Ganda putra Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto menjuarai Daihatsu Indonesia Masters 2022. Gelar pertama Fajar/Rian di Istora Gelora Bung Karno itu menjadi bukti konsistensi mereka sejak awal tahun.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS -- Ganda putra Indonesia, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, melanjutkan penampilan konsisten mereka pada tahun ini dengan menjuarai turnamen bulu tangkis Daihatsu Indonesia Masters. Ini menjadi gelar kedua mereka di tahun ini dari empat final sejak Maret 2022.
Gelar tersebut diperoleh setelah mereka mengalahkan Liang Wei Kang/Wang Chang (China), 21-10, 21-17, pada final di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (12/6/2022). Kemenangan tersebut menambah gelar juara yang diperoleh ganda putra peringkat ketujuh dunia itu setelah Swiss Terbuka, Maret.
Selain Swiss, Fajar/Rian juga lolos ke final turnamen Korea Terbuka dan Thailand Terbuka. Namun, pada dua turnamen itu, mereka gagal membawa gelar juara. Pada Thailand Terbuka, yang digelar beruntun setelah Piala Thomas di Bangkok, Thailand, Mei, Fajar/Rian, bahkan, tak dapat menyelesaikan final saat berhadapan dengan Takuro Hoki/Yugo Kobayashi karena cedera pinggang yang dialami Fajar. Cedera tersebut dirasakan saat pemanasan menjelang final.
Dukungan penonton berpengaruh besar pada kemenangan ini, apalagi lawan baru pertama kali tampil pada final di Istora dengan atmosfer yang ramai oleh teriakan penonton.
“Dukungan penonton berpengaruh besar pada kemenangan ini, apalagi lawan baru pertama kali tampil pada final di Istora dengan atmosfer yang ramai oleh teriakan penonton,” kata Rian.
Gelar juara ini menjadi yang pertama bagi Fajar/Rian di depan publik sendiri di Istora. Mereka belum pernah menjuarai Indonesia Terbuka dan Indonesia Masters, dua turnamen bulu tangkis besar di Indonesia, yang kerap diselenggarakan di Istora, kecuali pada 2021 ketika digelar dalam “gelembung” di Bali karena pandemi Covid-19.
Sebelum menjadi juara pada tahun ini, hasil terbaik ganda berjulukan “Fajri” pada Indonesia Masters adalah ketika menjadi semifnalis pada 2020. Ketika itu, mereka kalah dari Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan pada babak empat besar.
“Semoga setelah ini, kami bisa tampil lebih baik di Indonesia Terbuka (14-19 Januari). Kami tidak akan menjadikan gelar ini sebagai beban karena setelah ini, status kami bukan lagi juara. Dua hari lagi, kami akan tampil pada turnamen yang lain,” kata Fajar.
Ganda putri
Sementara itu pada partai final nomor ganda putri, Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti belum berhasil menyandingkan gelar juara SEA Games Vietnam 2021 dengan Indonesia Masters. Di partai puncak, Apriyani/Fadia yang baru dipasangkan pada awal tahun ini kalah dari pasangan nomor satu dunia asal China, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan, dua gim langsung 21-18 dan 21-12.
Menghadapi ganda putri terbaik dunia semakin menyadarkan Apriyani/Fadia bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang harus mereka benahi. Apriyani/Fadia mengaku belum puas terhadap pola permainan selama ini. Bagi Fadia, kesempatan menghadapi Chen/Jia memberinya pelajaran terkait standar permainan dari pebulu tangkis level atas dunia.
Fadia menilai Chen/Jia bermain konsisten. Selain itu, Chen/Jia memiliki visi dalam setiap pukulan bolanya. Kekompakan Chen/Jia dalam rotasi pergerakan juga menjadi hal yang Fadia pelajari. Menurut Fadia, Chen/Jia saling menutupi satu sama lain saat menahan serangan.
"Hari ini saya belajar banyak. Ternyata level standar dunia seperti itu. Jadi saya harus bisa meningkatkan kemampuan. Mendorong terus. Pokoknya setelah ini latihannya harus lebih keras. Ini baru awal," kata Fadia.
Apriyani/Fadia tidak mendapat target khusus dari pelatih Eng Hian sebab baru beberapa bulan berpasangan. Turnamen Indonesia Masters dan Indonesia Terbuka pada pekan depan dimanfaatkan Eng Hian untuk melihat sejauh mana kemampuan Apriyani/Fadia ketika bertemu lawan yang jauh lebih kuat.
Selama bertanding di Indonesia Masters, Apriyani/Fadia mendapat gambaran mengenai pentingnya mengontrol permainan. Di partai final, Apriyani/Fadia mengulangi kelemahan mereka sejak babak perempat final, yaitu kehilangan kontrol permainan di gim pertama.
Di babak perempat final, Apriyani/Rahayu takluk 15-21 di gim pertama dari pasangan Korea Selatan Lee So Hee/Shin Seung Chan setelah kehilangan kontrol permainan. Selanjutnya, di semifinal, mereka juga kehilangan gim pertama dari pasangan Malaysia Pearly Tan/Thinaah Muralitharan, 21-23. Apriyani/Fadia kembali kehilangan kontrol permainan di awal pertandingan saat menghadapi Chen/Jia.
"Di set pertama kami tidak mengontrol pola permainan. Pada akhirnya mereka bisa secepat itu mendapatkan poin dari kami. Akibatnya (kehilangan kontrol), kami melakukan banyak kesalahan yang berbuah poin untuk mereka," kata Apriyani.
Kini Apriyani/Fadia berfokus untuk memulihkan stamina untuk menghadapi Indonesia Terbuka. Di turnamen berlevel Super 1000 itu, Apriyani/Fadia berharap bisa tampil lebih baik lagi.