Djokovic dan Medvedev Wujudkan Final Ideal Tunggal Putra
Dua tunggal putra unggulan, Novak Djokovic dan Daniil Medvedev, mewujudkan final ideal di AS Terbuka 2021. Medvedev menjadi rintangan terakhir Djokovic, petenis terbaik dunia, untuk menciptakan rekor 21 trofi Grand Slam.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·6 menit baca
NEW YORK, JUMAT — Tanpa kehadiran Rafael Nadal dan Roger Federer dalam Grand Slam Amerika Serikat Terbuka 2021 yang berlangsung di lapangan keras Flushing Meadows, New York, pertemuan Novak Djokovic dan Daniil Medvedev di laga puncak bisa dikatakan final ideal. Djokovic dalam perjalanan menuju rekor baru, 21 gelar Grand Slam, sementara Medvedev berambisi meraih gelar pertama pada turnamen tenis berlevel tertinggi itu.
Medvedev meraih tiket final lebih dulu setelah memenangi semifinal yang berlangsung di Stadion Arthur Ashe, Jumat (10/9/2021) sore waktu setempat atau Sabtu dini hari waktu Indonesia. Petenis Rusia itu mengalahkan Felix Auger-Aliassime (Kanada), 6-4, 7-5, 6-2.
Pada laga berikutnya, Djokovic memastikan melaju ke final AS Terbuka untuk kesembilan kalinya melalui laga lebih panjang. Dia dipaksa bermain lima set oleh Alexander Zverev (Jerman), untuk pertama kalinya, dengan skor 4-6, 6-2, 6-4, 4-6, 6-2.
Kemenangan tersebut membalas kekalahan yang dialami Djokovic dari Zverev pada semifinal Olimpiade Tokyo 2020, dua bulan lalu. Djokovic juga tidak terkalahkan dari tiga pertemuan di arena Grand Slam dengan petenis Jerman tersebut. Dua pertemuan sebelumnya terjadi di perempat final Australia Terbuka 2021 dan perempat final Perancis Terbuka 2019.
Final melawan Medvedev, yang akan berlangsung Minggu sore waktu setempat atau Senin dini hari waktu Indonesia, akan menjadi penentu apakah Djokovic akan mewujudkan targetnya pada 2021 atau kembali gagal. Setelah menjuarai tiga Grand Slam pada tahun ini, dia menargetkan menciptakan ”Golden Slam”, yaitu menjuarai semua Grand Slam dan meraih medali emas Olimpiade pada tahun yang sama. Target itu digagalkan Zverev yang mengalahkannya dalam semifinal Olimpiade Tokyo.
Djokovic beralih pada target berikutnya, menjuarai semua Grand Slam yang sekaligus akan membuatnya menjadi tunggal putra dengan gelar Grand Slam terbanyak, yaitu 21 trofi. Jika terwujud, dia melebihi pencapaian dua rivalnya, Nadal dan Federer. Ketiga petenis itu berada dalam posisi sama, yaitu mengumpulkan 20 gelar Grand Slam, saat ini.
Menanti rekor
Rekor lain yang bisa tercipta dengan gelar itu adalah menyamai legenda tenis, Rod Laver, tunggal putra terakhir yang mendapat ”Calendar Grand Slam” (menjuarai semua Grand Slam dalam satu tahun) pada 1969. Laver, yang berasal dari Australia, hadir di stadion saat Djokovic tampil melawan Zverev.
Berbeda dengan pertandingan Medvedev melawan Auger-Aliassime yang berlangsung 2 jam 4 menit, Djokovic membutuhkan waktu hingga 3 jam 33 menit untuk mendapat tiket final Grand Slam untuk ke-31 kalinya.
Melawan Zverev, yang merupakan tipe pemain baseliner sejati, perebutan setiap gim cenderung berlangsung lama. Jika tak dapat mendapat poin cepat melalui as, keduanya menjalani reli sambil menanti kesempatan mendapat poin.
Salah satu perebutan poin, misalnya, berlangsung hingga 53 pukulan. Jumlah ini termasuk sangat banyak dalam permainan tenis di mana poin biasanya didapat pada, secara rata-rata, pukulan ketiga hingga keempat. Jika pun terjadi reli, jumlah pukulan umumnya hanya belasan.
Kemenangan Djokovic juga tertunda ketika servisnya pada gim ketujuh set kelima, saat unggul 5-1, dipatahkan Zverev. Gim itu berlangsung selama 8 menit. Namun, Djokovic langsung membalasnya dan mengalahkan Zverev untuk ketujuh kalinya dalam 10 pertemuan.
