Kekuatan Warriors dalam menyerang dan Celtics dalam bertahan akan berbenturan di Final NBA 2022. Pemenang dalam pertarungan di satu sisi lapangan itu berpeluang besar keluar jadi juara.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
SAN FRANCISCO, RABU - Pertarungan di satu sisi lapangan, saat Golden State Warriors menyerang dan Boston Cetics bertahan, bisa menjawab pemenang Final NBA 2022. Benturan dua kutub itu menjadi enigma. Warriors belum pernah bertemu benteng sekokoh milik Celtics, sementara Celtics sudah dinanti ledakan para algojo Warriors.
Tanda tanya itu akan mulai terjawab dalam laga pertama di Chase Center, Jumat (3/6/2022) pukul 08.00 WIB. Warriors yang punya keunggulan rekor kemenangan pada musim reguler menjadi tuan rumah lebih dulu dalam final berformat terbaik dalam tujuh laga tersebut.
Setelah dua musim absen dari playoff, Warriors melaju ke final musim ini dengan sangat mulus. Stephen Curry dan rekan-rekan menaklukkan Denver Nuggets, Memphis Grizzlies, dan Dallas Mavericks, tanpa memerlukan laga tujuh.
Kembali diperkuat shooting guard Klay Thompson seusai cedera dua musim terakhir, mereka menjadi tim tersubur di playoff lewat catatan 114,5 poin per gim. Tidak ada lawan di Wilayah Barat yang mampu menemukan jawaban dari eksplosivitas serangan mereka.
Wajar saja. Tim asuhan pelatih Steve Kerr ini punya tiga guard yang bisa melempar dari berbagai arah dan mencetak 20-30 poin bergantian di setiap laga. Mereka adalah duo splash brothers, Curry dan Thompson, serta pebasket muda Jordan Poole. Tim lawan ibarat dihujani peluru dari segala arah. Ketika satu senapan ditutup, senapan dari posisi lain sudah siap meledak.
Pola serangan acak itu menjadi spesialisasi Warriors. Mereka akan berlari tanpa bola di pertahanan lawan untuk mencari ruang tembak. Bola terus bergerak sampai akhirnya menemukan pemain kosong. Cara itu terbukti sukses jika melihat persentase asis mereka yang mencapai 66,9 persen, terbanyak di playoff.
Artinya, anak asuh Kerr lebih condong menghasilkan poin dari pergerakan bola, bukan dari aksi individu pemain. Aliran bola itu membantu Curry, Thompson, dan Poole mengeluarkan keahlian mereka dalam lemparan jauh. Ketiganya menyumbang rerata 64,1 poin setiap gim, atau lebih dari separuh total poin Warriors di playoff.
Celtics akan mencoba bertahan dari eksplosivitas tim tuan rumah. Menurut pengamat sekaligus mantan pemain Celtics, Kendrick Perkins, Jayson Tatum dan rekan-rekan merupakan salah satu tim spesialis bertahan paling tangguh di NBA. Mereka juga dinilai punya skuad paling lengkap untuk menghentikan serangan Warriors.
Celtics punya lima pemain utama yang bisa bertahan sama baiknya. Mereka adalah Marcus Smart, Tatum, Jaylen Brown, Al Horford, dan Robert Williams III. Dua pemain di posisi center, Horford dan Williams, sangat solid menjaga lemparan perimeter, meskipun memiliki tinggi tubuh lebih dari 2 meter.
Biasanya, Warriors menyerang pemain raksasa lawan yang kurang dari segi kecepatan dan kelincahan. Curry ataupun Poole akan mengincar duel yang tidak seimbang itu. Mereka bisa mengecoh, lalu mendapat ruang tembak lebih luas. Namun, cara itu kemungkinan besar akan mentok di tengah benteng Celtics.
DNA (juara) itu tidak bisa diajarkan. Kepingan-kepingan dalam tim ini saling mengisi. Kami cocok dan tahu apa yang harus dilakukan.
Menariknya lagi, Curry akan dijaga oleh musuh terbesarnya, yaitu Smart. Curry, yang meraih Most Valuable Player final Wilayah Barat, mencatatkan akurasi lemparan paling rendah ketika dijaga Smart, hanya 29 persen. Angka itu merosot jauh dari rerata akurasi sang pencetak tiga poin terbanyak NBA yang mencapai 47 persen. Padahal, Curry adalah jantung serangan tim Warriors.
Meskipun begitu, serangan Warriors dengan trio guard eksplosif juga masih akan menjadi misteri untuk Celtics. Skuad asuhan pelatih Ime Udoka ini belum pernah teruji melawan tim yang punya pencetak poin sebanyak itu.
Celtics mengalahkan Nets di babak pertama dengan lawan mengandalkan Kevin Durant yang berjuang sendirian. Lalu, mereka menang atas Bucks di semifinal wilayah saat sang juara bertahan kehilangan penembak jitu Khris Middleton akibat cedera. Di final wilayah, Heat juga hanya mengandalkan Jimmy Butler karena Tyler Herro cedera pada separuh akhir seri.
Final ini terasa timpang dari sisi pengalaman. Seluruh pemain Warriors mengombinasikan 123 penampilan di partai puncak. Sebaliknya, tidak ada satu pun dari skuad muda Celtics yang pernah tampil di final. Mereka semua akan menjalani debut di Chase Center nanti.
Dengan kultur pemenang, Curry dan rekan-rekan yang tiga kali juara pada dekade lalu sedikit lebih diunggulkan di final. Mereka sudah masuk enam kali ke final dalam delapan musim terakhir. Tim terakhir yang mampu melakukan itu adalah Chicago Bulls pada era pebasket legendaris Michael Jordan (1991-1998).
”DNA (juara) itu tidak bisa diajarkan,” kata Curry tentang kultur juara yang begitu terasa di ruang ganti Warriors. ”Kepingan-kepingan dalam tim ini saling mengisi. Kami cocok dan tahu apa yang harus dilakukan. Itu yang membuat kami unik dan berbeda,” tambah guard yang masih penasaran meraih gelar MVP Final untuk pertama kali itu.
Perbedaan timpang itu juga tecermin dari sang pelatih. Kerr sudah mengoleksi delapan gelar juara NBA sebagai pemain dan pelatih. Udoka baru sekali merasakan juara, ketika menjadi asisten pelatih San Antonio Spurs, membantu pelatih kawakan Greg Popovich.
Udoka berkata, mereka sama sekali tidak khawatir dengan faktor non-teknis seperti pengalaman di final. Anak asuhnya sudah sangat fokus meraih empat kemenangan tersisa yang dibutuhkan untuk juara. ”Kami mengerti apa artinya (final) ini. Kami juga tahu siapa lawan di depan kami,” ucapnya. (AP)