Kelleher, Kiper Dadakan yang Jadi Pahlawan Liverpool
Lewat pengalaman bermain sebagai striker hingga usia 14 tahun, Kelleher sukses mengantar Liverpool juara Piala Liga. Sang kiper menjadi pahlawan kemenangan lewat tendangan penentu sebagai eksekutor ke-11 di adu penalti.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
LONDON, SENIN — Caoimhin Kelleher, kiper cadangan Liverpool, membayar tuntas kepercayaan Manajer Juergen Klopp yang menurunkannya menjadi starter di final Piala Liga. Kelleher menjadi pahlawan juara Liverpool berkat beberapa kali penyelamatan gemilang selama 120 menit, waktu normal dan babak tambahan, serta gol penentu kemenangan di babak adu penalti.
Laga final Piala Liga antara Liverpool dan Chelsea di Stadion Wembley, London, Minggu (28/2/2022) dini hari WIB, terasa seperti pertarungan tenis. Saling balas serang dengan permainan bertempo tinggi terjadi selama 90 menit waktu normal dan 30 menit tambahan waktu. Hujan peluang dari kedua tim datang bergantian selama rentang waktu tersebut. Namun, skor tetap 0-0.
Sampai adu penalti, pemenang dalam salah satu laga final tersengit ini masih sulit ditentukan. Satu per satu penembak para finalis memasukkan bola. Total 20 penendang sukses mengeksekusi penalti. Skor imbang 10-10. Hingga akhirnya, kemenangan ini dipastikan oleh penendang ke-11 masing-masing tim, yaitu para kiper.
Kelleher menjadi pembeda di momen penentuan tersebut. Sang kiper cadangan dengan tenang mengecoh kiper lawan, Kepa Arizabalaga, ke arah yang salah. Liverpool memastikan gelar juara seusai tendangan Arizabalaga melambung tinggi di atas mistar. Mereka memenangi adu tos-tosan dengan skor 11-10. Seluruh skuad ”Si Merah” pun berlomba memeluk Kelleher.
Ini gila. Saya sama sekali tidak berpikir bisa mencetak gol kemenangan di adu penalti. Saya hanya menembak dan berharap itu masuk.
”Ini gila. Saya sama sekali tidak berpikir bisa mencetak gol kemenangan di adu penalti. Saya hanya menembak dan berharap itu masuk. Sangat bersyukur bisa memenangi ini karena semua penembak penalti hari ini sangat berkualitas. Saya nyaris beberapa kali menggagalkannya, tetapi tetap masuk,” ujar Kelleher yang lebih dipercaya tampil di piala domestik ketimbang kiper utama Allison Becker.
Bagi sang kiper 23 tahun, kisah indah ini terasa bagaikan dongeng. Kelleher dulu tidak pernah bermimpi menjadi kiper. Bahkan, dia masih mendalami karier sebagai penyerang ketika usia 14 tahun di klub remaja asal Irlandia, Ringmahon Rangers.
Ketika itu, menurut Sekretaris Rangers Sean Fitzgerald, dia penyerang andal yang bisa mencetak 20-30 gol dalam semusim. Namun, semua itu berubah karena ayahnya menilai Kelleher akan bisa lebih berprestasi di posisi penjaga gawang. Dia pun mulai serius menekuni posisi baru tersebut.
Naluri masa lalu itulah yang dibawa Kelleher saat momen penalti dalam final tadi. Dia bisa tetap tenang di depan puluhan ribu pendukung Liverpool yang menghadap langsung ke arah gawang.
Kepercayaan Klopp pun terbayar lunas. Sang manajer tetap memilih Kelleher menjadi kiper inti di Piala Liga, seperti babak sebelumnya. Berbeda dengan Chelsea yang menurunkan kiper utama Edouard Mendy sebelum digantikan Arizabalaga menjelang adu penalti.
”Dalam sepak bola profesional harus tetap ada ruang untuk sentimen pribadi. Kelleher adalah anak muda yang bermain di semua laga kompetisi ini. Apalagi yang harus saya lakukan? Saya adalah manajer profesional dan juga seorang manusia. Sisi manusia saya memenangkan itu. Dia pantas mendapatkan kesempatan tersebut,” ujar Klopp.
Tidak hanya gol penalti kemenangan, Kelleher juga begitu tangguh mengawal gawang Liverpool selama 120 menit. Dia menggagalkan sebanyak 4 peluang Chelsea. Salah satunya, dia menepis tendangan jarak dekat Christian Pulisic pada awal laga yang bisa saja membuat tim lawan unggul lebih dulu.
Perjudian gagal
Di sisi lain, sorotan tertuju kepada Manajer Chelsea Thomas Tuchel. Dia berjudi saat mengganti Mendy dengan Arizabalaga pada menit ke-118. Padahal, Mendy tampil heroik sepanjang laga dengan 6 penyelamatan gemilang.
Ditambah lagi, Mendy baru saja membawa Senegal untuk menjuarai Piala Afrika pada awal bulan ini. Dia menjadi pahlawan kemenangan dalam adu penalti lawan Mesir ketika itu. Bisa dibilang, Mendy akan memberikan tekanan lebih kepada lawan. Mengingat salah satu penendang lawan adalah Mohamed Salah, pemain yang dikalahkan Mendy di final Piala Afrika.
”Saya telah mengambil keputusan. Ketika itu terjadi, saya tidak bisa mengulangnya dan tidak tahu apa hasilnya. Kami tidak tahu apa yang akan terjadi jika Edou (Mendy) tetap di lapangan. Jangan salahkan Kepa. Salahkan saya sebagai orang yang mengambil keputusan. Inilah hidup pelatih sepak bola, terkadang berhasil, terkadang tidak,” kata Tuchel.
Terlepas dari hasil pertandingan yang tanpa gol, permainan kedua tim di final sangat menghibur. Liverpool dan Chelsea yang menganut gaya gegenpressing saling menekan sejak menit pertama. Chelsea lebih punya banyak peluang pada 20 menit pertama, salah satunya dari tembakan Pulisic yang digagalkan Kelleher.
Liverpool mengambil alih permainan pada sisa babak pertama. Penyerang andalan mereka, Sadio Mane, nyaris saja menciptakan gol, memanfaatkan bola muntah di depan gawang Chelsea. Namun, Mendy berhasil menggagalkan tendangan keras tersebut.
Setelah beberapa peluang yang terbuang percuma, Liverpool sempat memecah kebuntuan pada pertengahan paruh kedua lewat sundulan bek tengah Joel Matip. Tak lama setelah selebrasi, gol tersebut dianulir video asisten wasit (VAR). Virgil van Dijk berada di posisi offside sebelum gol tercipta.
Gol Chelsea pun sempat dianulir dua kali setelah itu, masing-masing dari Kai Havertz dan Romelu Lukaku. Bedanya, gol itu dianulir langsung oleh hakim garis. VAR hanya memastikan ulang keputusannya.
Tim asuhan Klopp pun sukses menebus kegagalan di final Piala Liga pada 2016, saat kalah dari Manchester City lewat adu penalti. ”Sangat luar biasa. Trofi ini sangat spesial untuk klub. Selalu sulit ketika harus menjalani adu penalti. Pencapaian ini luar biasa karena kami melibatkan seluruh pemain, dari akademi hingga tim utama,” kata kapten Liverpool, Jordan Henderson. (AFP/REUTERS)