Kevin/Marcus menjadi wakil ”Merah Putih” tersisa di turnamen bulu tangkis Indonesia Masters 2021. Mereka lolos ke semifinal setelah menuai motivasi ekstra dari ketatnya persaingan dengan yunior pelapis.
Oleh
yulia sapthiani
·4 menit baca
BADUNG, KOMPAS — Ganda putra adalah sektor atau nomor dengan materi pemain paling melimpah di pelatnas bulu tangkis Indonesia. Kemampuan merata semua pemain, termasuk barisan pelapis, membuat mereka saling termotivasi.
Atmosfer itu terlihat pada pertemuan dua ganda putra Indonesia dari generasi berbeda, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon dan Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan, pada perempat final Daihatsu Indonesia Masters BWF World Tour Super 750 di Bali International Convention Center, Bali, Jumat (19/11/2021). Meskipun menang dalam dua gim, 22-20, 21-17, Kevin/Marcus mendapat perlawanan ketat dari yuniornya itu sejak awal.
Kevin, yang dalam tiga babak sebelumnya tampil kalem, kali ini memunculkan lagi karakter ekspresifnya dengan sering berteriak memompa semangat dan memancing emosi lawan. ”Saya berterima kasih pada Pram/Yere yang membuat saya sangat termotivasi,” ujar Kevin ketika ditanya tentang sikapnya itu.
Meskipun rutin berlatih bersama di pelatnas bulu tangkis Cipayung, Jakarta, laga ini menjadi kesempatan pertama Pramudya/Yeremia bersaing dengan seniornya, Kevin/Marcus, dalam turnamen. Tak pelak, salah satu dari empat pemain pelapis ganda putra pelatnas utama itu termotivasi memperlihatkan kemampuan terbaik.
Pernah mengalahkan pemain senior lainnya, yaitu Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, dan Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmussen (Denmark), Pramudya/Yeremia termotivasi melakukan hal yang sama saat melawan Kevin/Marcus. Maka, taktik mereka siapkan meskipun tanpa bantuan pelatih karena lawan yang dihadapi adalah sesama pemain pelatnas.
Pola bermain dengan menekan lebih dulu sempat berjalan baik untuk Pramudya/Yeremia. Mereka sempat memimpin 15-9 dan 18-13 pada gim pertama. Namun, pengalaman bertanding dan menjuarai ajang besar menjadi pembeda pada momen akhir setiap gim laga tersebut.
Ganda putra Indonesia punya banyak pemain pelapis dengan kemampuan bagus dan merata. Mereka sangat menjanjikan. Kami pun termotivasi.
Meskipun dinilai pelatih ganda putra, Herry Iman Pierngadi, sebagai pasangan yang memiliki kemampuan sama dalam bermain di depan dan belakang lapangan, Pramudya/Yeremia masih harus belajar mengontrol diri dan mengubah pola main saat taktik yang disiapkan tidak lagi bisa berjalan. Tanpa pelatih yang mendampingi di lapangan, mereka harus belajar mencari sendiri pemecahan masalah.
Dari duel melawan Kevin/Marcus dan pemain top dunia di turnamen lainnya, Pramudya/Yeremia juga memetik pelajaran bahwa mereka harus meningkatkan kekuatan dan daya tahan. ”Melawan senior, seperti Kevin/Marcus, rasanya lebih capai,” kata Pramudya.
Meski demikian, ganda putra peringkat ke-34 dunia itu selalu memperlihatkan rasa percaya diri bisa bersaing dalam turnamen berlevel tinggi. Dalam beberapa kesempatan, Pramudya berkata, dia dan Yeremia tidak hanya bersaing dengan sesama pasangan pelapis di pelatnas, tetapi juga dengan para senior, yaitu Kevin/Marcus, Fajar/Rian, dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Mereka selalu punya motivasi lebih ketika melawan pemain-pemain yang lebih berpengalaman.
”Ganda putra Indonesia punya banyak pemain pelapis dengan kemampuan bagus dan merata. Mereka sangat menjanjikan. Kami pun termotivasi. Mereka ingin mengejar kami dan kami pun tidak mau turun,” ujar Marcus yang akan menghadapi Ong Yew Sin/Teo Ee Yi (Malaysia) pada semifinal.
Juara Olimpiade tersingkir
Kevin/Marcus menjadi satu-satunya wakil Indonesia pada semifinal yang akan berlangsung Sabtu setelah peraih medali emas ganda putri Olimpiade Tokyo 2020, Greysia Polii/Apriyani Rahayu, dan ganda campuran, Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja, tersingkir pada perempat final. Dalam laga 1 jam 23 menit, rekor terlama pada Jumat, Greysia/Apriyani kalah, 21-18, 13-21, 19-21, dari Sapsiree Taerattanachai/Puttita Supajirakul (Thailand). Adapun Hafiz/Gloria kalah dari Yuta Watanabe/Arisa Higashino (Jepang), 21-16, 17-21, 9-21.
Laga itu menjadi kekalahan pertama Greysia/Apriyani dari empat pertemuan dengan ganda Thailand itu. Berbeda dari tiga duel sebelumnya, Greysia berkata, lawannya kali ini lebih sedikit membuat kesalahan.
”Mereka juga selalu menyerang kami dari awal. Kami selalu berada dalam tekanan, terutama pada gim kedua dan ketiga,” kata Greysia yang menjadikan laga itu sebagai evaluasi menghadapi dua ajang berikutnya di Bali, yaitu Indonesia Terbuka dan Final BWF.
Belajar dari tiga kekalahan sebelumnya, Taerattanachai mengatakan, dia dan pasangannya harus mengontrol permainan dengan cara menekan lawan lebih dulu. ”Kami akhirnya bisa menang, meski pertandingan tadi merupakan laga yang sangat sulit,” ujar Taerattanachai yang merupakan sahabat Greysia.
Juara Olimpiade lainnya, Lee Yang/Wang Chi Lin, juga kalah di perempat final. Ganda putra Taiwan itu disingkirkan Aaron Chia/Soh Wooi Yik (Malaysia), 13-21, 15-21.