Peluru Medali ”The Daddies”
Perebutan medali emas bulu tangkis di Olimpiade Tokyo memasuki perang mental. Tekanan psikologis telah menyingkirkan ”Minions” di perempat final. ”The Daddies” pun menjadi satu-satunya peluru Indonesia untuk meraih emas.
TOKYO, KOMPAS — Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan memasuki mixed zone Musashino Forest Sport Plaza, Kamis (29/7/2021), membawa aura tenang dan kalem. Ganda putra senior itu menjawab pertanyaan demi pertanyaan wartawan Kompas, Agung Setyahadi, di Tokyo, Jepang, dengan tenang, diselingi canda.
Ketegangan tidak terpancar dari pasangan berjuluk ”The Daddies” itu, setelah meraih tiket semifinal Olimpiade Tokyo 2020. Mereka akan berebut tiket ke final dengan ganda Taiwan, Lee Yang/Wang Chi-lin, yang tampil lepas sejak kalah di laga pertama Grup A.
The Daddies kini menjadi satu-satunya andalan meraih medali emas setelah Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon tersingkir. Hendra/Ahsan melangkah ke semifinal setelah mengalahkan ganda Jepang, Takeshi Kamura/Keigo Sonoda. Mereka kini fokus mempersiapkan diri mengatasi karakter permainan Lee/Wang yang eksplosif. Karakter ganda Taiwan itu mirip dengan Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe yang mereka kalahkan di perempat final.
Baca Juga: Tersingkirnya ”Minions” Tambah Deretan Kejutan Olimpiade Tokyo 2020
”Sama-sama berat, enggak bisa milih. Kita akan berbicara dengan pelatih, berdiskusi seperti apa nanti strateginya,” kata Ahsan.
”Siapa pun lawannya, kurang lebih speed sama power,” ucap Hendra menimpali.
Hendra/Ahsan juga melayani wawancara di area mixed zone dengan atmosfer positif. Mereka memang tidak semeriah Lee/Wang, tetapi dalam aura kalem itu terasa kematangan mereka. Hendra yang kini sudah berusia 36 tahun dan Ahsan 33 tahun sangat matang secara mental dan faktor itu sangat penting dalam persaingan medali di Olimpiade.
Memang mental paling penting karena di sini apa pun bisa terjadi dan kita harus siap sejak awal.
”Memang mental paling penting karena di sini apa pun bisa terjadi dan kita harus siap sejak awal,” ujar Hendra yang meraih medali emas ganda putra Olimpiade Beijing 2008 bersama Markis Kido.
Kematangan mental mereka teruji dalam dua pertandingan terakhir ketika mengalahkan ganda Korea Selatan, Choi Sol-gyu/Seo Seung-jae, di laga terakhir Grup D serta menyingkirkan Kamura/Sonoda di perempat final. The Daddies menang 21-14, 16-21, 21-9 atas Kamura/Sonoda. Gim ketiga menegaskan, bagaimana Hendra/Ahsan di usia yang sudah tidak muda lagi memaksimalkan faktor mental untuk mengalahkan pemain muda.
Baca Juga: ”Minions” Lolos ke Perempat Final, Hendra/Ahsan Jaga Peluang
”Kami mengucapkan syukur alhamdulillah sudah bisa melewati pertandingan ini. Pertandingannya tidak mudah karena lawannya juga bagus dan alhamdulillah bisa melewati dengan kemenangan,” ujar Ahsan.
”Gim kedua mungkin agak terburu-buru juga jadi banyak mati sendiri dan kemudian set ketiga coba lebih tenang lagi. Terburu-buru saja tadi di set kedua,” ucap Hendra.
The Daddies kini menjadi satu-satunya andalan Indonesia di ganda putra untuk meraih medali, setelah Kevin/Marcus disingkirkan oleh ganda Malaysia, Aaron Chia/Soh Wooi Yuk, dengan skor 21-14, 21-17. Terkait dengan apakah Olimpiade memberi tekanan lebih besar bagi mereka, Marcus mengakui, faktor tekanan itu terasa. ”Ya pasti, faktor pressure ke kita sangat besar, semua penginnya pasti menang, emas atau apalah, padahal lawannya semua imbang, ya, enggak ada yang tahu,” tuturnya.
Baca Juga: Suasana Hati Menentukan Medali
”Di kejuaraan besar seperti ini tekanan besar dan itu mungkin yang membuat kami tidak tampil bagus,” lanjut Marcus.
Minimnya turnamen menjelang Olimpiade juga dinilai oleh Kevin tidak berpengaruh banyak pada permainan mereka yang di bawah performa terbaik. ”Kita memang kurang bagus, saya rasa enggak (pengaruh), semua mengalami yang sama, enggak ada alasan untuk itu,” ujarnya.
”Ya, kita sudah persiapkan secara maksimal, tetapi hasilnya seperti ini, ya, sudah mau diapain lagi. Yang penting, kita sudah berusaha semaksimal mungkin,” kata Kevin.
Kini, harapan medali emas Indonesia bertumpu pada The Daddies. Mereka pun akan berjuang semaksimal mungkin, tetapi tidak akan terlalu memikirkan beban yang mereka pikul. ”Yang pasti, peluru Indonesia berkurang satu, tetapi kami fokus ke pertandingan, enggak mau terlalu memikiran itu. Memang disayangkan, tetapi kita harus terus berjuang,” ungkap Ahsan.
