Dari Masa ke Masa, Pesan Para Presiden Menyemangati Atlet SEA Games
Meski substansi pesan sama, gaya para presiden dalam menyemangati para kesatria olah raga yang akan berlaga di SEA Games beragam. Variasi ini tergambar dalam pidato pelepasan kontingen Indonesia dari masa ke masa.
Pada hari pertama aktivitas setelah libur Idul Fitri 1443 Hijriah, Senin (9/5/2022), Presiden Joko Widodo mengawali hari bersama ratusan atlet dan para pendampingnya di halaman depan Istana Merdeka, Jakarta. Mereka akan segera bertolak dan berlaga di SEA Games Vietnam 2021.
Seperti halnya para atlet, saat pelepasan kontingen, Presiden Jokowi sama-sama mengenakan jaket dan celana training berwarna dominan merah dan hitam dengan tulisan putih ”Indonesia” di bagian punggung. Pada kesempatan itu tampak hadir Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali, dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno.
Baca juga: Indonesia Rampingkan Kontingen
Presiden Jokowi berharap, meski kontingen yang akan berangkat ke Vietnam ini lebih ramping, tetap mampu meraih prestasi sebaik-baiknya. ”Kita semua, masyarakat Indonesia, ingin kontingen ini meraih prestasi setinggi-tingginya, meraih medali sebanyak-banyaknya, untuk mengharumkan nama negara kita, bangsa kita, Indonesia,” tuturnya.
Kita semua, masyarakat Indonesia, ingin kontingen ini meraih prestasi setinggi-tingginya, meraih medali sebanyak-banyaknya, untuk mengharumkan nama negara kita, bangsa kita, Indonesia. (Presiden Joko Widodo)
Kontingen Indonesia kali ini terdiri atas 499 atlet. Mereka adalah 313 atlet putra dan 186 atlet putri. Kontingen juga akan didampingi 214 ofisial dan 63 pendamping. Tim Indonesia akan mengikuti 318 nomor pertandingan dari 32 cabang olahraga dari 41 cabang olahraga yang dipertandingkan di Vietnam. Jumlah ini menurun drastis dari atlet Indonesia yang dikirim ke SEA Games 2019 Filipina, yakni 841 orang.
Meski jumlah terbatas, kepada kontingen yang dipimpin Chef de Mission (CDM) Ferry J Kono dan wakil CDM Ade Lukman ini, Presiden menitipkan harapan supaya peringkat Indonesia di SEA Games 2021 Vietnam ini bisa lebih baik dari SEA Games sebelumnya.
Baca juga: Lepas Kontingen SEA Games ke-31, Jokowi Berharap Indonesia Masuk Tiga Besar
Pada SEA Games 2015, Indonesia berada di peringkat kelima. Di SEA Games 2017 Malaysia, Indonesia tetap di peringkat sama. Baru di 2019, peringkat Indonesia sedikit membaik menjadi posisi keempat. ”Kali ini kita semua ingin agar di SEA Games Ke-31 di Vietnam kita bisa masuk di peringkat ketiga, kedua, atau kesatu,” tutur Presiden.
Meski hal ini diakui tidak mudah, Presiden berharap seleksi ketat melahirkan prestasi. Seusai pelepasan secara resmi, Presiden Jokowi mendekati para atlet, menyapa, dan berbincang singkat. Sapaan pribadi ini diharap mampu memberi semangat lebih besar kepada para atlet yang akan berjuang.
Tak hanya di acara luring, di laman media sosial pun Presiden Jokowi menyemangati kontingen Indonesia yang akan bertanding di SEA Games Ke-31 di Vietnam pada 12-23 Mei 2022. ”Pagi tadi, saya telah melepas secara resmi kontingen Indonesia yang akan berlaga pada pesta olahraga bangsa-bangsa Asia Tenggara itu,” tulis Presiden akun Instagram dan Twitternya, Senin (9/5/2022).
Harapan supaya para atlet meraih prestasi setinggi-tingginya, merebut medali sebanyak-banyaknya, dan mengharumkan nama Indonesia juga disampaikan Kepala Negara. ”Selamat jalan, selamat berlaga,” tambahnya.