”Sangat melegakan bisa melewati pertandingan seperti ini karena Zverev bermain baik. Emosi saya naik-turun pada sepanjang pertandingan dan saya tidak bisa melarikan diri dari situasi seperti ini. Saya harus mencari jalan keluar menghadapinya. Terima kasih pada penonton yang telah menciptakan atmosfer luar biasa,” ujar Djokovic.
Kesempatan ketiga
Bagi Medvedev, final nanti menjadi kesempatan ketiga untuk meraih gelar Grand Slam. Seperti saat ini, pada 2019, Medvedev menembus final kejuaraan paling elite itu untuk pertama kalinya kala tampil di Flushing Meadows, New York. Namun, dia kalah tangguh dari Rafael Nadal meski bisa memaksanya bermain lima set. Medvedev kalah, 5-7, 3-6, 7-5, 6-4, 4-6.
Menjadi salah satu petenis yang konsisten di lapangan keras, petenis Rusia itu menembus final Grand Slam di jenis lapangan yang sama seperti Flushing Meadows, yaitu di Melbourne Park, pada Februari lalu. Medvedev tampil di final Australia Terbuka tahun ini. Kali ini, Djokovic mengalahkannya dalam straight sets, 7-5, 6-2, 6-2.
Set kedua memang aneh. Anda tak pernah tahu apa yang akan terjadi. Setelah menahan set point, permainan berbalik. (Daniil Medvedev)
Kesempatan ketiga meraih trofi Grand Slam akhirnya tiba tujuh bulan kemudian. Medvedev tampil dominan dengan servisnya, dini hari tadi. Kecepatan rata-rata servis pertamanya adalah 192 kilometer per jam, dengan kecepatan tertinggi 206 km/jam.
Statistik itu hampir sama dengan Auger-Aliassime. Petenis Kanada berusia 22 tahun ini bahkan memiliki kecepatan servis tertinggi 207 km/jam. Akan tetapi, Medvedev memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengembalikan servis dibandingkan Auger-Alissime.
Salah satu indikatornya adalah jumlah 12 as yang dibuat Medvedev, sementara Auger-Aliassime dengan empat as. Set kedua berjalan dengan momentum berubah-ubah. Level permainan Auger-Aliassime, yang dimentori mantan pelatih Nadal, Toni Nadal, meningkat.
Sebaliknya, penampilan Medvedev menurun. Auger-Aliassime pun unggul 5-2. Namun, momentum berubah dengan cepat. Tampil untuk pertama kalinya di semifinal Grand Slam, Auger-Aliassime tidak bisa menahan tekanan ketika mendapat serving for the match pada gim kedelapan.
Groundstroke keras yang meluncur tipis di atas net membuat Medvedev banyak mendapat winner. Medvedev menggagalkan semua set point petenis peringkat ke-15 tersebut dan merebut lima gim beruntun.
”Set kedua memang aneh. Saya rasa, semua orang berpikir Felix akan memenangi set itu sehingga kedudukan menjadi 1-1. Tetapi, Anda tak pernah tahu apa yang akan terjadi. Setelah menahan set point, permainan berbalik,” tutur Medvedev.
[embed]https://youtu.be/ABZaj2nn4ac[/embed]
Meski menang, petenis berusia 25 tahun itu menilai, penampilannya bukanlah yang terbaik. ”Tetapi, saya senang bisa bermain di final, Minggu nanti,” katanya.
Ketika ditanya, apa yang membuatnya selalu menembus semifinal AS Terbuka dalam tiga tahun terakhir, juara Final ATP 2020 itu mengatakan, ”Sejujurnya, karena ini lapangan keras.” Dari 12 gelar juara yang telah didapatnya, 11 di antaranya dari lapangan keras.
Final para remaja
Selain Leylah Fernandez (19) dan Emma Raducanu (18) yang akan tampil dalam final tunggal putri, dua remaja lainnya memiliki kesempatan menjadi juara Grand Slam untuk pertama kalinya. Mereka adalah ganda putri AS, Cathy McNally/Cori ”Coco” Gauff, yang masing-masing berusia 19 dan 17 tahun.
Mereka akan tampil di final pada Minggu siang atau Senin dini hari waktu Indonesia, setelah mengalahkan Gabriela Dabrowski (Kanada)/Luisa Stefani (Brasil), 6-6 (1). Pertandingan itu tak diselesaikan karena Stefani cedera.
Perebutan gelar juara akan dilakukan oleh McNally/Coco melawan pasangan senior, Samantha Stosur/Zhang Shuai, yang masing-masing berusia 37 dan 32 tahun. Ini menjadi final pertama pasangan muda yang mendapat julukan ”McCoco” itu di Grand Slam.