Memudarnya Daya Tarik London di Mata Pesepak Bola Dunia
Dua klub asal London, Tottenham Hotspur dan Arsenal, merasakan sulitnya menarik minat pemain incaran di bursa transfer musim dingin ini. Mereka kalah pamor dibandingkan klub yang memiliki tradisi juara lebih baik.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
Sebagai sebuah kota metropolitan terbesar di Eropa, Kota London, ibu kota Inggris, adalah salah satu destinasi wisata terfavorit di Benua Eropa. Tidak hanya untuk tujuan pelesiran, London adalah pusat bisnis, pendidikan, dan pusat perkembangan budaya pop. Kota ini pun seiring menjadi latar berbagai film dan karya sastra terbaik. Namun, daya tarik itu tidak berlaku di dunia sepak bola, terutama di bursa transfer musim dingin ini.
Dua klub tertua di London yang tampil di Premier League musim ini, yaitu Tottenham Hotspur dan Arsenal, merasakan sulitnya meminang pemain baru untuk meningkatkan kualitas tim di awal tahun ini. Pamor London sebagai kota dengan sejumlah daya tarik yang tidak dimiliki kota lain di dunia seakan memudar.
Sejumlah pemain yang diincar dua klub yang bermarkas di kawasan utara London itu lebih memilih berlabuh ke klub lain. Tawaran jutaan euro yang diberikan Spurs dan Arsenal dikesampingkan demi membela klub yang ”lebih baik”.
Spurs, sebagai contoh, menjadi salah satu klub tersibuk di bursa transfer musim dingin ini. Direktur Olahraga Spurs Fabio Paratici tidak pernah melepas perhatian dari telepon pintarnya sejak tahun baru lalu.
Ia menjadi kepanjangan tangan CEO Spurs Daniel Levy untuk memenuhi janji kepada Manajer Spurs Antonio Conte demi mendatangkan pemain baru. Luis Diaz dan Adama Traore menjadi pemain incaran Spurs yang lebih memilih bergabung dengan tim lain di bulan ini.
Diaz, pemain sayap FC Porto dan tim nasional Kolombia, mengesampingkan tawaran kontrak dari Spurs setelah Liverpool juga berminat meminangnya ke Inggris. Kedua klub sama-sama setuju mengeluarkan dana transfer sebesar 45 juta euro atau sekitar Rp 721,3 miliar untuk melabuhkan pemain berusia 25 tahun itu.
Akan tetapi, sang pemain lebih bersedia melakukan negosiasi kontrak dengan Liverpool. Pedro Sepulveda, pakar transfer Liga Portugal, mengungkapkan, ”Si Merah” juga bersedia memberikan bonus hingga sebesar 15 juta euro (Rp 240,4 miliar) kepada Porto yang berkaitan dengan performa sang pemain ketika membela klub yang bermarkas di Stadion Anfield itu.
”Luis Diaz akan memiliki gaji tahunan sebesar 3,5 juta euro (Rp 56,1 miliar) di Liverpool,” kata Supelveda dilansir SI. Perekrutan Diaz akan diumumkan Liverpool sebelum bursa transfer ditutup, Senin (31/1/2022) pukul 23.00 waktu Inggris atau Selasa (1/2) dini hari WIB.
Adapun untuk Traore, Spurs dikalahkan impian sang pemain untuk kembali ke klub masa kecilnya, Barcelona. Selain itu, harga yang ditawarkan Spurs jauh di bawah Barcelona.
Spurs ingin membeli langsung Traore dengan banderol 15 juta euro (Rp 240,4 miliar). Sementara itu, Barca memilih untuk meminjam Traore hingga akhir musim ini, kemudian dana transfer sebesar 30 juta euro (Rp 481 miliar) akan dikeluarkan Barca di musim panas nanti untuk mempermanenkan jasa Traore di Stadion Camp Nou.
Sejatinya Spurs dan Wolverhampton Wanderers, klub asal Traore, hanya butuh menyepakati detail kecil dalam rencana transfer Traore, tetapi kesepakatan itu dibatalkan Wolverhampton setelah Barca masuk ke dalam negosiasi. Di sisi lain, Traore pun lebih berminat kembali ke Barcelona yang dibelanya sejak berusia 8 tahun hingga 19 tahun.
