Inovasi Wisata Olahraga Kreasi Bali United
Bali United membuktikan wisata olahraga bisa menjadi sumber pemasukan bagi klub sepak bola. Untuk itu, pengorbanan dan gebrakan finansial harus diterapkan demi sebuah misi besar jangka panjang.
Muhammad Faiz, salah satu staf ofisial Kedah Darul Aman, klub asal Malaysia, rela datang lebih cepat ke Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali, dua jam sebelum timnya bertarung melawan Visakha pada laga terakhir Grup G Piala AFC 2022, Kamis (30/6/2022). Itu dilakukannya agar punya waktu untuk berkeliling di Bali United Mega Store yang berada di sisi selatan markas juara Liga 1 2021-2022 itu.
”Kami tidak punya toko seperti ini di Alor Setar (lokasi markas Kedah, Stadion Darul Aman). Di sini bagus untuk mencari buah tangan yang berkaitan dengan Bali United,” kata Faiz yang ditemui pada Kamis malam.
Baca juga: IPO, NFT, dan “Semesta Lain” Bali United
Sekitar 20 menit, Faiz berada di toko itu untuk melihat beberapa produk klub, seperti jersei, topi, jaket, hingga memfoto trofi Liga 1 Indonesia yang dipajang di sisi utama Bali United Mega Store. Sebelum meninggalkan toko cendera mata milik Bali United itu, ia membeli seragam tandang tim bola basket Bali United yang berwarna putih.
Jersei seharga Rp 399.000 itu dipilih Faiz sebagai kenang-kenangannya sebelum kembali ke Malaysia. Setelah membeli jersei itu, ia langsung menuju ruang ganti tim Kedah untuk membantu skuad tim asal Malaysia itu melakukan pemanasan jelang pertandingan penentu melawan Visakha. Laga itu pun dimenangi Kedah 5-1 sehingga tim berjuluk ”Sang Kenari” itu merebut posisi puncak Grup G untuk melaju ke semifinal zona ASEAN Piala AFC 2022.
Kekaguman Faiz dengan Bali United Mega Store cukup beralasan. Toko yang dibuka pada 2017 itu memiliki ratusan produk dengan mencantumkan logo Bali United di dalamnya.
Semua perlengkapan fashion, mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki, tersedia di toko seluas 1.000 meter persegi itu, misalnya topi, jersei, kemeja, kaus, masker, kemeja, dan kaus kaki.
Jersei yang menjadi pernak-pernik Bali yang paling dicari pun tersedia beragam. Tidak hanya seragam tempur tim sepak bola Bali United, tetapi juga tim bola basket dan e-sport.
Baca juga: Gairah Sepak Bola Kembali di Bali
Toko cendera mata itu tidak cuma ada di kompleks Wayan Dipta, Bali United pun berusaha ”menjemput” kebutuhan para pencinta olahraga dengan membuka toko di ”gerbang” Pulau Bali, yaitu Bandara I Gusti Ngurah Rai.
Bali United Store berada di terminal keberangkatan salah satu bandara tersibuk di Indonesia itu. Toko pernak-pernik tim berjuluk ”Serdadu Tridatu” itu dapat ditemui sebelum penumpang pesawat memasuki ruang tunggu.
Untuk mengelola Bali United Mega Store, manajemen Bali tidak setengah-setengah. Mereka memberlakukan kebijakan mengontrak pegawai tambahan di setiap hari pertandingan.
Sebab, toko itu selalu mengalami lonjakan pengunjung di hari pertandingan kandang Bali United. Itu diwujudkan dengan penambahan petugas loket pembayaran. Di luar adanya agenda laga, toko itu hanya menyediakan satu loket pembayaran, sedangkan pada hari pertandingan empat loket pembayaran dibuka.
Baca juga: Pertaruhan Kualitas Liga 1
”Saya hanya bertugas di hari pertandingan. Puncak banyaknya transaksi pengunjung pada sebelum dan setelah pertandingan,” kata Putri Santi, salah satu petugas freelance kasir yang sehari-hari seorang mahasiswa.
Selain berbelanja pernak-pernik klub, Bali United juga memanjakan pendukung dengan kehadiran Bali United Cafe yang masih berada di kawasan Wayan Dipta. Sejak diresmikan 2018, kafe itu menjadi salah satu lokasi favorit bagi pendukung untuk membeli makanan dan minuman sebelum memasuki tribune penonton.
Menu yang disediakan kaff itu pun beragam, seperti kentang goreng, pisang bakar, nasi goreng, nasi ayam sambal, kreasi mi instan, hingga ada pula menu khusus anak-anak. Harga makanan dan minuman pun cukup terjangkau, mulai dari Rp 15.000 hingga Rp 45.000.
Satriyani, salah seorang pendukung setia Bali United, mengatakan, dirinya selalu datang ke kafe itu untuk membeli makanan ringan dan minuman sebelum menyaksikan laga tim kesayangannya itu. Ia pun tidak perlu khawatir ketinggalan pertandingan karena dari kafe setiap orang bisa melihat langsung ke arah lapangan Wayan Dipta.
