Ganda putra Kevin Sanjaya/Marcus Gideon menjadi satu-satunya harapan Indonesia untuk merebut gelar juara Final BWF World Tour. Di final, ”Minions” akan ditantang Takuro Hoki/Yugo Kobayashi untuk ketiga kalinya.
Oleh
Yulia Sapthiani
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon menjadi satu-satunya harapan Indonesia untuk meraih gelar juara dari Turnamen Final BWF World Tour 2021. Tinggal satu penghalang yang berada di hadapan mereka, yaitu Takuro Hoki/Yugo Kobayashi yang muncul sebagai rival dalam turnamen di Bali.
Laga Kevin/Marcus melawan pasangan Jepang itu menjadi pertemuan ketiga di Bali International Convention Center, tempat digelarnya Festival Bulu Tangkis Indonesia yang terdiri atas tiga turnamen dalam tiga pekan beruntun. Tiga turnamen yang digelar sejak 16 November tersebut adalah Indonesia Masters, Indonesia Terbuka, dan Final BWF.
Kedua pasangan menciptakan rivalitas dengan selalu bertemu di final. Hoki/Kobayashi menang pada Indonesia Masters, lalu dibalas Kevin/Marcus di Indonesia Terbuka.
”Melawan Hoki/Kobayashi selalu menjadi laga berat. Kami akan berusaha bermain dengan kemampuan terbaik,” komentar Marcus setelah mengalahkan Lee Yang/Wang Chi Lin (Taiwan), 18-21, 23-21, 21-17, pada semifinal, Sabtu (4/12/2021).
Seperti ganda Indonesia berjulukan ”Minions” itu, Hoki/Kobayashi tak ingin menyia-nyiakan kesempatan bermain di final. Kobayashi menegaskan bahwa dia akan menambah gelar juara setelah Indonesia Masters. Dalam semifinal, pasangan peringkat keenam dunia itu menang atas Ong Yew Sin/Teo Ee Yi (Malaysia) 21-18, 21-15.
Dua semifinal ganda putra ini menjadi ulangan dari pertemuan pada penyisihan grup masing-masing. Kevin/Marcus mengalahkan mereka, 23-21, 21-19, pada Rabu, lalu mendapat perlawanan lebih berat tiga hari berikutnya.
Melawan Hoki/Kobayashi selalu menjadi laga berat. Kami akan berusaha bermain dengan kemampuan terbaik.
”Tentu kami senang bisa memenangi pertandingan tadi karena lawan bermain bagus, serangan mereka kuat. Dalam setiap adu serangan, kami berusaha untuk tidak banyak membuat kesalahan. Ini menjadi perbedaan kami dengan lawan pada hari ini,” tutur Marcus.
Final ini menjadi yang pertama bagi Kevin/Marcus sejak ajang penutup dari rangkaian turnamen BWF World Tour digelar pertama kali pada 2018. Para pesaingnya turnamen ini adalah delapan wakil terbaik dari setiap nomor berdasarkan penampilan dari turnamen Super 300, 500, 750, dan 1000 sepanjang tahun, termasuk peraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020.
Kevin/Marcus pernah menjadi juara pada 2017, ketika bernama Final Super Series. Setelah itu, hasil terbaik yang didapat adalah semifinal pada 2019.
Mereka absen pada Final BWF 2020 yang dirangkaikan dengan turnamen Thailand Terbuka I dan II di ”gelembung” Bangkok, Thailand, Januari 2021. Mereka tak memiliki cukup waktu untuk bersiap setelah Kevin terinfeksi Covid-19 pada Desember 2020.
Setelah tak mendapat kesempatan bertanding pada awal hingga pertengahan tahun, Olimpiade Tokyo, yang digelar 23 Juli-8 Agustus 2021, menjadi kejuaraan pertama mereka ikuti tahun ini. Kevin/Marcus tersingkir pada perempat final.
Mereka mulai bangkit dalam rangkaian turnamen di Eropa sejak pekan terakir September, salah satunya turut mengantarkan Indonesia menjuarai kejuaraan beregu putra Piala Thomas 2020. Di ajang individu, pasangan yang tergeser dari puncak peringkat dunia sejak 2017 itu lima kali lolos ke final dari enam turnamen, termasuk di Final BWF. Dari final lain, mereka menjuarai Hylo Terbuka di Jerman dan Indonesia Terbuka.
Indonesia sebenarnya memiliki peluang menempatkan dua wakil pada final dengan kehadiran Greysia Polii/Apriyani Rahayu pada semifinal. Perjuangan keras mereka selama satu jam 16 menit dihentikan Nami Matsuyama/Chiharu Shida (Jepang), 14-21, 21-13, 21-23. Kekalahan dialami dari lawan yang sama ketika tampil dalam final Indonesia Terbuka.
Kalah dengan selisih skor tipis membuat Greysia/Apriyani sulit menerima hasil tersebut. Namun, mereka harus melupakannya karena akan menghadapi satu turnamen lagi, yaitu Kejuaraan Dunia di Huelva, Spanyol, 12-19 Desember.
Salah satu ajang yang termasuk major events dalam struktur turnamen BWF ini menjadi target utama Greysia/Apriyani setelah selalu tersingkir pada semifinal Kejuaraan Dunia 2018 dan 2019. Akan tetapi, seperti dikatakan pelatih ganda putri pelatnas Eng Hian, situasi saat ini berubah karena kondisi lengan Greysia tidak fit.
”Lengannya cedera sejak Piala Sudirman karena jatuh. Sebenarnya, kondisinya sudah lebih baik, tetapi karena kok yang dipakai di Bali cukup lambat hingga harus mengeluarkan tenaga lebih besar, cedera itu kambuh lagi. Sekarang, tinggal berharap pada proses pemulihan,” kata Eng Hian.
Peluang ”hat-trick”
Tiga wakil yang tampil di final memiliki peluang untuk menyapu bersih gelar di Bali setelah menjuarai Indonesia Masters dan Indonesia Terbuka. Selain Matsuyama/Chida, yang akan berhadapan dengan Kim Se-yeoung/Kong Hee-yong (Korea Selatan) pada final, ada tunggal putri Korea Selatan berusia 19 tahun, An Se-young, dan ganda campuran Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai (Thailand). An akan melawan Pusarla V Sindhu (India), sementara Puavaranukroh/Taerattanachai ditantang Yuta Watanabe/Arisa Higashino (Jepang).
Puavaranukroh/Taerattanachai, bahkan, memiliki kesempatan mengulang prestasi yang mereka buat di ”gelembung” Bangkok. Mereka menjuarai Thailand Terbuka Seri I dan II, serta Final BWF 2020.
Thailand juga mewakilkan pemain berusia 20 tahun, Kunlavut Vitidsarn, dalam final tunggal putra untuk berhadapan dengan pemain nomor satu dunia, Viktor Axelsen (Denmark).