Pesan para presiden
Lalu bagaimana pelepasan kontingen SEA Games oleh para presiden sebelumnya? Hal ini dapat ditelusuri, antara lain, dari arsip pemberitaan Kompas yang merekam momen ketika para kepala negara di negeri ini melepas atlet Indonesia berlaga di gelanggang pesta olahraga Asia Tenggara tersebut.
Saat melepas kontingen Indonesia ke SEA Games XXIV di Nakhon Ratchasima, Thailand, di halaman tengah Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (27/11/2007), misalnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta para atlet agar jangan punya beban. Hal yang penting, para atlet mesti mempunyai semangat tinggi, rasa percaya diri yang tinggi, dan jangan takut kalah. ”Sekali lagi, atlet jangan punya beban karena Indonesia memiliki potensi yang besar untuk meraih prestasi terbaik,” kata Presiden Yudhoyono kala itu.
Gambaran Indonesia sebagai negeri besar pun menjadi latar pidato Presiden Megawati Soekarnoputri ketika melepas kontingen SEA Games XXII di Vietnam pada 19 November 2003. ”Kita adalah Indonesia, kita adalah negara terbesar di kawasan ASEAN ini,” katanya disambut tepuk tangan sekitar 800 lebih atlet dan ofisial kontingen Indonesia di bawah pohon raksasa pelataran antara Istana Merdeka dan Istana Negara.
Baca juga: Anggaran Terbatas, Indonesia Sulit Pertahankan Prestasi di SEA Games
Saat itu Presiden Megawati menginginkan Indonesia menjadi juara umum. Di sisi lain, dia pun mengingatkan lawan tangguh yang mesti diwaspadai, yakni si ”cabe rawit” Vietnam. ”Vietnam adalah suatu negara yang kalau dibandingkan dengan Indonesia, barangkali Jawa Barat pun, tidak memadai buat mereka. Tapi, itu kecil-kecil cabai rawit,” katanya.
Dua tahun sebelumnya, saat melepas kontingen Indonesia yang akan berlaga di SEA Games XXI di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 3 September 2001, Presiden Megawati meminta para atlet membawa medali emas sebanyak mungkin. Perjuangan dan kerja keras diperlukan untuk membawa medali itu. Keyakinan untuk menang pun mesti tertanam pada seluruh atlet.
”Jika kontingen tidak punya keyakinan, harga diri, dan percaya untuk menang, itu tidak ada artinya. Kalau kita sebagai warga bangsa tidak mempunyai keyakinan, harga diri, dan percaya diri, bahwa kita pergi-pulang untuk menang, itu tidak ada artinya sama sekali,” kata Presiden Megawati saat itu.
Permintaan membawa pulang banyak medali, menurut Presiden Megawati, bukan atas nama pribadi, melainkan seluruh rakyat Indonesia. ”Caranya, yaitu, tadi, tumbuhkan rasa percaya diri dan harga diri. Karena saya diberi kesempatan melepas kontingen, saya sekali lagi minta pergi dan pulanglah dengan membawa banyak medali,” kata Presiden Megawati.
Sementara itu, lahirnya prestasi baru menjadi inti pesan yang disampaikan Presiden BJ Habibie saat melepas 557 atlet dan ofisial kontingen SEA Games XX di halaman tengah Istana Merdeka, Jakarta, 22 Juli 1999. ”Meski saat ini keadaan masih sulit, justru di tengah kesulitan itulah para atlet hendaknya menunjukkan daya juang sebagai bangsa pejuang yang tidak kenal menyerah,” kata Presiden BJ Habibie saat itu.
Meski saat ini keadaan masih sulit, justru di tengah kesulitan itulah para atlet hendaknya menunjukkan daya juang sebagai bangsa pejuang yang tidak kenal menyerah.
Presiden Habibie pun berpesan agar para atlet berbuat yang terbaik dalam meraih kemenangan. Sikap fair pun ditekankan dalam bertanding. ”Hindari kecurangan walau sekecil apa pun karena dapat merugikan diri sendiri dan mencoreng nama baik bangsa,” katanya.
Sepekan sebelumnya, saat mengunjungi Pelatnas SEA Games di Stadion Madya Senayan, Jakarta, pada 16 Juli 1999, Presiden Habibie mengharapkan kontingen Indonesia dapat berprestasi lebih baik dari SEA Games 1997. Para atlet, kalau bisa, diharapkan dapat memecahkan rekor, baik rekor nasional maupun rekor SEA Games. ”Ini penting karena Anda mewakili 200 jutaan penduduk Indonesia,” katanya.
