Pebalap tim Yamaha, Fabio Quartararo, semakin memahami posisinya yang sangat rapuh dalam persaingan juara MotoGP 2022, menyusul dua hasil di luar ekspektasi, di Jerez dan Le Mans.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·6 menit baca
LE MANS, MINGGU — Fabio Quartararo merasa dirinya bukan favorit juara MotoGP musim ini menyusul hasil di luar target dalam balapan Jerez dan Le Mans, yang seharusnya dia menangi. Di Jerez, dia masih bisa tersenyum meskipun finis kedua di belakang Francesco Bagnaia. Namun, dalam balapan di negeri kelahirannya, Perancis, Quartararo kehilangan kegembiraan karena posisi keempat yang dia raih bukan karena dia bisa mendahului pebalap lain.
Pebalap berjuluk ”El Diablo” itu pun berharap tim Yamaha bisa memberikan sedikit peningkatan performa M1. ”Saya mengharapkan jauh lebih baik dari balapan ini. Start saya tidak bagus. Saya memiliki pace yang sama dengan para pebalap terdepan, tetapi ini usaha terbaik yang bisa saya lakukan. Sulit untuk mendahului. Jadi, kami perlu memperbaiki itu,” ungkap Quartararo.
Juara bertahan MotoGP itu start dari posisi keempat di Le Mans, tetapi dia langsung tercecer di posisi kedelapan karena start yang buruk. Bahkan dalam putaran kedua, Quartararo sempat turun ke urutan sembilan setelah didahului oleh Takaaki Nakagami.
Dia kemudian bisa mengambil alih kembali posisi delapan dan menempel ketat Marc Marquez. Dalam putaran kedua itu, pebalap Suzuki, Alex Rins, yang berada di posisi keenam terjatuh di tikungan ke-4 sehingga posisi Quartararo naik setingkat.
Pebalap asal Perancis itu kemudian naik ke posisi keenam setelah mendahului Marquez yang melakukan kesalahan sehingga melebar saat menikung. Posisi Quartararo naik kelima menyusul kecelakaan Joan Mir di tikungan ke-14. Pebalap tim pabrikan Yamaha itu kemudian naik ke urutan keempat setelah Francesco Bagnaia terjatuh saat balapan menyisakan enam putaran.
Quartararo berpeluang mengakhiri balapan di podium karena dia menempel ketat pebalap Aprilia, Aleix Espargaro. Namun, dia tidak bisa mendahului karena M1 kalah tenaga dibandingkan dengan RS-GP, bukan karena tekanan ban depan yang terlalu tinggi seperti saat dia tidak bisa mendahului Bagnaia di Jerez. Ketidakmampuan mendahului inilah yang mengusik Quartararo karena posisi finis keempat diraih karena tiga pebalap di depannya terjatuh.
”Saya sama sekali tidak merasa senang dengan balapan saya. Pada dasarnya seluruh manuver mendahului yang saya lakukan karena beberapa pebalap melakukan kesalahan (Nakagami dan Marquez). Tiga kecelakaan di depan saya, Marc sedikit melebar dan tidak menutup ruang karena saya ada di sana dan saya bisa mendahului. Saya tidak melakukan manuver mendahului sepanjang balapan,” tegas Quartararo seperti dikutip Crash.
”Tekanan ban depan sedikit meningkat, tetapi itu bukan masalah utama dan kami menggunakan ban medium (bukan ban kompon lunak di depan). Jadi, saya tidak bisa mendahului bukan karena tekanan ban depan,” tegasnya.
Sirkuit Le Mans memiliki sejumlah titik untuk mendahului, di antaranya tikungan ke-3 dan ke-9. Namun, Quartararo tidak bisa berada dalam posisi menyerang karena terlalu jauh dari pebalap di depannya (Aleix Espargaro) saat memasuki kedua. Sebab, M1 kalah cepat dari RS-GP di trek lurus sebelum tikungan.
”Posisi saya sesungguhnya bukan keempat, jauh lebih di belakang. Itu bukan karena pace kami. Sebab, jika Anda melihat (catatan waktu) sesi latihan, kami memiliki pace terbaik. Namun, kemudian dalam balapan, begitu Anda dalam posisi di mana Anda tidak bisa memiliki trek yang bersih, itu sudah selesai,” ungkap Quartararo.
Saya memiliki pace yang sama dengan para pebalap terdepan, tetapi ini usaha terbaik yang bisa saya lakukan. Sulit untuk mendahului. Jadi, kami perlu memperbaiki itu.
Menurut Quartararo, dirinya sudah cukup terbiasa dengan itu. ”Saya mengerahkan segalanya hari ini, dalam satu momen saya kehilangan daya cengkeram ban depan dalam tikungan kedua sebelum terakhir, Aleix unggul setengah detik dan dalam lima tikungan kemudian saya sudah berada di belakang dia. Dalam kecepatan, kami super cepat, tetapi kami tahu tidak mungkin untuk mendahului,” jelas Quartararo.
