Strategi Berani Indonesia di Piala Asia
Indonesia memang memilih satu grup dengan tim favorit juara Australia. Namun, mereka memilih grup itu bukan untuk bertemu sang juara bertahan, tetapi demi mencari kemenangan dari dua tim lain.
JAKARTA, KOMPAS – Manajemen tim nasional bola basket Indonesia nekat memilih satu grup bersama juara bertahan Australia di Piala Asia FIBA 2022. Pilihan berada di Grup A diambil agar timnas bisa bertemu dengan Arab Saudi dan Jordania. Harapannya, timnas bisa membaca kekuatan asli dua tim itu karena mereka akan saling berhadapan di kualifikasi Piala Dunia 2023, pada Februari dan Juli nanti.
Sebagai tuan rumah, Indonesia punya hak spesial menentukan pilihan grup dalam acara undian babak grup Piala Asia, pada Jumat (18/2/2022), di Jakarta. Tim “Merah Putih” yang berada di pot 4 atau unggulan terakhir, bisa memilih satu dari empat grup saat tiga pot lain telah selesai diundi.
Baca juga : Indonesia Melirik Celah Kemustahilan di Piala Asia
Indonesia, diwakili Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (PP Perbasi) Danny Kosasih, memutuskan masuk ke Grup A yang dihuni Australia, Jordania, dan Arab Saudi. Keputusan ini sangat berani, mengingat Australia merupakan tim terkuat berstatus juara bertahan sekaligus peraih perunggu Olimpiade Tokyo 2020.
Indonesia memilih Grup A karena di situ ada Jordania dan Arab Saudi. Kita akan bertemu mereka saat jendela kedua kualifikasi Piala Dunia. Dengan pertemuan itu, kita bisa lebih membaca kekuatan lawan. Pemantauan bakatnya akan lebih jelas.
“Indonesia memilih Grup A karena di situ ada Jordania dan Arab Saudi. Kita akan bertemu mereka saat jendela kedua kualifikasi Piala Dunia. Dengan pertemuan itu, kita bisa lebih membaca kekuatan lawan. Pemantauan bakatnya akan lebih jelas,” ucap Danny dalam konferensi pers seusai undian.
Keputusan tersebut merupakan opsi terbaik yang sudah dibahas oleh manajemen timnas. Pelatih timnas Rajko Toroman menjadi aktor utama dalam penentuan calon lawan Indonesia. Selain paling paham skuad timnas, dia juga sudah malang-melintang melatih di Asia selama dua dekade terakhir.
Manajer timnas Jeremy Santoso menilai pilihan itu realistis, meskipun harus melawan juara bertahan. Di atas kertas, timnas memang nyaris tidak punya peluang menang lawan tim kelas dunia di pot A, yaitu Australia, China, Iran, dan Selandia Baru. Karena itu, mereka mencari grup dengan tim pot B dan C yang lebih seimbang.
Baca juga : Indonesia Dinanti Kumpulan Raksasa Asia
Adapun sebelum Indonesia memilih, kondisi grup lain terbilang lebih berat. Grup B terdapat China, Korea Selatan, dan Taiwan. Grup C ada Iran, Japan, dan Kazakhstan. Grup D diisi Selandia Baru, Filipina, dan Lebanon. Adapun timnas kalah telak dari Korsel, Filipina, dan Lebanon saat bertemu pada 2021.
“Kami harus melihat peluang lawan Arab Saudi dan Jordania karena melawan Australia akan sangat sulit. Laga kualifikasi Piala Dunia nanti akan sangat penting. Kami bisa menguji kemampuan tim sampai mana. Semoga itu akan jadi pengalaman berharga jelang putaran final,” ucap Jeremy yang baru diangkat sebagai manajer baru timnas.
Timnas akan bertemu Arab Saudi pada 24 Februari dan Jordania pada 27 Febuari dalam jendela kedua kualifikasi Piala Dunia. Setelah itu, tim asuhan Toroman akan kembali berhadapan dengan keduanya pada jendela ketiga kualifikasi, pada awal Juli, sepekan sebelum putaran final Piala Asia. Mereka akan saling bertemu masing-masing dua kali. Adapun di jendela kedua, Indonesia akan kembali diperkuat dua pemain naturalisasi, Lester Prosper dan Brandon Jawato. Adapun Prosper tidak bisa tampil akibat Covid-19 ketika kalah telak dua kali dari Lebanon di jendela pertama.
Meskipun begitu, pilihan itu juga datang dengan risiko. Jordania dan Arab Saudi merupkan tim Asia Barat yang unggul dalam tinggi badan. Sebaliknya, kelemahan terbesar timnas untuk bersaing di Asia adalah masalah tinggi badan.
Baca juga : Jejak Mundur Timnas Menuju Piala Dunia
“Peluang Indonesia di grup ini lebih besar untuk lolos dibandingkan yang lain. Saya yakin itu (bisa lolos). Tetapi, perhatian utama kita ya di ukuran. Kalau dari teknik bermain dan segala macem kita tidak kalah. Cuma kalau size itu memang sudah jadi problem sejak Asian Games (2018). Apalagi tim Asia Barat memang besar-besar badannya,” ucap Fictor Roring, mantan pelatih timnas ketika Asian Games.
Kata pelatih yang kerap disapa Ito tersebut, timnas lebih baik dalam hal ukuran dibandingkan empat tahun lalu. Di posisi center, Toroman punya dua pilihan pemain naturalisasi, yaitu Prosper (2,09 meter) dan pemain NBA G-League Marques Bolden (2,08 meter).
Beda ketika Asian Games, timnas hanya mengandalkan pemain naturalisasi Jamarr Andre Johnson yang tingginya tidak lebih dari 2 meter. “Sekarang harusnya lebih bisa bersaing. Walaupun ya memang guard kita masih lebih kecil (dari rata-rata Asia),” tambah Ito.
Adapun Indonesia mengincar target lolos ke 8 besar di Piala Asia. Jika berhasil, mereka akan otomatis menjadi peserta putaran final Piala Dunia 2023 yang juga akan berlangsung di Jakarta. Adapun target 8 besar itu merupakan syarat langsung dari FIBA.
Baca juga : Akselerasi Timnas Basket Belum Cukup Signifikan
Untuk bisa lolos grup, timnas setidaknya harus menempati peringkat ke-2 atau ke-3. Setelah itu, peringkat ke-2 Grup A akan bertanding dengan peringkat ke-3 Grup B, begitu juga sebaliknya. Pemenangnya akan masuk perempat final.
“Gelembung” Jakarta
Ketua Panitia Pelaksana Piala Asia Junas Miradiarsyah menyampaikan, ajang empat tahunan ini akan berlangsung di Istora Senayan, Jakarta, pada 12—24 Juli dengan sistem “gelembung”. Mereka akan menetapkan “gelembung” tidak terpusat, seperti yang diterapkan di Liga Bola Basket Indonesia (IBL).
“Konsepnya masuk, menetap, lalu keluar. Jadi setelah masuk mereka tidak bisa keluar lagi. Anggota tim hanya bisa berpindah dari hotel yang berada di sekitar Istora, ke lapangan pertandingan. Kami tidak bisa memusatkan ‘gelembung” karena tidak ada fasilitas hotel dan lapangan dalam satu tempat di Istora,” ucapnya.
Menurut Junas, seluruh anggota tim kemungkinan besar juga akan menjalani karantina terlebih dulu saat tiba di Indonesia. Waktu karantina itu tergantung dari keputusan pemerintah yang akan menyesuaikan dengan kondisi pandemi Covid-19.