City bermain yang tanpa penyerang murni seharusnya kesulitan mencetak gol. Namun, faktanya, mereka mampu berpesta gol dalam tiga laga terakhir.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
MANCHESTER, SENIN — Bersama Manchester City, Manajer Josep Guardiola kembali membuktikan penyerang tengah bukan segalanya dalam permainan modern. ”The Citizens” tetap bisa berpesta gol tanpa sosok penyerang murni. Pantas saja jika sang manajer tidak ingin segera membeli penyerang baru meskipun ditinggalkan Ferran Torres pada Januari nanti.
Torres, yang biasa ditempatkan di posisi nomor 9 atau penyerang tengah resmi dilepas ke Barcelona pada jendela transfer musim dingin. Alhasil, City hanya punya Gabriel Jesus di pos penyerang murni. Kedalaman lini depan mereka amat tipis setelah juga ditinggalkan Sergio Aguero pada musim panas.
Di tengah kondisi krisis itu, Guardiola berkata tidak akan mendatangkan penyerang pada Januari nanti. Dia menjamin lini depan ”The Citizens” saat ini tidak bermasalah. Keyakinan itu pula yang membuatnya dengan santai melepas Torres.
Keyakinan Guardiola terbukti benar. City kembali berpesta gol saat mengalahkan Leicester City, 6-3, dalam laga ”boxing day” di Stadion Etihad, Minggu (26/12/2021). City mampu mencetak setengah lusin gol meskipun tampil tanpa penyerang murni.
Manajer asal Spanyol tersebut hanya mengandalkan trio lini serang yang berposisi asli penyerang sayap, yaitu Bernardo Silva, Raheem Sterling, dan Riyad Mahrez. Silva mengambil posisi lebih ke tengah, berperan sebagai ”false 9” atau penyerang yang diberi keleluasan untuk bergerak hingga tengah lapangan.
Kata Guardiola, hujan gol tercipta karena kualitas luar biasa para pemain dalam menciptakan peluang. Sepuluh pemain di lapangan, kecuali kiper, memainkan sepak bola mengalir untuk menghasilkan peluang sebanyak mungkin. Semakin banyak peluang, semakin besar kans untuk mencetak gol.
Kualitas pemain yang kami miliki mampu menghasilkan peluang untuk mencetak gol. Semua karena kualitas itu. Tidak ada manajer dan taktik yang akan bekerja tanpa kualitas pemain.
Hal tersebut cukup menggantikan peran seorang penyerang murni dengan kemampuan penyelesaian akhir di atas rata-rata. ”Kualitas pemain yang kami miliki mampu menghasilkan peluang untuk mencetak gol. Semua karena kualitas itu. Tidak ada manajer dan taktik yang akan bekerja tanpa kualitas pemain,” ucap mantan pelatih Barcelona tersebut.
City sudah berpesta gol dalam tiga laga terakhir. Mereka total mencetak 17 gol saat berhadapan dengan Leeds United, Newcastle United, dan Leicester. Menariknya, gol tersebut dicetak oleh 11 pemain berbeda. Hanya sekali City tampil dengan penyerang murni, Jesus, yaitu saat menghadapi Newcastle.
Permainan tanpa penyerang murni ala Guardiola ini sangat sulit dibaca para lawan yang biasanya akan bertahan total. Misalnya, pada laga versus Leicester, Silva yang bermain sebagai penyerang tengah hanyalah sebuah perangkap. Pada kenyataannya, dia lebih sering bergerak ke belakang atau kanan untuk menarik pemain bertahan lawan.
Di situasi ini, dua gelandang tengah, Kevin De Bruyne dan Ilkay Gundogan, justru bisa maju ke depan untuk mengisi posisi ujung tombak. Skema ini terlihat pada gol pembuka Leicester lewat kaki De Bruyne. Mereka lebih dulu mencapai kotak penalti saat tiga penyerang lain belum sampai.
Fleksibilitas tersebut yang menjadikan permainan City amat berbahaya. Kuncinya adalah pergerakan pemain, serta perpindahan dan penguasaan bola. Permainan tanpa penyerang murni ini awalnya dipraktikkan Guardiola di Barca (2008-2012). Sang manajer sukses menciptakan tim tertangguh sedunia meskipun tanpa penyerang tengah tradisional.
Sebenarnya, Guardiola tertarik untuk mendatangkan penyerang serba bisa seperti bintang Tottenham Hotspur Harry Kane. Namun, dia menyadari tidak mungkin Spurs melepas Kane pada pertengahan musim. Karena itu, City lebih sabar menunggu untuk membeli sang pemain saat musim panas. Adapun tawaran City untuk Kane ditolak Spurs pada musim panas lalu.
Penyerang tinggi, seperti Kane, menurut Guardiola, terkadang dibutuhkan saat tim menemui jalan buntu. ”Kami tidak punya penyerang tinggi untuk menyundul bola. Kami tidak pernah memiliki itu bahkan ketika Sergio masih di sini. Terkadang Anda membutuhkan pemain seperti itu untuk membantu tim,” pungkas Guardiola.
Di sisi lain, Sterling sama sekali tidak ragu dengan lini serang timnya. Dia lebih khawatir dengan konsistensi tim dalam pertandingan. Seperti kemarin, mereka nyaris saja dikejar Leicester saat sudah unggul telak, 4-0, pada babak pertama. Leicester tiba-tiba mencetak tiga gol beruntun yang menipiskan jarak hanya satu gol.
”Manajer kami sudah memperingatkan para pemain saat turun minum. Tentunya itu sangat mengecewakan. Kami bisa mengontrol permainan dan unggul 4-0. Seharusnya kami bisa menyudahi permainan dengan mudah,” ucap Sterling yang menyumbang dua gol dalam laga tersebut. (AP/REUTERS)