Sisa 2,5 bulan menjelang tes pramusim MotoGP, 11-13 Februari 2022, memerlukan gerak cepat pengelola Sirkuit Mandalika untuk membenahi berbagai kekurangan karena syarat teknis menggelar MotoGP sangat detail dan rumit.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penyelenggaraan balapan Superbike di Sirkuit Mandalika menghasilkan sejumlah catatan perbaikan yang harus diselesaikan dalam 2,5 bulan sebelum menggelar tes pramusim MotoGP, 11-13 Februari 2022. Pengelola sirkuit di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, itu perlu bergerak cepat untuk memenuhi syarat sangat detail dari Federasi Balap Motor Internasional atau FIM serta Dorna Sport.
Persyaratan dari FIM dan Dorna agar sirkuit menenuhi standar A sangat detail dan spesifik. Mulai dari kondisi lintasan, area gravel, transisi batas aspal lintasan dan area run-off, sistem drainase, perangkat elektronik di ruang pengendali balapan, radio komunikasi, jaringan satelit, penataan area paddock, pusat medis, tv compound, serta time keeping atau pencatatan waktu balapan.
Detail persyaratan untuk menggelar tes pramusim serta balapan MotoGP itu diakui Happy Harinto, Wakil Ketua Ikatan Motor Indonesia (IMI) untuk ajang internasional. Happy menyupervisi penyelenggaraan balapan oleh Mandalika Grand Prix Association (MGPA) selama ajang World Superbike akhir pekan lalu. Ranah pengawasan, antara lain, aspek paddock, track land, pit, balapan, dan race control.
”MotoGP jauh lebih besar daripada Superbike, lima kali lebih detail dan rumit dalam segala hal, termasuk syarat-syarat yang diminta. Sebagai antisipasinya, penyelenggara harus sangat memperhatikan detail persyaratan yang diminta. Hanya 2,5 bulan lagi untuk tes pramusim MotoGP, jangan sampai tidak bisa terselenggara dengan baik,” ungkap Happy, yang masih di Mandalika untuk mengawasi pengiriman kargo Superbike, Rabu (24/11/2021).
Menurunt dia, persiapan penyelenggara harus benar-benar matang, baik pengetahuan, anggaran, dan keperluan yang dibutuhkan. ”Yang jadi tantangan banyak, seperti urusan satelit, tv compound, kelistrikan, sampai jenis kabel, sangat detail dan jelimet, serta belum tentu ada barangnya di sini. Kadang harus pesan dari luar, seperti radio telekomunikasi,” ujar Happy.
Meskipun detail dan rumit, Happy optimistis, MGPA bisa menyelesaikan tantangan itu dalam 2,5 bulan untuk tes pramusim, disusul balapan seri dua MotoGP 2022 pada 18-20 Maret. Perbaikan area di sekitar lintasan balap juga dinilai perbaikan minor, termasuk mengatasi genangan di area run-off dan gravel. Genangan muncul karena hujan lebat saat balapan Superbike, Sabtu dan Minggu pekan lalu.
”Lintasan tidak masalah, bahkan dalam cuaca ekstrem pun daya cengkeramnya sangat baik karena aspalnya terbaik. Drainase juga tidak masalah,” katanya.
Happy menambahkan, genangan terjadi bukan masalah drainase, tetapi beda tinggi antara permukaan tanah dan track land, kemiringan lebih tinggi tanah sekitar 15 derajat. ”Posisi aliran tidak seimbang sehingga harus dibuat lebih landai di bawah 10 derajat. Itu bukan pekerjaan signifikan, dan bisa segera diselesaikan,” ungkap Happy, yang juga Direktur Strategi dan Komunikasi MGPA.
Atasi genangan
Untuk mengatasi genangan, FIM menuangkan aturan dalam pasal 4.4 Standards for Circuit. ”Sistem drainase yang tepat harus memastikan lintasan balap, jalur pit, tepian aspal sirkuit, area run-off, dan area kerikil bebas genangan air. Saat menghitung kemungkinan aliran air (bergantung pada intensitas curah hujan, durasi, dan koefisien aliran) kondisi iklim lokal harus diperhatikan,” tulis regulasi itu.
