Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto dan Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti akan mewakili Indonesia pada final Daihatsu Indonesia Masters. Bagi Apriyani/Fadia, ini menjadi final kedua dalam dua kejuaraan beruntun
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Indonesia menempatkan dua wakil pada final turnamen Daihatsu Indonesia Masters. Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto meneruskan penampilan konsisten mereka sejak Maret. Sementara, bagi Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti, laga puncak akan menjadi ujian untuk berhadapan dengan ganda putri nomor satu dunia.
Harapan meraih gelar juara berada pada dua wakil itu setelah semifinalis lainnya, Anthony Sinisuka Ginting dan Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon tersingkir pada semifinal.
Di hadapan penonton di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (11/6/2022), Anthony kalah dari Viktor Axelsen 15-21, 15-21. Adapun Kevin/Marcus, yang tampil dengan kondisi kaki Marcus yang masih merasakan sakit setelah operasi engkel, pada April, kalah dari Liang Wei Keng/Wang Chang 7-21, 10-21.
Fajar/Rian, yang menang atas He Ji Ting/Zhou Hao Dong 21-17, 17. pada semifinal akan menjalani final keempat dalam lima turnamen terakhir sejak Maret. Mereka menjuarai Swiss Terbuka serta menjadi peringkat kedua Korea dan Thailand Terbuka. Adapun pada Kejuaraan Asia, yang berlangsung di Filipina, ganda putra peringkat ketujuh dunia itu bertahan hingga semifinal.
Rangkaian konsistensi itu terjadi setelah Fajar/Rian meraih hasil buruk pada dua penampilan di Eropa, yaitu tersingkir pada babak kedua Jerman Terbuka dan babak pertama All England. Prestasi salah satu dari tiga ganda putra senior itu, bahkan, mulai bisa ditandingi “adik-adik” mereka di pelatnas, yaitu Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri yang menjadi juara All England, Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan (juara Asia), dan Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin (emas SEA Games Vietnam 2021).
Performa para pasangan pelapis di pelatnas utama itu turut menjadi sumber motivasi Fajar/Rian untuk membuktikan bahwa mereka belum “habis”.
Final melawan Liang/Wang, Minggu, menjadi final pertama Fajar/Rian dalam Indonesia Masters. Sejak ikut serta pada 2014, hasil terbaik yang mereka peroleh adalah semifinal 2020 saat dikalahkan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Adapun pada Indonesia Masters 2021, saat turnamen digelar di dalam “gelembung” Bali, mereka kalah dari Bagas/Fikri pada babak pertama.
"Sebagai tuan rumah, kami tentu merasakan beban, tetapi kami berusaha mati-matian agar tidak terjadi final sesama China," kata Fajar.
Kami berusaha mati-matian agar tidak terjadi final sesama China. (Fajar Alfian)
Perebutan gelar juara dengan pasangan China juga akan dijalani Apriyani/Fadia, yaitu melawan ganda putri nomor satu dunia, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan. Ini menjadi final beruntun pasangan baru itu setelah meraih medali emas SEA Games Vietnam 2021 yang digelar Mei 2022.
Meski mencapai final kedua secara berturut-turut, pelatih ganda putri Eng Hian tidak ingin terburu-buru menilai ganda baru itu dari hasil. Bagi Eng Hian, masa-masa awal Apriyani/Fadia sebagai pasangan menjadi momen uji coba untuk menghadapi pemain-pemain elite dunia.
Di SEA Games, mereka mengalahkan pasangan peringkat kedelapan dunia asal Thailand, Jongkolphan Kittitharakul/Rawinda Prajongjai pada perempat final, adapun di Istora, Apriyani/Fadia menyingkirkan ganda putri peringkat kedua dunia, Lee So-hee/Shing Seung-chan, juga, pada perempat final. Namun, Eng Hian mengharapkan, anak didiknya itu bisa memperoleh pengalaman lebih banyak berhadapan dengan pasangan elite dunia.
