Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti membuat kejutan dengan menyingkirkan pasangan peringkat dua dunia. Mereka melaju ke semifinal di turnamen kedua setelah dipasangkan pada awal tahun ini.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA, YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Ganda Putri Indonesia, Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti, membuat kejutan dengan mengalahkan unggulan kedua dalam turnamen Daihatsu Indonesia Masters 2022. Tampil dalam turnamen kedua sejak berpasangan, mereka melaju ke semifinal seusai mengalahkan ganda Korea Selatan, Lee So-hee/Shin Seung-chan, dengan skor 15-21, 21-16, dan 21-16 di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta.
Pasangan Korea Selatan itu bukanlah sembarang lawan. Selain unggulan kedua di turnamen ini, mereka juga merupakan ganda putri peringkat kedua dunia. Lee/Shin juga punya rekam jejak yang menakutkan dengan menjadi finalis Kejuaraan Dunia 2021 di Huelva, Spanyol. Dengan begitu, Lee/Shin sudah teruji sebagai salah satu ganda putri terbaik dunia. Ini kontras dengan Apriyani/Fadia yang baru saja dipasangkan di awal tahun.
Mengetahui Apriyani/Fadia menghadapi lawan yang tidak mudah, atmosfer di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta, Jumat (10/6/2022), pun riuh dengan teriakan penonton. Di lapangan, Apriyani/Fadia meluapkan emosi, juga, dengan berteriak.
Berbeda dengan dua babak sebelumnya, kali ini kemampuan Apriyani/Fadia benar-benar diuji oleh pasangan dengan kualitas permainan level tinggi. Ganda putri baru Indonesia itu berada dalam tekanan pada hampir sepanjang pertandingan.
Smes dengan sudut tajam membuat Apriyani/Fadia harus mengeluarkan semua kemampuan dalam bertahan. Mereka, bahkan, harus menjatuhkan diri untuk mengembalikan kok dari dropshot yang tiba-tiba dilakukan pasangan Korea Selatan, untuk mengubah ritme cepat menjadi lambat.
Tadi mungkin di set pertama kami masih banyak mati sendiri. Mereka permainannya susah ditebak juga. Sejak awal kami sudah siap juga meladeni pola mereka. Tadinya kami kurang siap di set pertama.
”Tadi mungkin di set pertama kami masih banyak mati sendiri. Mereka permainannya susah ditebak juga. Sejak awal kami sudah siap juga meladeni pola mereka. Tadinya kami kurang siap di set pertama,” ujar Fadia selepas laga.
Pada persaingan gim ketiga yang makin ketat sejak awal, pasangan Indonesia peraih medali emas ganda putri SEA Games Vietnam 2021 itu harus jeli melihat celah saat mengembalikan smes. Dengan cara inilah, mereka bisa mendapat poin karena lawan tak siap mengantisipasinya.
Perebutan setiap poin pada gim ketiga, bahkan, berlangsung lebih ketat. Kedua pasangan beradu smes, bertahan, hingga pukulan tipis di net yang memukau penonton. Dalam laga ketat seperti yang mereka tampilkan, kesalahan kecil bisa mengubah momentum permainan.
Setelah skor 13-13, misalnya, Apriyani/Fadia memegang momentum permainan ketika lawan melakukan tiga kesalahan beruntun melalui drive hingga kok jatuh di luar garis belakang lapangan. Setelah itu, mereka mengontrol permainan hingga poin terakhir.
”Memang di set pertama itu mereka dengan pola permainannya bisa cepat dapat. Kami seperti belum menemukan pola terbaik karena tidak langsung cepat mengambil kesempatan mengubah mindset pola permainan,” kata Apriyani.
Terus tertekan, Apriyani memompa semangat Fadia. Itu dilakukan agar mereka bisa tetap mengeluarkan aura positif di dalam lapangan. Dengan adanya aura positif, kepercayaan diri mereka tumbuh. Selain itu, komunikasi Apriyani dengan Fadia juga menjadi lebih lancar di set kedua.
Apriyani/Fadia mulai berpasangan pada tahun ini menyusul akan pensiunnya Greysia Polii, pasangan Apriyani sebelumnya. Indonesia Masters menjadi turnamen kedua setelah SEA Games Vietnam 2021 yang berlangsung 12-23 Mei 2022. Mereka diharapkan bisa cepat matang sebagai pasangan karena ditargetkan bisa mewakili ganda putri Indonesia di Olimpiade Paris 2024.
Tanpa wakil
Di sektor ganda campuran, Indonesia kehabisan wakil di semifinal setelah pasangan Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari tersingkir di babak perempat final. Mereka dikalahkan pasangan Thailand, Supak Jomkoh/Supissara Paewsampran, dua gim langsung, 21-13 dan 21-14.
Dengan begitu, kekalahan ini memperpanjang catatan minor Rinov/Pitha atas pasangan Thailand tersebut. Sebelumnya, Rinov/Pitha juga menghadapi Supak/Supissara di ajang Thailang Terbuka 2021. Di dalam pertandingan yang berjalan hingga rubber game itu, Rinov/Pitha kalah 18-21, 21-11, dan 19-21.
Rinov/Pitha menjadi ganda campuran terakhir Indonesia di perempat final. Mereka menundukkan pasangan Indonesia lainnya, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti, di babak 16 besar, 21-16 dan 21-16.
Namun, Rinov/Pitha tidak memanfaatkan bekal kemenangan dari Praveen/Melati saat meladeni Supak/Supissara. Kendati mampu meladeni permainan pasangan Thailand itu di awal-awal gim pertama, Rinov/Pitha kemudian banyak membuang-buang poin akibat melakukan kesalahan. Pengembalian kok dari Rinov/Pitha sering tanggung sehingga memudahkan lawan untuk menyerang mereka.
Pergerakan rotasi antara mereka juga belum berjalan lancar. Mereka beberapa kali bergerak ke arah yang sama dan tidak menutup area permainan yang ditinggalkan. Selain itu, Pitha berkali-kali kehilangan poin dari kesalahan melakukan servis. Pelatih ganda campuran Indonesia Nova Widianto menyoroti secara khusus kesalahan mendasar ini.
”Tadi dari kepercayaan dirinya seperti tidak yakin. Tadi saat servis sering tersangkut atau tanggung. Dia jadi kepikiran dan merembet ke kesalahan-kesalahan yang lain. Itu yang harus disadari dan perlu dibenahi. Semua permainan, kan, dimulai dari servis, jadi ini penting,” kata Nova seusai pertandingan.
Dengan kekalahan ini, Rinov/Pitha gagal mengulangi kesuksesan melaju ke semifinal Korea Terbuka 2022. Hasil di Korea Terbuka menjadi satu-satunya capaian tertinggi Rinov/Pitha tahun ini di turnamen BWF World Tour. Pada turnamen lainnya, seperti Korea Masters, Swiss Terbuka, All England, dan Jerman Terbuka, Rinov/Pitha juga gagal mencapai semifinal.