Selain itu, disarankan pula agar keseluruhan sistem drainase diperiksa satu pekan sebelum acara FIM untuk memastikan tidak ada sumbatan. Untuk membuat drainase darurat saat hujan lebat, untuk MotoGP diperlukan peralatan drainase minimum, yakni 2 pompa bertenaga listrik yang mampu memompa air 200 liter/menit, 1 pompa listrik/berbahan bakar yang mampu memompa air dengan kecepatan 800 liter/menit, dan 2 selang diameter 45 mm sepanjang 25 meter. ”Selang tersebut harus memiliki sambungan yang sama agar dapat digunakan dengan pompa mana saja,” lanjut regulasi FIM itu.
MotoGP jauh lebih besar daripada Superbike, lima kali lebih detail dan rumit dalam segala hal, termasuk syarat-syarat yang diminta. Sebagai antisipasinya, penyelenggara harus sangat memperhatikan detail persyaratan yang diminta.
Kemunculan berbagai kekurangan saat hujan dinilai Happy sebagai berkah untuk memperbaiki penyelenggaraan balapan. Kondisi itu sekaligus melatih para marshall untuk sigap mengamankan pebalap yang terjatuh.
”Tamara Matko, Safety Officer FIM, bilang bahwa marshall kita tangguh. CEO Dorna Carmelo Ezpeleta bilang ini marshall yang baik karena bisa menjalankan tugas dalam cuaca panas maupun hujan. Kami memberi apresiasi tinggi pada anak-anak muda Lombok,” kata Happy tegas.
Terkait pusat medis, Happy mengatakan, Direktur Medis FIM WSBK dr Monica Lazzarotti menyebut fasilitas kesehatan sangat baik. Matko juga dua kali memeriksa aspek keamanan. ”FIM sangat memperhatikan detail,” katanya.
Terkait faktor keselamatan, saat balapan Superbike, ada masalah kendaraan parkir sembarangan di belakang area paddock tim balap. Mobil penonton VVIP menutupi jalur troli tim yang berisi roda set. Tim memerlukan jalur yang bebas rintangan karena harus bergerak cepat untuk memasang dan melepas ban di tenda pemasok ban, Pirelli.
Parkir mobil dan motor sembarangan itu juga membuat jalur keluar sirkuit terhalang, sehingga memengaruhi faktor keselamatan. Jika terjadi kecelakaan dan perlu evakuasi melalui jalur itu, proses bisa terhambat dan membahayakan keselamatan.
”Itu proses pembelajaran, untuk parkir motor dan mobil secara tertib. Semua sirkuit di seluruh dunia dalam ajang WSBK dan MotoGP punya tata letak hampir sama. Lokasi medical centre, tv compound, food hall untuk mekanik, serta kontainer onderdil cadangan, posisi masing-masing hampir sama. Untuk itu perlu ada clear area dan area di belakang paddock termasuk clear area," ujarnya.
Happy menegaskan, penonton harus membiasakan diri dengan peraturan menonton balapan internasional mengikuti aturan yang berlaku. ”Karena hal itu menyangkut masalah keselamatan, jalur evakuasi jika terjadi sesuatu, jadi tidak boleh tidak tertib,” ujar Happy, yang saat balapan Superbike sempat menegur keras penonton yang parkir sembarangan di belakang paddock.
Terkait kesiapan menggelar tes pramusim dan balapan MotoGP, Direktur MGPA Ricky Baheramsjah mengakui, masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.
”Selalu ada kurva pembelajaran besar, itulah mengapa kami menggelar Superbike lebih dahulu sebagai ujian. Kami beruntung karena bisa memetik pengalaman, tetapi masih banyak hal harus dikerjakan. MotoGP ajang yang lebih besar, kami harus bersiap menyambutnya. Kami bergantung pada pemerintah, pusat dan daerah, agar lebih siap,” kata Ricky di Mandalika.