Baca Juga: Tiga Ganda ”Merah Putih” Juara Grup di Tokyo
Kondisi ini membuat tim pelatih bulu tangkis Indonesia akan fokus mengawal Hendra/Ahsan dalam perebutan medali emas Olimpiade Tokyo. Pelatih ganda putra, Herry Iman Pierngadi, menilai, babak semifinal sudah bukan lagi sekadar teknik, melainkan juga pertarungan mental. Dia optimistis, The Daddies dengan pengalaman mereka akan bisa mengatasi tekanan itu.
”Menurut saya, mereka berdua ini pemain senior, jam terbangnya sama-sama tiga kali Olimpiade, mereka sudah bisa mengatasi tekanan, seperti tadi, kan, mereka bisa mengatasi. Saya yakin mereka akan bisa mengatasi dari segi mental, mengelola keinginan, kemauan, semangat. Jadi, besok (Jumat ini), saya berharap Ahsan/Hendra bisa mengatasi mental mereka dan lawan dari negara lain bisa sedikit panik,” papar Herry.
Terkait strategi permainan, Herry menegaskan akan mempertahankan pola yang dijalankan selama ini, tetapi tetap fleksibel menyesuaikan lawan. ”Lebih kurang seperti kemarin, seperti tadi, memainkan irama, diubah-ubah iramanya, ada cepet ada pelan, itu berpengaruh sekali. Kalau main cepet-cepet terus juga kita harus mengukur, Hendra/Ahsan, kan, sudah berumur. Jadi, kita main teknik,” tutur Herry.
Baca Juga: Gregoria Kesulitan Hadapi Intanon
Pelatih ganda putra yang dikenal jeli meracik taktik itu juga menyayangkan tersingkirnya Kevin/Marcus di perempat final. ”Disayangkan Kevin/Gideon (tersingkir). Memang mereka mengalami tekanan besar, saya bisa mengerti dan bisa memaklumi kalau mereka dalam tekanan karena mereka seeded satu, harus menang, itu tekanan, dan ternyata tadi enggak bisa lepas,” ujar Herry.
”Itu bukan hanya dialami oleh Kevin/Gideon, (Kento) Moota juga sama. Para pemain yang diunggulin di Olimpiade seperti itu, siapa yang bisa mengatasi mental pribadi, menjaga pikiran, akan lebih bisa memenangi pertandingan. Jadi, kita sudah tidak membicarakan masalah teknik, masalah mental, keberanian untuk keluar dari tekanan, tadi mereka enggak bisa keluar dari tekanan,” kata Herry menegaskan.
”Tetapi, saya berharap, ke depan ini jadi pengalaman berarti bagi mereka. Ini memang baru pertama kali mereka ikut Olimpiade,” lanjut Herry.
Baca Juga: Lebih Jeli Saat Berjumpa Lawan Sepadan
Di sisi lain, Herry menilai, minimnya turnamen akibat pandemi juga mempengaruhi performa atlet. ”Pasti pengaruh, suasana pertandingan ada penonton dan enggak ada penonton, kan, beda. Itu pengaruh banget,” ujar Herry.
Gempuran Lee/Wang
Lee/Wang akan menjadi lawan yang berat bagi Hendra/Ahsan, bukan sekadar karena mereka jauh lebih muda, kuat, dan cepat. Ganda Taiwan itu menjadi lebih berbahaya karena mereka telah melewati tekanan mental di awal penyisihan grup, yang membuat mereka nyaris kehilangan peluang melangkah jauh di Tokyo 2020. Mereka mampu bangkit, salah satunya dengan mengalahkan Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon pada laga terakhir Grup A. Lee/Yang lolos ke perempat final dan gempuran mereka mengubur peluang ganda tuan rumah Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe.
Baca Juga: Galeri Foto Greysia Polii/Apriyani Rahayu Melaju ke Semifinal Olimpiade Tokyo 2020
Lee menuturkan, setelah kalah dari ganda India, Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty, dirinya dan Wang terpuruk dan merasa tidak memiliki peluang lagi untuk melaju jauh. Bahkan, Wang Chi-lin menangis karena menyesali kekalahan itu. Namun, mereka kemudian mengatasi tekanan psikologis itu dan bermain lepas, tanpa beban.
”Kami bermain tanpa banyak berpikir, kami menikmati permainan, berusaha sedikit mungkin melakukan kesalahan,” ujar Wang di mixed zone.
Duet ini juga menemukan pola permainan yang sukses meruntuhkan Minions dan Endo/Watanabe, yaitu Wang sebagai tukang pukul dengan smes-smes keras. ”Saya terus smes, smes, smes, dan smes,” kata Wang.
Baca Juga: Galeri Foto ”The Daddies” Melaju, ”Minions” Kandas
Mereka jelas sekali sangat menikmati permainan dan dalam kondisi psikologis yang positif. Saat wawancara dengan wartawan Taiwan, mereka seperti sedang bertutur dengan teman bermain. Wawancara itu penuh tawa dan ekspresi-ekspresi orisinil saat Lee dan Wang mengisahkan apa yang mereka lakukan untuk bangkit dan melangkah sejauh ini.
”Kami kini fokus pada diri kami sendiri, menikmati permainan, tidak akan terlalu memikirkan lawan yang akan kami hadapi,” ujar Wang terkait pertemuan mereka dengan Hendra/Ahsan di semifinal.