Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan masih memiliki peluang membawa pulang medali dari Olimpiade Tokyo 2020. ”The Daddies” akan kembali bertemu dengan ganda Malaysia, Aaron Chia/Soh Wooi Yik, dalam perebutan medali perunggu.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·4 menit baca
TOKYO, KOMPAS — Ganda putra bulu tangkis Indonesia, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, meniti jalan panjang dan berliku untuk kembali tampil di ajang Olimpiade. Setelah terhenti pada fase grup di Rio 2016, pasangan berjuluk ”The Daddies” itu kini dalam perebutan medali perunggu Tokyo 2020. Mereka pertama kali dipasangkan 19 tahun lalu dan meraih banyak gelar juara di kejuaraan BWF, juga emas Asian Games 2014, serta tiga gelar juara dunia. Satu yang hilang dari mereka adalah keping medali Olimpiade, apa pun warnanya.
Hendra pernah meraih medali emas Olimpiade saat berduet dengan Markis Kido di Beijing 2008. Tetapi, saat Hendra berpasangan dengan Ahsan di Olimpiade Rio 2016, penampilan mereka sedang menurun. Langkah mereka terhenti difase grup dan asa meraih medali pun pupus. ”Waktu itu peak performance kami memang sedang turun,” ungkap Ahsan seusai lolos ke perempat final Tokyo 2020.
Hendra/Ahsan kemudian memutuskan berpisah seusai Rio 2016, momen itu memupus peluang mereka meraih medali Olimpiade bersama. Ahsan tetap di pelatnas PBSI dan berpasangan dengan Rian Agung Saputro, sedangkan Hendra memilih jalur profesional berpasangan dengan atlet Malaysia, Tan Boon Heong.
Mereka kemudian resmi berpasangan kembali pada 2018, dengan salah satu motivasi utama kembali tampil di Olimpiade. Mereka mengumpulkan poin demi poin dan bersaing dengan para atlet muda. Motivasi dan konsistensi permainan mereka mengantar ke Tokyo 2020, yang mundur setahun karena pandemi Covid-19.
”Ini sudah menjadi profesi kami, dan saya kan belum pernah meraih medali, dan berharapnya ingin membawa pulang medali. Tetapi, saya tidak mau mikir terlalu jauh, selangkah demi selangkah," ungkap Ahsan seusai menyingkirkan Takeshi Kamura/Keigo Sonoda di perempat final.
The Daddies menjadi satu-satunya ganda putra Indonesia yang bisa mempersembahkan medali karena Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon tersingkir pada babak perempat final. Namun, langkah Hendra/Ahsan memburu medali emas terhenti di semifinal setelah kalah 11-21, 10-21 dari ganda Taiwan yang sedang on fire, Lee Yang/Wang Chi-lin. Laga ini, diakui oleh Hendra/Ahsan, sebagai duel terberat dalam sejarah 11 pertemuan mereka.
Lawannya bagus, kami sudah terapin strategi, tetapi gak jalan. Kita tertekan dari awal banget tadi.
”Lawannya bagus, kita sudah terapin strategi tetapi gak jalan. Kita tertekan dari awal banget tadi,” kata Hendra di Musashino Forest Sport Plaza, Jumat (30/7/2021).
”Ini bener-benar masalah teknis di lapangan, bukan karena tertekan karena hanya kami yang diandalkan, tetapi pola permainan mereka yang menekan kita banget sejak awal. Saya rasa ini yang paling sulit (dari 11 pertemuan dengan mereka). Kami sudah mencoba, tetapi memang enggak ada celah. Kami mencoba bermain, tetapi ditembakin terus. Padahal, secara mental kami siap bertanding, tetapi kenyataan di lapangan mereka menekan kita banget sejak awal,” kata Ahsan yang kini berusia 33 tahun.
”Dari pola permainan mereka sudah siap banget," ungkap Hendra yang sudah berusia 36 tahun.
”Kami mohon maaf terhenti di sini, dan mohon doanya untuk kami, besok,” ujar Ahsan terkait dengan perebutan medali perunggu ganda putra melawan ganda Malaysia, Aaron Chia/Soh Wooi Yik.
Aaron/Soh sebelumnya dikalahkan oleh Hendra/Ahsan di penyisihan Grup D dengan skor 21-19, 21-16. Namun, Aaron/Soh mampu menemukan permainan mereka padababak perempat final dan mengalahkan Kevin/Marcus. Langkah mereka dihentikan oleh ganda China, Li Jun Hui/Liu Yu Chen. Perebutan medali perunggu akan berlangsung pada Sabtu (31/7/2021).
Meraih medali perunggu tetap pencapaian yang patut dibanggakan karena untuk meraih itu diperlukan perjuangan ekstra keras, konsistensi, dan mental kuat. Membangkitkan motivasi setelah kalah di semifinal juga bukan perkara mudah. Oleh karena itu, medali ini bisa menjadi penyempurna kisah perjalanan karier The Daddies.
”Karena sudah perebutan medali perunggu, semua sama beratnya. Meskipun malam ini kalah, kami harus balikin lagi kondisi pikiran, semangatnya, supaya bisa bermain maksimal dalam perebutan perunggu,” kata pelatih ganda putra, Herry Iman Pierngadi.
”Selalu probemnya adalah yang kalah di semifinal diadu lagi, nah nanti spiritnya seperti apa untuk meraih medali perunggu. Nomor satu, motivasi harus ada, besok harus berusaha merebut medali perunggu, jangan putus asa, yang terjadi sudahlah biar lewat, dan kita harus semangat lagi untuk meraih medali perunggu,” kata Herry.
Herry membangkitkan motivasi Hendra/Ahsan dengan mengajak anak didiknya itu menerima apa yang terjadi dan mengakui bahwa Lee/Wang memang tampil nyaris sempurna. ”Menurut saya, memang Taipei ini luar biasa, The Daddies kalah cepat, power-nya juga kalah, momen apa pun sangat sulit tadi. Taipei bermain perfect, baik defence dan menyerangnya luar biasa. Kita harus akui, Taipei kali ini memang main bagus banget,” ujar Herry legawa.
Sementara itu, medali emas ganda campuran direbut pasangan China, Wang Yi Lyu/Huang Dong Ping, yang mengalahkan pasangan senegaranya, Zheng Si Wei/Huang Ya Xiong.
Jepang mendapat perunggu ganda campuran setelah Yuta Watanabe/Arisha Higasino menang atas ganda Hongkong, Tang Chun Man/Tse Ying Suet. Namun, dua tunggal putri Jepang, Nozomi Okuhara dan Akane Yamaguchi, rontok di perempat final.