Pengalaman ini hanya ada di Bali. Mirip seperti di luar negeri, kan?
”Pengalaman ini hanya ada di Bali. Mirip seperti di luar negeri, kan?” kata Satriyani, warga Gianyar.
Konsep Bali United Café terinspirasi dari Red Cafe yang dimiliki Manchester United di Stadion Old Trafford. Hingga kini belum ada klub lain di Indonesia yang menghadirkan kafe khusus di dalam stadion untuk memberikan pengalaman lain kepada pendukung.
Selain itu, meja di dalam Bali United Cafe juga terasa nuansa sepak bolanya karena dikemas menyerupai lapangan sepak bola. Adapun tempat duduk di dalam kafe itu juga diberi nama-nama para pemain dan pelatih kepala Bali sejak tim itu berlaga di Liga Indonesia musim 2015. Semua kursi di dalam kafe itu perpaduan warna merah dan hitam.
Untuk kursi yang diberi nama pemain disertakan pula nomor punggung pemain, seperti ”Spasojevic 9” atau ”Ricky Fajrin 24”. Sementara itu, bagi pelatih dibumbuhi tulisan ”coach” di bawah nama mereka. Ada tiga nama pelatih Bali United yang terpampang di kursi kafe itu, yakni Indra Sjafri, Widodo C Putro, dan Stefano ”Teco” Cugurra.
Baca juga: Stefano ”Teco” Cugurra, Pemberi Garansi Trofi
Selain dua fasilitas itu, Bali United Playland juga tersedia untuk memanjakan pendukung anak-anak. Beragam jenis permainan layaknya wahana permainan hadir di dalam kompleks Wayan Dipta.
Sewa hak guna
Untuk menjadikan stadion sebagai tempat yang bukan sekadar untuk menonton pertandingan sepak bola, Bali United mengambil langkah yang berbeda dibandingkan klub-klub lain di Indonesia. Alih-alih hanya menyewa stadion ke pemerintah daerah untuk laga pertandingan, mereka memutuskan untuk melakukan kontrak sewa hak guna kepada Pemerintah Kabupaten Gianyar sebagai pemilik stadion yang diresmikan pada 2003 itu.
Sejak menandatangani kesepakatan kontrak itu, 2017, Bali membayar biaya sewa sebesar Rp 547 juta per tahun selama lima tahun. Kemudian, durasi sewa itu bertambah menjadi 16 tahun.
Tidak cuma sekadar menyewa, Bali juga merenovasi stadion itu. Pada laporan keuangan tahunan 2020, biaya yang dikeluarkan klub untuk perbaikan stadion dan sewa mes mencapai Rp 922 juta. Jumlah itu agak menurun dibandingkan Rp 1,492 miliar yang dikeluarkan klub untuk pos pengeluaran itu pada 2019.
Baca juga: Anomali Bali United di Asia
Dengan pengelolaan mandiri itu, Bali telah menyulap Wayan Dipta sebagai salah satu stadion terbaik secara infrastruktur pertandingan dan fasilitas penunjang di Indonesia. Secara umum, fungsi stadion yang tidak sekadar hanya untuk laga sepak bola di Indonesia hanya bisa disaingi oleh Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta.
Padahal, sebelum Bali United gunakan, Wayan Dipta tidak layak untuk digunakan sebagai laga Liga 1. Kini, stadion itu pun telah siap menjadi lokasi pertandingan Piala Dunia U-20 tahun depan.
Direktur Utama Bali United Yabes Tanuri menuturkan, sejak awal kehadiran Bali United, pihaknya telah berpikir jangka panjang untuk tidak sekadar sebagai tim sepak bola. Ia berambisi menjadikan Bali United sebagai sebuah jenama dengan tingkat kesadaran yang tinggi dengan menyasar pendukung Indonesia dan warga negara asing di Bali.
Untuk itu, ia tidak segan mengeluarkan dana besar untuk memoles skuad Bali United dan fasilitas klub demi mewujudkan misi itu.
Baca juga: Penampilan Terburuk Bali United di Era Saya
”Berbagai kebijakan kita telah disesuaikan dengan budgeting, termasuk mau mengeluarkan dana berapa dan telah menganalisis berbagai income,” kata Yabes.
Selain menghadirkan fasilitas penunjang dari hasil inspirasinya mempelajari fasilitas serupa klub-klub di Eropa, Yabes pun berupaya menyerap aspirasi suporter dalam pertemuan setiap tahun. Dengan cara itu, Yabes tahu apa saja keinginan pendukung.
Itu tidak hanya berkaitan soal transfer pemain sesuai keinginan suporter, tetapi juga mengenai sarana primer demi memberikan kenyamanan pendukung untuk datang langsung ke Wayan Dipta di hari pertandingan.
”Prinsipnya selama masyarakat Bali masih mau kita di Bali, kita akan tetap di Bali,” ujarnya.
Bali United telah menjadi entitas unggulan dalam industri sepak bola di Indonesia. Hal itu menunjukkan program jangka panjang Bali yang ingin kegemilangan prestasi tim jalan beriringan dengan keuntungan komersial.