Apriyani, juga, menilai, pertandingan melawan Chen/Jia ibarat pertemuan pertama. Meski berpengalaman mengalahkan Chen/Jia saat berpasangan dengan Greysia Polii, dengan puncaknya pada final Olimpiade Tokyo 2020, Apriyani menilai, hal itu tidak bisa menjadi acuan untuk final.
"Kami, kan, mulai dari nol. Saya baru berpasangan dengan Fadia. Hingga sekarang, kami terus mencoba menemukan yang terbaik dalam diri kami. Jadi kami juga tidak menyangka hasil hari ini (bisa melaju ke final)," ucap Apriyani.
Banyak Kesalahan
Langkah tunggal putra, Anthony Sinisuka Ginting dihentikan tunggal putra nomor satu dunia, Viktor Axelsen. Meski kalah dalam dua gim langsung 15-21, 15-21, penampilan Anthony lebih baik dibandingkan pertemuan terakhir dengan Axelsen yang terjadi pada perempat final All England, Maret. Saat itu, Anthony kalah 4-21, 9-21.
Kekalahan Anthony di All England terjadi pada periode ketika dia terpuruk. Diawali dengan kekalahan pada tiga turnamen beruntun, yaitu Denmark Terbuka, Indonesia Masters, dan Indonesia Terbuka, performa Anthony tak konsisten hingga empat bulan pertama 2022. Anthony, bahkan, selalu kalah pada tiga pertandingan penyisihan grup Piala Thomas, Mei, meski berstatus sebagai tunggal pertama Indonesia.
Namun, pada momen Piala Thomas pula kepercayaan dirinya tumbuh kembali. Dia mulai memperlihatkan kemampuan terbaiknya saat melawan Zhao Jun Peng, saat Indonesia melawan China pada perempat final, lalu melawan Kento Momota (Jepang) pada semifinal.
Kepercayaan diri itu, juga, tampak ketika dia tampil di hadapan penggemar bulu tangkis di Istora. Anthony memperlihatkan kembali kemampuan terbaik yang mengantarkannya meraih medali perunggu Asian Games Jakarta Palembang 2018, juara China Terbuka 2018, dan perunggu Olimpiade Tokyo 2020.
Melalui pukulan net tipis dan smes silang dengan sudut tajam, Anthony menyingkirkan Kunlavut Vitidsarn, Sitthikom Thammasin, dan Lee Zii Jia pada babak pertama hingga perempat final Indonesia Masters. Dia juga memperlihatkan kemampuan itu saat berhadapan dengan Axelsen.
Keterampilan kedua pemain dalam level tinggi, memunculkan adu smes, dropshot yang menukik, hingga pukulan net yang membuat kok bergulir menyusur net. Namun, kesalahan-kesalahan yang terlalu mudah dibuat membuat Anthony tak bisa mengalahkan Axelsen dalam lima pertemuan terakhir. Berkali-kali, Anthony memberi poin pada Axelsen melalui smes dan dropshot yang membuat kok jatuh di luar lapangan. Hal yang sama, bahkan, terjadi saat Anthony mengembalikan servis peraih medali emas tunggal putra Olimpiade Tokyo 2020 itu.
“Saya seharusnya bermain lebih sabar karena Axelsen punya jangkauan yang panjang dengan tubuhnya yang tinggi. Saya pun terlalu banyak membuat kesalahan pada pertandingan tadi,” komentar Anthony.
Meski gagal mengulang prestasi ketika menjuarai Indonesia Masters 2018 dan 2020, Anthony memiliki keyakinan bisa tampil semakin baik. Dia mengatakan, performanya saat ini dalam perjalanan untuk mendekati performa terbaik pada 2018.
Axelsen dan Chou Tien Chen—mereka akan bertemu pada final tunggal putra Indonesia Masters—menilai, penampilan Anthony saat ini lebih baik dibandingkan akhir 2021 hingga awal tahun ini. “Performa naik-turun adalah hal yang biasa dialami atlet. Itu mengingatkan pada publik bahwa atlet juga manusia. Namun, saya yakin, Anthony akan kembali ke performa terbaiknya,” tutur Axelsen.