Problem klasik timnas Indonesia, yaitu kalah dalam postur tubuh, kembali dieksploitasi Arab Saudi. Kehadiran dua pemain naturalisasi, Lester Prosper dan Brandon Jawato, tak banyak membantu.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tim nasional bola basket Indonesia masih belum menemukan cara efektif untuk menangkal tim-tim Asia Barat yang punya keunggulan fisik, tinggi dan atletis. Setelah kalah beruntun dari Lebanon saat jendela pertama kualifikasi Piala Dunia 2023, timnas kembali takluk dari Arab Saudi pada laga pembuka jendela kedua, Kamis (24/2/2022) malam WIB.
Indonesia kalah telak dari tim tuan rumah Arab Saudi, 66-95, di Arena King Abdullah Sports City, Jeddah. Skuad asuhan pelatih Rajko Toroman yang turun dengan dua pemain naturalisasi, Lester Prosper dan Brandon Jawato, masih kewalahan menghadapi tubuh raksasa pemain lawan.
”Mereka bermain sangat baik, mendominasi permainan sejak awal. Kami tidak mampu menghentikan mereka. Arab Saudi punya pemain dengan tubuh atletis dari kami. Mereka pun memanfaatkannya untuk unggul dalam rebound dan fast break. Tim yang lebih baik menang hari ini,” kata Toroman dalam konferensi pers seusai laga.
Arab Saudi mendominasi area dalam lewat center Mohammed Alsuwailem. Dia menghasilkan dobel-dobel 14 poin dan 12 rebound hanya dalam 20 menit 22 detik bermain. Setelah unggul jauh pada paruh kedua, pemain setinggi 2,08 meter ini ditarik keluar.
Prosper, yang hanya lebih pendek 1 sentimeter, menjadi andalan timnas untuk berhadapan satu lawan satu dengan Alsuwailem. Namun, dia kalah berduel karena lawan lebih agresif dan cerdik, terutama ketika berada di dekat keranjang. Adapun Alsuwailem mencatat akurasi lemparan amat tinggi, 77,7 persen (7 dari 9 lemparan).
Rekan-rekan Alsuwailem yang punya rata-rata tubuh lebih tinggi juga terus mengincar area dalam timnas. Hanya mengandalkan Prosper dan Jawato yang bisa bersaing dari segi fisik, area dalam timnas pun dibombardir. Sebanyak 56 poin Arab Saudi datang dari paint area.
Keunggulan fisik tim tuan rumah juga terlihat jelas dalam rebound. Mereka unggul jauh 47-34. Di antaranya, mereka menciptakan 15 offensive rebound. Usaha untuk mendapatkan kesempatan kedua penguasaan bola itu berbuah 19 poin.
Tidak bisa mengimbangi intensitas lawan sejak menit awal, timnas pun tertinggal 15-23 pada kuarter pertama. Arab Saudi mencoba strategi lain di kuarter kedua, lebih aktif menembak tiga angka. Tim lawan melihat pertahanan Indonesia sangat rapat ke dalam.
Dipimpin forward Mathna Almarwani yang mencetak total 16 poin, Arab Saudi menghujani pertahanan timnas dengan tembakan tiga angka beruntun. Indonesia makin tertinggal pada paruh pertandingan, 31-50.
Indonesia mencoba bangkit pada paruh kedua, tetapi mereka tidak bisa berbuat banyak dengan akurasi total lemparan hanya 39,3 persen. Pertahanan Arab Saudi begitu solid, sudah bisa membaca intensi para pemain timnas yang mengincar lemparan tiga angka.
Mereka bermain sangat baik, mendominasi permainan sejak awal. Kami tidak mampu menghentikan mereka. Arab Saudi punya pemain dengan tubuh atletis dari kami.
Adapun lemparan tiga angka Andakara Prastawa dan rekan-rekan hanya 25,9 persen (7 dari 27). ”Kami punya beberapa kesempatan untuk mengambil momentum, tetapi tidak berhasil memasukkan tembakan penting,” tambah pelatih asal Serbia itu.
Prosper (18 poin) dan Jawato (14 poin) menjadi penyumbang angka terbanyak timnas. Namun, akurasi mereka di bawah 50 persen, bahkan Jawato hanya 35,2 persen. Prastawa (10 poin) cukup efektif dengan akurasi 57,1 persen, tetapi dia hanya menembak 7 kali karena terus dijaga ketat pemain lawan.
Di kuarter ketiga, timnas bertahan lebih baik. Para pemain lokal, Prastawa dan Abraham Damar Grahita, juga mulai menemukan ritme tembakan. Timnas tidak terlalu mengandalkan duet naturalisasi dalam serangan, seperti paruh pertama. Mereka hanya kalah satu poin dalam kuarter itu, 18-19.
Namun, tim asuhan Toroman gagal mempertahankan intensitas itu pada kuarter terakhir. Stamina para pemain timnas sudah terkuras karena menghadapi lawan yang lebih atletis. Apalagi, timnas nyaris hanya merotasi enam pemain secara reguler. Sisanya hanya bermain kurang dari 10 menit.
Sementara itu, tim lawan membagi rata menit bermain nyaris sama kepada 12 pemain. Timnas pun mulai membuat kesalahan sendiri akibat kehabisan tenaga. Mereka menciptakan 8 dari total 17 turnover pada kuarter keempat.
”Inti dari kekalahan ini, kami tidak cukup baik menjalankan sistem pelatih. Kami juga tidak mampu menghentikan transisi lawan (dari bertahan ke menyerang). Ini menjadi pelajaran kami untuk laga selanjutnya,” ucap Prastawa.
Dengan hasil ini, Indonesia menempati juru kunci Grup C di bawah Jordania, Arab Saudi, dan Lebanon. Timnas kalah beruntun dalam tiga laga pembuka kualifikasi. Sebelumnya, mereka takluk dua kali berturut-turut dari Lebanon.
Perjalanan Indonesia di kualifikasi Piala Dunia masih belum selesai. Skuad timnas akan terbang ke Jordania untuk berlaga pada Minggu malam. Mereka akan kembali mengincar kemenangan pertama pada laga melawan tim pemuncak klasemen sementara Grup C itu.