Para pebulutangkis pelatnas menunjukkan keunggulan dan keuntungan di laga pertama nomor beregu bulutangkis PON Papua 2021, Selasa. Mereka membantu provinsi yang dibela meraih kemenangan.
Oleh
Muhammad Ikhsan Mahar
·5 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS– Para pebulutangkis pelatihan nasional atau pelatnas mengawali keikutsertaan di Pekan Olahraga Nasional Olahraga Papua 2021 dengan hasil positif. Sejumlah provinsi yang dihuni pebulutangkis dari Cipayung sukses mengunci kemenangan di laga pembuka fase penyisihan di Gedung Olahraga Waringin, Jayapura, Selasa (5/10/2021).
Terdapat 32 pemain asal Cipayung yang tampil di PON XX Papua. Mereka tersebar di tujuh provinsi, yaitu DKI Jakarta (10 atlet), Jawa Barat (8), Jawa Tengah (5), Jawa Timur (4), Sulawesi Utara (2), Bali (1), Banten (1), dan Papua (1).
Di nomor beregu putra, Jakarta menunjukkan dominasinya atas Sumatera Utara. Jakarta yang dibela delapan pemain pelatnas terlalu tangguh bagi Sumut dengan unggul telak, 5-0, dalam pertandingan lima set yang dijalani selama 174 menit. Jakarta hanya butuh rata-rata 34,8 menit untuk mengunci kemenangan di setiap gim.
Kemenangan Jakarta dibuka oleh tunggal pertama, Christian Adinata, yang mengalahkan Enzi Shafira, 21-19, 21-12. Kemudian, Amri Syahnawi/Yeremia Erich unggul 21-11-21-12 atas Ari Kusuma/M Robby Darwis. Selanjutnya, giliran Karono yang unjuk gigi untuk melibas duta Sumut, Arya Kusuma, 21-6 dan 21-12.
Meskipun sudah mengunci keunggulan 3-0, pebulutangkis Jakarta tetap bermain dengan performa terbaik. Ganda putra kedua, Adnan Maulana/Gifari Anadaffa, menundukkan Bobby Alviero Riyandino Hardja/Yufi Vigyanda, 21-11, 21-17. Terakhir, Yonathan Ramlie membenamkan Aldo Alfiansyah, 21-12, 21-8.
Selanjutnya, Jakarta harus menumbangkan Bali untuk mengunci posisi puncak Grup D Beregu Putra. Pasalnya, hanya juara dari empat grup yang berhak lolos ke babak semifinal. Apabila lolos ke babak empat besar, Jakarta akan berhadapan dengan juara Grup B yang dihuni Jateng, Sulawesi Utara, dan Papua Barat.
Pemain kami kalah jam terbang dibandingkan tim Jakarta yang rutin berlatih di Cipayung. Dalam persiapan PON, para pemain hanya berlatih di kampungnya masing-masing. (Yulistian Hadi)
Pelatih tunggal putra Sumut, Yulistian Hadi, mengakui, seluruh pebulutangkis Jakarta berada satu level di atas skuadnya. Ia mengakui, dirinya sudah memprediksi bahwa dari tiga tunggal yang diturunkannya hanya Enzi yang mampu memberikan perlawanan sengit.
“Pemain kami kalah jam terbang dibandingkan tim Jakarta yang rutin berlatih di Cipayung. Saya memahami kondisi para pemain karena laga ini adalah pertandingan pertama mereka di masa pandemi. Dalam persiapan PON, para pemain hanya berlatih di kampungnya masing-masing,” ujar Yulistian seusai laga.
Tak hanya Jakarta, para unggulan, seperti Jateng dan Jabar juga meraih kemenangan mutlak di laga pembuka babak penyisihan. Jateng unggul 5-0 atas Papua Barat, sedangkan Jabar mengalahkan tim tuan rumah, Papua, juga dengan memenangkan lima gim. Dalam tiga edisi PON terakhir, Jabar, Jateng, dan DKI bergantian meraih medali emas dari nomor beregu putra.