”Saya sangat senang kembali ke Barca,” kata Traore kepada Mundo Deportivo.
Direktur Teknik Wolves Scott Sellars mengakui, Barca adalah destinasi favorit pemain sayap berusia 26 tahun itu. Menurut Sellars, Barca memberikan tawaran yang sangat menarik.
”Semua orang tahu Barcelona adalah kota dan klub yang sangat dekat di hati Adama (Traore). Jadi, ini adalah transfer impian baginya. Kami juga menyetujui opsi yang sangat sehat dalam kesepakatan itu yang mewajibkan Barca menjadikan transfer itu permanen di musim panas ini,” tutur Sellars dilansir Daily Mail.
Setelah gagal mendatangkan dua pemain itu, Spurs beralih ke ”pasar swalayan” Juventus yang tengah berusaha melakukan cuci gudang untuk pemain yang tidak masuk rencana taktik Pelatih Massimiliano Allegri di sisa musim ini. Dua pemain Juve, Dejan Kulusevksi dan Rodrigo Bentancur, menjadi harapan terakhir Conte untuk memperkuat timnya.
Kulusevski diincar demi memperkuat pemain di posisi sayap. Lalu, Spurs juga ingin meningkatkan opsi gelandang dengan mendatangkan Bentancur, pemain timnas Uruguay. Proses negosiasi kedua pemain itu akan memasuki masa krusial di hari Minggu ini.
Hingga Sabtu (29/1) malam, menurut laporan pakar transfer, Fabrizio Romano, Spurs dan Juve telah sepakat secara verbal untuk transfer Kulusevski. ”Si Lili Putih” akan meminjam pemain asal Swedia itu di sisa musim ini, kemudian wajib membayar dana transfer plus bonus hingga 40 juta euro (Rp 641,2 miliar) pada Juli nanti.
Untuk Bentancur, Spurs telah memasukan tawaran transfer permanen dengan uang Rp 19 juta euro (Rp 304,5 miliar) dan bonus 6 juta euro (Rp 96,1 miliar). Kepindahan Bentancur ke Spurs hanya menunggu persetujuan sang pemain. Spurs pun tidak memiliki pesaing untuk merekrut Bentancur setelah Aston Villa keluar dari proses negosiasi.
Mereka (Spurs dan Arsenal) tidak memiliki rekam jejak yang baik sebagai klub sebab gagal memenangi trofi bergengsi, terutama Liga Inggris, dalam beberapa musim terakhir.
Dikalahkan Juve
Adapun Arsenal kembali gagal merekrut pemain incaran setelah kalah dua kali dari Juventus dalam enam bulan terakhir di jendela transfer. Setelah gagal merekrut Manuel Locatelli dari Sassuolo yang lebih memilih Juve, hal serupa kembali terjadi ketika Arsenal ingin merekrut Dusan Vlahovic dari Fiorentina.
Vlahovic pun lebih menautkan hatinya untuk bergabung dengan ”Si Nyonya Besar” dan melanjutkan karier di Serie A ketimbang berlabuh ke Arsenal. Dana transfer Vlahovic ke Juve yang mencapai 80 juta euro (Rp 1,28 triliun) serupa dengan dana yang ditawarkan ”Si Meriam” ke Fiorentina.
”Juventus mewakili kebanggaan, tradisi, dan keluarga. Saya akan berusaha menolong pelatih dan rekan setim dengan kemampuan terbaik saya,” ujar pemain timnas Serbia itu kepada Juve TV.
Tony Cascarino, legenda timnas Irlandia dan mantan pemain Chelsea, menilai, setiap pemain dari luar Inggris selalu mempertimbangkan kondisi klub, seperti rekam jejak manajer dan prestasi klub itu, sebelum menerima pinangan klub. Spurs, kata Cascarino, memiliki pamor yang baik karena ditangani Conte, sedangkan Arsenal bermain baik di bawah asuhan Mikel Arteta.
”Namun, mereka (Spurs dan Arsenal) tidak memiliki rekam jejak yang baik sebagai klub sebab gagal memenangi trofi bergengsi, terutama Liga Inggris, dalam beberapa musim terakhir,” kata Cascarino kepada talkSport. (AFP)