipersiapkan lebih baik. Lagi pula, target Eng Hian adalah membawa Apriyani/Fadia bisa bersaing di tur dunia level lebih tinggi. ”Saya kira, ke depan, Apri/Fadia lebih baik tampil di turnamen level super 500 ke atas (Singapura Terbuka dan Indonesia Masters level super 500, sedangkan Malaysia Terbuka level super 750). Kami tinggal menjaga performa dan persiapannya karena sudah tahu standarnya,” tutur Eng Hian.