Habis, Tunggal Putra ”Merah Putih” di Indonesia Masters
Indonesia tidak lagi menyisakan wakil tunggal putra di ajang Indonesia Masters. ”Rontoknya” banyak pemain unggulan menjadi bahan evaluasi tim ”Merah Putih” untuk Indonesia Terbuka.
Oleh
yulia sapthiani
·4 menit baca
BADUNG, KOMPAS — Meskipun diperkuat barisan pemain yang menjuarai Piala Thomas, Indonesia kehilangan semua wakil tunggal putra pada dua babak pertama turnamen Daihatsu Indonesia Masters. Mereka pun langsung beralih fokus ke turnamen berikutnya, yaitu SimInvest Indonesia Terbuka.
Pada Indonesia Masters, yang berkategori BWF World Tour Super 750, tuan rumah diwakili lima pemain tunggal putra, termasuk Anthony Sinisuka Ginting, Jonatan Christie, dan Shesar Hiren Rhustavito, yang berperan besar membawa Indonesia menjuarai kejuaraan beregu putra Piala Thomas 2020 di Denmark, Oktober lalu.
Namun, kekuatan tersebut akhirnya habis saat Shesar dan Jonatan tersingkir pada babak kedua, Kamis (18/11/2021). Tiga pemain lainnya bahkan kalah lebih dulu di babak pertama.
Di Bali International Convention Center, yang merupakan bagian ”gelembung” penyelenggaraan Festival Bulu Tangkis Indonesia di Nusa Dua, Badung, Jonatan kalah dari mantan pemain nomor satu dunia asal India, Kidambi Srikanth, 21-13, 18-21, 15-21. Sementara Shesar takluk dari bintang muda Thailand, Kunlavut Vitidsarn, 14-21, 9-21.
Sebelum takluk dari Srikanth, Jonatan juga harus melalui laga yang tidak mudah saat melawan Sitthikom Thammasin (Thailand) pada babak pertama. Tunggal putra Indonesia peringkat kedelapan dunia itu menang, 21-18, 20-22, 21-17.
Mengevaluasi penampilannya dalam dua babak itu untuk Indonesia Terbuka, 23-28 November, Jonatan berkata, dia harus bisa mempertahankan konsistensi fokus dan pola permainan yang sudah benar. Becermin dari duel versus Srikanth, Jonatan kehilangan tiga poin dengan mudah sejak skor 16-16 hingga tertinggal 16-19. Padahal, posisi imbang itu didapatnya dengan susah payah setelah tertinggal 9-14.
”Saya harus bisa menjaga apa yang sudah benar karena kesalahan kecil bisa mengubah jalannya pertandingan. Pada pertandingan tadi, misalnya, saya beberapa kali salah dalam memilih pukulan,” katanya.
Irwansyah, asisten pelatih tunggal putra, berharap pemain lainnya juga bisa memperbaiki kekurangannya untuk Indonesia Terbuka. Anthony, misalnya, diharapkan bisa memilih pola main dengan cepat dan tepat saat lawan mengubah taktik.
”Saat dikalahkan Kunlavut, Anthony yang mempunyai gaya main cepat mengalami kesulitan saat lawannya mengajak bermain dengan pola lambat. Anthony tidak bisa mengubah polanya dengan cepat,” kata Irwansyah.
Indonesia Masters dan Indonesia Terbuka menjadi bagian dari Festival Bulu Tangkis Indonesia yang berlangsung dalam tiga pekan beruntun. Turnamen lainnya adalah Final BWF, 1-5 Desember, yang akan diikuti delapan pemain terbaik dari setiap nomor berdasarkan penampilannya pada 2021. Juara Olimpiade Tokyo 2020 juga akan ikut serta di Final BWF.
Menang-kalah di pertandingan hal biasa. Yang penting bagaimana cara bermain. Mereka bermain tanpa semangat juang dan seperti tidak punya tanggung jawab.
Tantangan berbenah juga dihadapi unggulan kedua ganda putra, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, setelah dikalahkan Takuro Hoki/Yugo Kobayashi, 21-11, 15-21, 12-21, pada babak kedua. Pasangan Jepang peringkat ke-10 dunia itu akan kembali menjadi lawan Hendra/Ahsan pada babak pertama Indonesia Terbuka, turnamen berkategori BWF Super 1000.
”Kami harus mempersiapkan diri lebih baik, menyiapkan lebih banyak tenaga, karena mereka bermain lebih baik dibandingkan pertemuan-pertemuan sebelumnya,” kata Hendra.
Pertemuan ganda putra Indonesia berjuluk ”The Daddies” itu dengan Hoki/Kobayashi di Indonesia Masters menjadi duel keempat mereka. Tiga pertemuan mereka sebelumnya selalu dimenangi Hendra/Ahsan, masing-masing dalam tiga gim, antara lain pada final Kejuaraan Dunia 2019 dan babak kedua All England 2020.
Indonesia kini telah kehilangan banyak unggulan pada babak-babak awal Indonesia Masters. Maka, pada perempat final, Jumat, tuan rumah tinggal memiliki empat wakil, yaitu Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja, Greysia Polii/Apriyani Rahayu, serta dua ganda putra yang akan saling berhadapan, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus F Gideon dan Yeremia Erich Yacob Rambitan/Pramudya Kusumawardana.
Tanpa daya juang
Terkait kekalahan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti pada babak pertama, Nova Widhianto, pelatih ganda campuran, menilai, ganda peringkat kelima dunia itu tampil tanpa semangat juang.
”Menang-kalah di pertandingan hal biasa. Yang penting bagaimana cara bermain. Mereka bermain tanpa semangat juang dan seperti tidak punya tanggung jawab,” kata Nova dengan nada tegas.
Nova pun langsung mengajak kedua pemain ganda campuran itu berdiskusi, satu per satu, seusai dikalahkan Dhruv Kapila/Reddy N Sikki (India), 11-21, 20-22, pada hari Rabu. Nova, juara dunia 2005 dan 2007 bersama Liliyana Natsir, mengingatkan besarnya tanggung jawab sebagai pemain pelatnas.
”Status pemain pelatnas, apalagi sudah juara All England, pastinya akan memberi tekanan lebih besar. Mereka sudah sadar itu dan seharusnya bisa mengatasinya. Kalaupun ada masalah di antara keduanya, mereka harus bisa menyelesaikannya sendiri karena mereka adalah pemain senior,” tutur Nova.