Jonatan Christie berusaha melupakan kemenangan di semifinal Piala Thomas saat bertemu Anders Antonsen pada perempat final Indonesia Terbuka. Dia juga berusaha melupakan dua kekahalan dari Antonsen di kandang sendiri.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
BADUNG, KOMPAS – Laga antara Jonatan Christie dan Anders Antonsen akan menjadi ”big match” perempat final turnamen SimInvest Indonesia Terbuka BWF World Tour Super 1000. Pertemuan pada semifinal kejuaraan beregu Piala Thomas 2020, sebulan lalu, menjadi warna dari persaingan kedua pemain tersebut.
Perempat final di Bali International Convention Center, Nusa Dua, Bali, Jumat (26/11/2021), terjadi setelah Jonatan mengalahkan rekan senegara, Chico Aura Dwi Wardoyo, 21-11, 21-12, sedankan Antonsen menang atas Wang Tzu Wei (Taiwan), 18-21, 1-13, 21-14. Duel Jonatan dan Antonsen ini akan menjadi pertemuan kesembilan di antara mereka.
Menjelang pertemuan tersebut, momen ketika mereka bersaing dalam semifinal Piala Thomas di Aarhus, Denmark, 9-17 Oktober, diperbincangkan kembali. Jonatan tampil gemilang dan mengalahkan Antonsen, 25-23, 15-21, 21-16, dalam laga selama satu jam 40 menit. Indonesia memenangi semifinal tersebut, 3-1, lalu mengalahkan China, 3-0, di final.
Namun, tunggal putra Indonesia peringkat kedelapan dunia itu tak akan membawa kenangan tersebut ke Bali. Dia harus mengantisipasi suasana berbeda, termasuk motivasi Antonsen untuk membalas kekalahan di depan publik sendiri.
Momen di Denmark, sebulan lalu, menjadi salah satu bagian dari keunikan statistik pertemuan keduanya. Ketika Jonatan bisa mengalahkan Antonsen di Denmark, dia justru kalah dalam dua pertemuan di Tanah Air. Dua kekalahan itu terjadi pada semifinal Indonesia Masters 2019 dan perempat final Indonesia Masters 2020.
Jonatan pun berusaha memutus hasil buruk di tempat sendiri dengan beberapa catatan yang ada di benaknya. ”Saya harus mengontrol pikiran. Meski menang pada pertemuan terakhir, suasana di sini berbeda. Saya tidak akan memikirkan pertemuan terakhir, juga jangan berpikir terlalu jauh ke depan. Saya harus fokus pada poin per poin,” tutur Jonatan.
Tunggal putra nomor dua Indonesia itu akan memanfaatkan peluang dengan lelahnya Antonsen setelah mencapai final Daihatsu Indonesia Masters Super 750, pekan lalu, serta bermain tiga gim pada dua babak awal Indonesia Terbuka. Dua kemenangan Antonsen memakan waktu total dua jam 42 menit, sedangikan Jonatan dengan satu jam 10 menit.
”Saya mencoba membuat dia capai. Antonsen punya pola permainan ingin cepat menyerang. Jadi, saya harus mengantisipasi hal itu,” kata perempat finalis Indonesia Terbuka 2015, 2016, dan 2019 itu.
Setelah mengalahkan Wang, Antonsen mengakui dia kelelahan. Tetapi, peringkat ketiga dunia itu menilai, dia masih bisa bermain dengan baik.
Antonsen berbekal hasil lebih baik dari Jonatan sejak awal tahun. Dia juara Final BWF 2020 yang diselenggarakan Januari 2021 di Thailand, mencapai semifinal All England, menjadi juara Eropa, dan final Indonesia Masters. Adapun Jonatan memiliki hasil terbaik perempat final Thailand Terbuka I, sebelum mengantarkan Indonesia juara Piala Thomas.
Jonatan menjadi wakil tunggal putra Indonesia tersisa setelah Shesar Hiren Rhustavito mundur menjelang gim kedua saat berhadapan dengan Rasmus Gemke (Denmark). Setelah tertinggal, 12-21, Shesar mundur karena sakit pada lutut kanan. Oleh karena tidak lolos ke turnamen terakhir di Bali, yaitu Final BWF pada 1-5 Desember, Shesar akan memulihkan diri dan bersiap untuk Kejuaraan Dunia di Huelva, Spanyol, 12-19 Desember.
Anthony Sinisuka Ginting dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, yang tersingkir pada babak pertama, juga langsung mengalihkan fokus pada Kejuaraan Dunia. Mereka kembali ke Jakarta, Kamis, dan akan berlatih di pelatnas bulu tangkis, Cipayung, Jakarta.
Ganda pelapis terhenti
Perjalanan ganda putra pelapis pelatnas utama akhirnya terhenti pada babak kedua dengan kekalahan Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan dan Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana. Pramudya/Yeremia dihentikan juara Indonesia Masters, Takuro Hoki/Yugo Kobayashi, 23-25, 25-27, sedangan Fikri/Bagas kalah dari senior di pelatnas, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, 11-21, 10-21.
Meski tak ada yang bisa menembus perempat final, penampilan skuad muda dalam turnamen besar tahun ini terbilang baik, terutama Pramudya/Yeremia. Di luar turnamaen berkategori Super 750 dan 1000 dengan hasil terbaik babak kedua, Pramudya/Yeremia juara Spanyol Masters Super 300 dan Belgia International Challenge, mencapai final Swiss Terbuka Super 300, semifinal Hylo Terbuka Super 500, dan perempat final Indonesia Masters Super 750.
Saya mencoba membuat dia capai. Antonsen punya pola permainan ingin cepat menyerang. Jadi, saya harus mengantisipasi hal itu.
”Pada tahun ini, kami mengalami peningkatan dari tenaga dan cara bermain, tetapi ini tidak boleh membuat kami puas,” kata Yeremia.
Di balik peningkatan performa itu, Pramudya menyebut beberapa faktor yang masih menjadi kendala mereka, yaitu belum bisa mengubah pola main dengan cepat ketika dibutuhkan. ”Kualitas pukulan saat diserang juga harus ditingkatkan supaya bisa mempersulit lawan,” katanya.
Selain Pramudya/Yeremia dan Fikri/Bagas, di pelatnas utama ganda putra terdapat Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin dan Sabar Karyaman Gutama/Muhammad Reza Pahlevi Isfahani sebagai pasangan pelapis. Kedua pasangan ini tersingkir pada babak pertama dalam duel pemain senegara.
Seperti dituturkan pelatih ganda putra, Herry Iman Pierngadi, Pramudya/Yeremia memiliki kelebihan dibandingkan rekan seangkatan, yaitu kemampuan setara bermain di depan dan belakang lapangan.
Hal ini berbeda dengan pemain ganda putra umumnya yang berbagi peran antara pengatur serangan (pemain depan) dan pengeksekusi serangan (belakang). Faktor itulah yang membuat mereka bisa mengimbangi kecepatan dan kekuatan pemain senior, meski belum bisa tampil konsisten untuk mengalahkan mereka.