NTB Jajaki Peluang Tuan Rumah Ajang Balap Formula 1
Setelah IATC dan World Superbike, kemudian MotoGP pada Maret 2022, NTB mulai menjajal peluang menjadi tuan rumah ajang balap mobil F1. Kesinambungan ajang internasional penting supaya dampaknya dirasakan warga.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Provinsi Nusa Tenggara Barat menjajal peluang menjadi tuan rumah balap mobil Formula Satu atau F1. Kendati syaratnya berat, pergelaran olahraga berskala internasional di Sirkuit Mandalika diharapkan bisa meningkatkan perekonomian daerah.
Sirkuit Mandalika telah mengawali debutnya dengan sukses menggelar ajang Idemitsu Asia Talent Cup (IATC) dan World Superbike pada November 2021. Saat ini, sirkuit di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika di Kuta, Pujut, Lombok Tengah, itu tengah bersiap untuk ajang balapan MotoGP yang akan berlangsung Maret 2022.
”Kesuksesan menggelar WSBK menunjukkan kesiapan NTB menjadi tuan rumah ajang bertaraf internasional. Hal itu menjadi portofolio bagi NTB untuk mengangkat citra daerah dan Indonesia di kancah dunia,” kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Provinsi NTB Ridwansyah, dalam siaran resmi, Senin (13/12/2021).
Ridwansyah mendampingi Direktur Utama PT Pengembangan Pariwisata Indonesia Abdulbar M Mansoer berangkat ke Sirkuit Yas Marina Abu Dhabi dalam rangka menerima undangan CEO Formula 1 Group Stefano Domenicali pada Jumat (10/12/2021).
Menurut Ridwansyah, setelah WSBK dan IATC, keberhasilan MotoGP 2022 adalah tantangan sekaligus membuka peluang bagi NTB menjadi tuan rumah F1 di Sirkuit Mandalika. Sirkuit dengan panjang lintasan 4,3 kilometer itu telah memiliki sejumlah fasilitas memadai untuk menjadi tuan rumah balap mobil bergengsi tersebut.
Meski demikian, kata Ridwansyah, ada sejumlah syarat penting yang harus disiapkan. Misalnya, akomodasi dengan jumlah kamar hotel berbintang minimal 3.000 kamar.
”Selain itu, dibutuhkan infrastruktur transportasi yang memadai, seperti jalan dan fasilitas keselamatan, lanskap (sirkuit), serta dukungan logistiknya,” kata Ridwansyah.
Dalam catatan Kompas, akomodasi menjadi salah satu tantangan penyelenggaraan ajang internasional di Mandalika. Pada ajang IATC dan WSBK November 2021, banyak penonton kesulitan mendapatkan kamar hotel.
Di Mandalika, untuk hotel berbintang saat ini sudah ada tiga hotel dan vila eksklusif dengan 800 kamar. Sementara seluruh kamar hotel, termasuk homestay, sekitar 3.000 unit. Jika ditotal, menurut data Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), hanya ada sekitar 16.000 kamar di seluruh NTB.
Jumlah kamar tersebut sangat jauh dari kebutuhan saat ajang kelas dunia berlangsung. Misalnya, untuk MotoGP saja, dalam kondisi tanpa pandemi, penonton yang datang langsung bisa mencapai lebih dari 150.000 orang.
Selain syarat akomodasi dan infrastruktur transportasi, kata Ridwansyah, ada sejumlah persyaratan teknis lainnya, seperti sistem sinyal otomatis untuk marshall, penambahan 26.000 ban bekas dari yang tersedia saat ini sekitar 14.000, dan pelebaran pit building.
Tunggu evaluasi
Menurut Ridwansyah, pihak pengelola F1 sangat antusias dengan potensi Mandalika menggelar balapan bergengsi itu. Namun, kepastian waktu F1 digelar bergantung pada hasil evaluasi kelayakan oleh tim F1. ”Akan ada evaluasi awal, kemudian direspons proposal resmi dari penyelenggara (MGPA dan ITDC), dilanjutkan negosiasi dan kesepakatan akhir,” katanya.
Ridwansyah mengatakan, jika menilik pengalaman menggelar WSBK dan MotoGP yang membutuhkan waktu dua tahun, ajang F1 diprediksi bisa terlaksana di Mandalika pada 2024.
Direktur Utama PT ITDC Abdulbar M Mansoer, dalam siaran resmi Pemerintah Provinsi NTB, mengatakan, untuk ajang F1, perlu persiapan lebih dan maksimal.
Jika menilik pengalaman menggelar WSBK dan MotoGP yang membutuhkan waktu dua tahun, ajang F1 diprediksi bisa terlaksana di Mandalika pada 2024. (Ridwansyah)
”Mengingat skala persiapan yang jauh di atas MotoGP, apalagi WSBK, penyelenggaraan F1 membutuhkan dukungan langsung Presiden. Kami rencanakan audiensi tim F1 ke Presiden bisa diatur setelah MotoGP selesai dan fasilitas siap. Formatnya seperti waktu kami bawa Dorna (Sports) ke Istana Bogor tahun 2019,” kata Abdulbar.
Sebelumnya, berbagai pihak berharap agar dampak pergelaran internasional di Sirkuit Mandalika tetap berlanjut. Oleh karena itu, tidak cukup jika hanya ada satu atau dua pergelaran dalam setahun.
Event Director Rinjani Geopark Sport Tourism Festival Mohammad Farid Zaini mengatakan, perlu dipikirkan rencana selanjutnya yang bisa dilakukan setelah satu ajang selesai. Diharapkan, berbagai dampak yang muncul bisa terus berlanjut dan dirasakan masyarakat.
Presiden Direktur Dyandra Promosindo Hendra Noor Saleh juga mengatakan, kesinambungan kegiatan di Sirkuit Mandalika harus dijaga. Jika tidak, yang terjadi hanya akan seperti membangun ”candi” Mandalika, artinya setelah satu kegiatan, kemudian selesai.