”Satu-satunya manuver mendahului yang bisa saya lakukan adalah di Portimao terhadap Joan (Mir). Sebab, di tikungan terakhir menuruni bukit, saya jauh lebih cepat, tetapi saya tidak melakukan manuver mendahului yang bagus tahun ini,” ungkap rekan setim Franco Morbidelli itu.
Quartararo sangat berharap Yamaha bisa memberi sedikit peningkatan performa M1 melalui paket aerodinamika serta setelan elektronik supaya dirinya bisa lebih kompetitif. Jika tidak ada peningkatan, peluang dirinya mempertahankan gelar juara akan sangat sulit.
Saat ini, Quartararo masih di puncak klasemen dengan 102 poin, hanya empat poin dari Aleix Espargaro di posisi kedua, dan delapan poin dari pemenang seri Perancis Enea Bastianini di urutan ketiga.
Performa Espargaro serta para pebalap Ducati menjadi ancaman terbesar Quartararo. Espargaro selalu meraih podium dalam tiga balapan terakhir dengan Aprilia RS-GP musim ini, yang dia nilai merupakan motor yang selama ini dia impikan. Sementara Bastianini meskipun kurang konsisten di beberapa balapan, saat ini menjadi pebalap dengan kemenangan terbanyak, yakni tiga kali.
”Enea satu-satunya yang telah menang lebih dari satu balapan tahun ini, dan dia telah tiga kali menang. Jadi, dialah favoritnya sekarang,” tegas Quartararo.
”Tidak, saya bukan favorit, sejauh ini. Satu-satunya hal yang bisa saya lakukan adalah tidak melakukan kesalahan. Jika tidak melakukan kesalahan, saya bisa dalam persaingan juara karena melihat pace kami di Jerez, bersama Pecco (Francesco Bagnaia) kami tercepat. Di sini, menurut saya, saya tercepat, tetapi begitu melakukan kesalahan kecil, itu hilang,” tegas pebalap berusia 23 tahun itu.
Sangat sulit untuk tidak melakukan kesalahan apa pun dalam sepuluh putaran terakhir.
Kesalahan yang dia lakukan di Le Mans adalah start yang buruk sehingga dia berada dalam rombongan besar pebalap. Itu membuat dia tidak bisa mencetak ritme pace seperti yang dia cetak dalam sesi latihan. Bahkan, kesempatan meraih podium di lap-lap akhir tidak bisa dia maksimalkan sehingga dia hanya berjarak 0,106 detik dari podium ketiga.
”Saya tidak tahu apa yang bisa saya lakukan, sungguh, karena saya mendorong diri saya hingga limit, di mana pun saya berada di limit. Namun, saya tidak bisa melakukan, bahkan saya tidak bisa mencoba (mendahului),” ungkap Quartararo.
Motor impian Espargaro
Aleix Espargaro yang bertarung ketat dengan Quartararo mengakui dirinya kalah cepat di tengah tikungan, tetapi dirinya bisa mengantisipasi itu dengan pengereman terlambat saat akan memasuki tikungan. Dia bahkan beberapa kali bisa mendekat ke Jack Miller, tetapi tidak bisa mendahului karena tekanan ban terlalu tinggi. Saat ban depan terlalu panas, dia menurunkan pace dan menjaga jarak sekitar 0,8 detik dengan Miller. Pada saat itulah Quartararo merapat di belakangnya.
”Fabio sedikit lebih baik daripada saya di tengah tikungan saat ini, tetapi dia tidak lebih baik daripada saya dalam pengereman. Saya tahu itu (posisi ketiga) di tangan saya. Dalam putaran-putaran akhir balapan, saya melihat di papan besar bahwa Fabio sangat dekat. Saya melihat pada suatu saat dia sedikit lebih baik di tengah tikungan, juga pada akhir pekan saya mempelajari dia melalui video dan dia lebih baik dibandingkan pebalap lainnya di tengah tikungan, memiliki kecepatan yang tinggi,” jelas Espargaro.
”Saya tahu, jika saya melebar dua meter saja, dia akan mendahului saya melalui sisi dalam. Sangat sulit untuk tidak melakukan kesalahan apa pun dalam sepuluh putaran terakhir,” tegas pebalap asal Spanyol itu.
Terkait dengan performanya musim ini yang melonjak drastis, hingga kini berada di posisi kedua klasemen hanya selisih empat poin dari pemuncak, Espargaro menilai, itu karena dia mendapatkan motor yang selama ini dia impikan.
”Saya tidak bisa menjelaskan, sungguh. Apa yang terjadi, saya tidak benar-benar memahami. Saya menikmati tahun ini dan saya memiliki motor yang saya impikan. Saya meminta kepada para insinyur untuk menjadikan motor ini seperti yang selalu saya impikan dan mereka melakukan itu,” jelas Espargaro.