Apabila seluruh anggota tim Jakarta merupakan anggota pelatnas, Jabar memiliki empat pemain dari Cipayung, yaitu Alvi Wijaya Chairullah, Syabda Perkasa Belawa, serta pasangan ganda putra, Pramudya Kusumawardana dan M Shohibul Fikri. Adapun Jateng menggantungkan harapan kepada duo Cipayung, yakni Bobby Setiabudi dan Bagas Maulana.
Selain ketiga provinsi itu, Jawa Timur juga mengalahkan Lampung, 5-0. Jatim diperkuat oleh pemain ganda pelatnas, yaitu M Reza Pahlevi dan Rehan Naufal Kusharjanto.
Demam panggung
Berlabel atlet pelatnas sejatinya tidak menjamin petualangan di PON Papua berjalan mudah. Ruselli Hartaway, tunggal putri Jakarta, mengalami hal itu.
Ruselli, yang menduduki peringkat 42 ranking Federasi Bulutangkis Dunia (BWF), sempat mengalami demam panggung di gim pertama menghadapi wakil Bengkulu, Rakhmatul Fuadah. Pukulan-pukulan Ruselli justru memberikan poin kepada lawan karena beberapa kali keluar dari zona poin. Alhasil, Ruselli tumbang di gim pertama dengan skor 25-27.
Memasuki set kedua, pengalaman dan ketenangan Ruselli menjadi kunci untuk merebut dua gim berikutnya. Ruselli tidak kesulitan mengatasi Rakhmatul dengan kedudukan 21-11 dan 21-7. Secara total, pertandingan itu berlangsung sekitar 80 menit. Itu menjadi durasi laga terpanjang pada hari pertama pertandingan nomor beregu.
“Di awal pertandingan, saya masih beradaptasi dengan kekuatan lawan karena belum pernah bertemu,” kata Ruselli, yang telah dua kali membela Jakarta di arena PON, seusai pertandingan.
Bengkulu sempat menyamakan kedudukan berkat penampilan mengejutkan pasangan Aisyah Nuraini/Annisa Mubarokah yang menumbangkan Aurum Oktavia Winata/Nahla Aufa Dhia Ulhaq dalam tiga set, 17-21, 21-12, dan 21-15. Hasil ini membuat Bengkulu menyamakan kedudukan menjadi 1-1.
Namun, pemain pelatnas Cipayung lainnya, Stephanie Widjaja, menyelamatkan pamor Jakarta. Stephanie hanya membutuhkan waktu 35 menit untuk mengalahkan Salsabilha Sumitha, 21-5 dan 21-4.
Pemain, yang menduduki peringkat pertama tunggal putri ranking BWF yunior itu, tampil tanpa cela untuk mengatasi tunggal kedua milik Bengkulu itu. Sesungguhnya kaki kanan Stephanie sempat terkilir di set kedua, tetapi hal itu sama sekali tidak mengurangi gerakannya untuk mengejar kok dan melakukan pukulan tajam yang menyulitkan lawan.
Jakarta unggul 2-1 atas Bengkulu. Dengan hasil itu, Ruselli dan kawan-kawan hanya butuh mengalahkan Banten di laga kedua, Kamis (7/10/2021) mendatang.
Dengan kehadiran Ruselli dan Stephanie, Jakarta mengejar target emas. Terakhir kali, Jakarta meraih emas dari nomor beregu putri terjadi pada PON Kalimantan Timur 2008.
“Dari Jakarta menargetkan saya untuk meraih emas di beregu dan tunggal. Saya akan berjuang untuk memenuhi target itu,” kata Ruselli.
Pada pertandingan beregu putri lainnya, Papua menumbangkan Maluku Utara, 3-0. Kemudian, Bali dan Surabaya masing-masing mengalahkan Kalimantan Timur dan Lampung dengan skor, 2-1.
Tunggal Kaltim, Sheila Dinda Kurniawan, mengatakan, dirinya kesulitan mengimbangi permainan wakil Bali dari Cipayung, Komang Ayu Cahya Dewi. Ia kalah dengan skor 21-12, 21-14.
"Saya kehilangan match feeling karena sudah lama tidak bertanding. Jadi, saya amat kesulitan untuk mencari bentuk permainan terbaik karena perlu beradaptasi lagi dengan atmosfer pertandingan," kata Sheila yang terakhir kali mengikuti sirkuit nasional, akhir 2019.