Kendati mampu lolos ke final, juara bukanlah target pasangan baru, Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti, di Daihatsu Indonesia Masters 2022. Mereka ingin melaju sejauh-jauhnya untuk mengukur kemampuan diri.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA, YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Sebagai ganda putri baru, Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti merasa belum menemukan bentuk permainan terbaik kendati mampu mencapai dua final beruntun di SEA Games Vietnam 2021 dan Daihatsu Indonesia Masters 2022. Gelar juara bukanlah tujuan utama mereka. Eng Hian, pelatih ganda putri, ingin melihat lebih jauh kemampuan Apriyani/Fadia bila bertemu dengan pasangan papan atas dunia.
Di babak semifinal Indonesia Masters, Apriyani/Fadia menumbangkan wakil Malaysia berperingkat 10 dunia, Pearly Tan/ Thinaah Muralitharan, dalam tiga gim, 21-23, 21-14, dan 21-14. Tidak ada target apapun dari Eng Hian terhadap Apriyani/Fadia di turnamen ini.
Sejak dipasangkan pada awal tahun ini, Eng Hian masih ingin melihat seberapa jauh kemampuan Apriyani/Fadia untuk mengimbangi lawan yang lebih kuat. Maka dari itu, Eng Hian memaknai keberhasilan mereka mencapai final Indonesia Masters sebagai kesempatan menambah jam terbang.
Meskipun sukses mencapai dua final secara beruntun di SEA Games 2021 dan Indonesia Masters, Eng Hian terkesan belum puas dengan lawan-lawan yang dihadapi Apriyani/Fadia. SEA Games 2021 menjadi ujian awal Apriyani/Fadia sejak dipasangkan. Mereka mampu merebut medali emas seusai menaklukkan pasangan Thailand, Benyapa Aimsaard/Nuntakarn Aimsaard, dua gim langsung dengan skor 21-17 dan 21-14 dalam 43 menit.
Namun, hasil di SEA Games itu, menurut Eng Hian, belum dapat dijadikan patokan penilaian terhadap kemampuan Apriyani/Fadia yang sesungguhnya. Bagi dia, turnamen Indonesia Masters dan Indonesia Terbuka (14-19 Juni mendatang) akan sangat berguna untuk mengukur kemampuan Apriyani/Fadia yang sebenarnya.
"Salah satu tesnya adalah bertemu ganda putri nomor satu dunia di final nanti. Sejauh ini, pola main dan komunikasi mereka sudah berada di jalur yang benar, tetapi kan belum bertemu dengan semua pasangan top. Saya ingin mereka merasakan ketemu dengan semua pemain elite dulu," kata Eng Hian ditemui setelah pertandingan di Istora Gelora Bung Karno, Sabtu (11/6/2022).
Apriyani/Fadia akan menghadapi Chen Qing Chen/Jia Yi Fan di final. Chen/Jia melaju ke final setelah mengandaskan perlawanan wakil Korea Selatan, Jeong Na Eun/Kim Hye Jeong, dua gim langsung, 21-12 dan 21-13.
Sebelum berpasangan dengan Fadia, Apriyani pernah mengalahkan Chen/Jia saat masih berpasangan dengan Greysia Polii di final Olimpiade Tokyo 2020. Saat itu, Greysia/Apriyani menang dua gim langsung, 21-19 dan 21-15.
Kendati pernah mengalahkan Chen/Jia, Apriyani menilai hal itu tidak bisa menjadi acuan laga final nanti. Sebab, bersama Fadia, Apriyani masih terus mencoba menemukan pola permainan terbaik.
"Kami kan mulai dari nol, apalagi saya baru berpasangan dengan Fadia. Hingga sekarang kami terus mencoba (menemukan) yang terbaik dalam diri kami. Jadi, kami juga tidak menyangka hasil hari ini (bisa melaju ke final)," ucap Apriyani.
Belum puas
Hal serupa diungkapkan Fadia yang merasa masih belum puas dengan penampilannya sejauh ini bersama Apriyani. Saat melawan Pearly/Thinaah, Fadia kerap kehilangan poin di gim pertama karena melakukan kesalahan. Pengembalian bolanya sering membentur net. Komunikasi dan mental bertandingnya juga harus terus ditingkatkan.
Fadia sama sekali tidak pernah tersenyum di gim pertama. Fadia terkesan agak gugup dan terbebani. Maka itu, Apriyani terus tersenyum dan meminta Fadia untuk menikmati permainan.
Mereka kehilangan gim pertama, tapi mampu menang di gim kedua dan ketiga. Performa ini mengulangi apa yang mereka lakukan di babak perempat final. Saat itu, Apriyani/Fadia menghadapi pasangan nomor dua dunia asal Korea Selatan, Lee So Hee/Shin Seung Chan. Apriyani/Fadia kalah di gim pertama. Mereka mampu bangkit, lalu membalas di gim kedua dan ketiga.
"Set pertama di poin-poin kritis aku kurang berani. Terlalu terburu-buru. Hanya saja, saat set kedua dan ketiga, sudah mulai tenang. Aku bisa fokus sama pukulan dan pola permainan dan akhirnya bisa masuk lagi ke pola permainan kami," ujar Fadia.
Sebagai senior, Apriyani mencoba meyakinkan Fadia sepanjang laga. Menurut Apriyani, Fadia sama sekali tidak pernah tersenyum di gim pertama. Fadia terkesan agak gugup dan terbebani. Maka itu, Apriyani terus tersenyum dan meminta Fadia untuk menikmati permainan.
Melawan ganda nomor satu
Menghadapi ganda putri nomor satu dunia, diakui Apriyani/Fadia, bukanlah perkara mudah. Apriyani/Fadia akan mencoba tampil selepas mungkin di final. "Memang mereka punya kelebihan, tapi jangan sampai bikin mental kami down. Tetap harus percaya diri bahwa kami ini bagus," kata Apriyani.
Sementara Chen/Jia sudah memiliki gambaran berbagai macam strategi yang akan diterapkan siapa pun lawan mereka di final. Meski mampu melaju ke final, Chen/Jia menyebut laga di semifinal bukan performa terbaik mereka.
"Hari ini mungkin belum optimal, tapi kami akan mempersiapkan yang di terbaik setiap pertandingan," kata Chen.
Chen/Jia mengaku terkesan dengan atmosfer pertandingan yang ia rasakan di Istora GBK. Riuh penonton membuat jalannya pertandingan tidak terasa hambar. Oleh karena itu, atmosfer pertandingan juga berperan dalam memompa semangat Chen/Jia dalam menampilkan performa terbaik.