Dukungan rakyat Indonesia
Menurut Habibie, menang dan kalah harus dihadapi secara kesatria. Prestasi ialah akibat dari sifat manusia yang memang mau melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya dan sportif. Meski menargetkan menjadi juara umum, manusia tidak dapat mendahului kehendak Tuhan. ”Tetapi yang pasti, mulai dari Presiden hingga penduduk di desa-desa, semua mendampingi kalian dengan doa dan support,” ujarnya.
Baca juga: Meski Dirugikan, Indonesia Tidak Gentar Kejar Kemenangan
Saat melepas kontingen Indonesia ke SEA Games XVII di Singapura, pada 8 Juni 1993, Presiden Soeharto pun menyemangati para atlet yang akan berlaga. ”Selamat berjuang, rakyat Indonesia akan selalu menyertai dengan dukungan dan doa,” kata Presiden Soeharto saat itu.
Empat tahun sebelumnya, ketika melepas kontingen Indonesia yang akan bertanding di SEA Games XV di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 12 Agustus 1989, Presiden Soeharto mengingatkan bahwa selain sebagai atlet, kontingen RI juga bertindak pula sebagai duta bangsa. ”Karena itu, para atlet hendaknya dalam mengejar prestasi jangan merusak dan menghambat kerja sama antarbangsa,” katanya.
Pada kesempatan itu Presiden Soeharto pun menuturkan bahwa kepercayaan yang diberikan kepada para atlet diharapkan dapat dilaksanakan sebaik-baiknya. Disiplin tinggi dan kesetiakawanan diyakini dapat mengatasi segala kesulitan.
Enam tahun sebelumnya, kontingen Indonesia ke SEA Games XII mendapat pesan dari Presiden Soeharto agar dalam pertandingan di Singapura benar-benar ulet, bekerja keras, dan pantang mundur. Banyak kesulitan yang dihadapi untuk mencapai prestasi tertinggi. Kesulitan jangan menjadi alasan tidak berprestasi.
Baca juga: Kontingen Terbatas, Peringkat Indonesia Diharapkan Naik
Menurut Presiden Soeharto, setiap usaha untuk mencapai prestasi di bidang mana pun, selain harus memenuhi persyaratan teknis fisik, juga harus memiliki semangat dan jiwa juang. Semangat juang bercirikan ulet, kerja keras, tidak kenal menyerah, pantang mundur, dan rela berkorban. Semangat juang sebenarnya telah dimiliki bangsa Indonesia dan telah berulang-ulang pula diukur oleh bangsa lain melalui proses sejarah bangsa kita.
Pada 21 September 1979, Presiden Soeharto secara resmi membuka SEA Games X di Stadion Utama Senayan Jakarta. Kilas balik, pendirian stadion di Senayan ini tidak lepas dari cita-cita Presiden pertama RI Soekarno, yakni ketika Indonesia akan menjadi tempat penyelenggaraan Asian Games di tahun 1962.
”Seluruh negeriku membeku ketika mendengar Asian Games 1962 akan diselenggarakan di ibu kotanya. Kami lalu mendirikan stadion dengan atap melingkar yang tak ada duanya di dunia,” kata Bung Karno dalam otobiografi berjudul Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang ditulis Cindy Adams.
Bung Karno tidak menampik bahwa kota-kota di mancanegara kala itu memiliki stadion lebih besar. ”Tapi tak ada yang memiliki atap melingkar. Ya, memberantas kelaparan memang penting, tetapi memberi jiwa mereka yang telah tertindas dengan sesuatu yang dapat membangkitkan kebanggaan, ini juga penting,” kata Bung Karno.
Memberantas kelaparan memang penting, tetapi memberi jiwa mereka yang telah tertindas dengan sesuatu yang dapat membangkitkan kebanggaan, ini juga penting.
Melintasi masa demi masa, beragam cara dilakukan para presiden untuk menyemangati rakyat Indonesia, termasuk para putra-putri terbaik Indonesia yang menjadi duta bangsa di perhelatan olah raga. Pesan itu masih relevan dan dapat menjadi bekal bagi para atlet yang kini akan kembali berlaga di SEA Games untuk menjadi yang tercepat, tertinggi, dan terkuat di bidang olahraga. Selamat berjuang duta olahraga Indonesia.