Iga Swiatek menyongsong Grand Slam Perancis Terbuka dengan mempertahankan rekor tak terkalahkan. Dia merebut gelar kelimanya tahun ini dengan mengalahkan Ons Jabeur di final WTA 1000 Roma.
Oleh
JOHANES WASKITA UTAMA
·4 menit baca
ROMA, MINGGU — Roland Garros, sambutlah Iga Swiatek!
Tepat sepekan sebelum Grand Slam Perancis Terbuka 2022 dimulai pada 22 Mei, Iga Swiatek meneruskan catatan sempurnanya menjadi tak terkalahkan dalam 28 laga beruntun. Korban terakhir petenis putri nomor satu dunia itu adalah Ons Jabeur pada laga final WTA 1000 Roma di Roma, Italia, Minggu (15/5/2022).
Padahal, Jabeur tengah berada dalam jalur kemenangannya sendiri. Menjelang final, petenis asal Tunisia itu telah mengoleksi 11 kemenangan beruntun, yang memberinya gelar juara pada WTA 1000 Madrid, pekan lalu. Jabeur (27) pun menjadi petenis berdarah Arab pertama yang memenangi turnamen ATP/WTA 1000, level tertinggi dalam klasifikasi turnamen tenis profesional putra dan putri.
Pada 11 kemenangan di lapangan tanah liat itu, Jabeur banyak memetik angka berkat kemampuannya mengubah tempo permainan, beradu pukulan keras dari baseline, lalu tiba-tiba melakukan pukulan drop shot dengan spin penuh yang menghentikan momentum laju bola dan memantul rendah di dekat net. Namun, strategi permainan yang telah memakan banyak korban ini tak cukup bertaji untuk mengatasi Swiatek.
Dengan pukulan keras yang akurat serta gerakan yang gesit dan cepat, termasuk untuk meluncur di permukaan tanah liat, petenis Polandia itu mampu meredam senjata utama Jabeur. Tanpa banyak kesulitan, Swiatek mempertahankan gelar juara yang diraihnya tahun lalu dengan kemenangan atas Jabeur, 6-2, 6-2.
Sukses di Roma menjadi gelar kelima Swiatek (20) tahun ini, yang berawal di WTA 1000 Doha, disusul dua turnamen WTA 100 lainnya di Indian Wells dan Miami, serta WTA 500 Stuttgart. Dia absen di Madrid untuk mengambil jeda, kembali merebut juara di Roma, dan menyongsong Perancis Terbuka sebagai petenis nomor satu dunia.
Sukses di Miami dan Roma diperolehnya tanpa kehilangan satu set pun, dan kehilangan satu set dari Liudmila Samsonova pada semifinal Stuttgart membuat Swiatek memenangi 42 dari 43 set terakhir yang dijalaninya.
Saya tahu telah menjalani musim yang luar biasa sehingga merasa bisa bermain bebas. Ekspektasi dari luar menjadi lebih tinggi, tetapi saya tak punya masalah untuk mengabaikannya dan tak berpikir tentang hal itu,” ujar Swiatek.
Petenis yang akan berusia 21 tahun pada 31 Mei itu mengaku menimba banyak pengalaman dari tekanan yang dihadapinya. Semua itu membuatnya berlutut di lapangan, menutup mukanya dengan kedua tangan, dan menangis saat pukulan backhand Jabeur menyangkut di net dan mengakhiri pertandingan. Dia lalu bangkit dan mendapat pelukan hangat dari Jabeur.
”Semua turnamen yang saya menangi terlihat sangat nyata sekarang,” ujarnya.
Saya tahu telah menjalani musim yang luar biasa sehingga merasa bisa bermain bebas. Ekspektasi dari luar menjadi lebih tinggi, tetapi saya tak punya masalah untuk mengabaikannya dan tak berpikir tentang hal itu.
Memegang kendali
Swiatek langsung mengendalikan pertandingan sejak awal dengan mematahkan servis Jabeur pada gim kedua, dan memimpin 3-0. Salah satu poin di gim kedua diperolehnya dengan pukulan lob ke belakang setelah dengan pukulan drop shot memaksa Jabeur maju ke net.
Jabeur menipiskan ketinggalan dengan merebut dua dari tiga gim berikutnya, dan memimpin 30-0 pada gim ketujuh. Namun, Swiatek berbalik unggul dan merebut gim berikutnya untuk memenangi set pertama.
Set kedua berjalan nyaris serupa, dengan Swiatek langsung memimpin 4-0. Jabeur merebut dua gim berikutnya, tetapi Swiatek tampil tenang menggagalkan empat upaya Jabeur mematahkan servisnya di gim ketujuh. Salah satunya dengan berlari ke depan net untuk menyongsong pukulan drop shot andalan Jabeur, dan mengakhirinya dengan back hand yang tak terjangkau lawan setelah reli sepanjang 19 pukulan.
”Ada alasan mengapa Iga adalah petenis nomor satu dunia. Dia benar-benar pemimpin di WTA Tour. Secara pribadi, saya harus belajar banyak darinya,” ujar Jabeur, mengakui kekalahannya. ”Saya merasa sudah berusaha memaksanya lari ke sudut-sudut lapangan, tetapi dia sangat siap.”
Rangkaian kemenangan Swiatek terentang sejak kekalahan terakhir yang dialaminya dari petenis Latvia Jelena Ostapenko pada babak kedua WTA 500 Dubai, pertengahan Februari. Hal ini menjadikannya favorit terkuat untuk merebut gelar juara di Roland Garros saat Grand Slam lapangan tanah liat ini dimulai, pekan depan.
Swiatek berpeluang mengulang suksesnya di Roland Garros sebagai juara Perancis Terbuka 2020. Jika saat itu prestasinya dianggap sebagai kejutan karena diraih sebagai petenis peringkat ke-54 dunia, kali ini dia akan datang sebagai petenis unggulan pertama.
Petenis terakhir yang mencatat rekor tak terkalahkan lebih panjang dari Swiatek adalah mantan petenis Belgia Justine Henin, yang mencatat rekor 32 kemenangan beruntun pada akhir 2007 hingga awal 2008.
Adapun rekor kemenangan terpanjang masih berada di tangan petenis putri legendaris Cekoslowakia/Amerika Serikat, Martina Navratilova, yakni 74 laga yang berakhir pada akhir musim 1984. (AP/REUTERS)