Usai era lifter Eko Yuli Irawan, PB Pabsi bergegas mencari penerus untuk mempertahankan tradisi medali di Olimpiade. Sejumlah lifter putra dan putri telah disiapkan dan diyakini bisa meraih medali di Olimpiade Paris.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·7 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Karier lifter Eko Yuli Irawan mungkin tak lama lagi karena usia. Maka itu, Pengurus Besar Perkumpulan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PB PABSI) tancap gas menyiapkan penerus estafet atlet peraih empat medali di empat Olimpiade tersebut. Tiga lifter putra dan tiga lifter putri muda potensial telah disiapkan untuk menjaga tradisi medali dalam 21 tahun terakhir di Olimpiade.
Di kelompok putra, PB PABSI menyiapkan lifter kelas 61 kilogram (kg) berusia 18 tahun Muhammad Faathir, lifter 73 kg usia 18 tahun Rizky Juniansyah, dan lifter 73 kg berusia 20 tahun Rahmat Erwin Abdullah. Pada kelompok putri, selain lifter 49 kg berusia 19 tahun Windy Cantika Aisah, PB Pabsi menyiapkan lifter 55 kg usia 19 tahun Juliana Klarisa, dan lifter 64 kg usia 18 tahun Restu Anggi. Enam lifter itu pun memiliki pelapis yang tak kalah potensial.
Mereka semua disiapkan untuk meraih medali di Olimpiade Paris 2024. ”Pekerjaan rumah utama kami sekarang, yakni bagaimana caranya memelihara semua mutiara itu agar berkembang dengan baik setahap demi setahap. Tujuannya, supaya mereka bisa meneruskan tradisi medali, bahkan bisa merebut emas di Olimpiade selanjutnya,” ujar Kepala Bidang Pembinaan Prestasi PB PABSI Hadi Wihardja saat dihubungi, Senin (26/7/2021).
Hadi mengatakan, prestasi Eko mendapatkan empat medali di empat Olimpiade itu, yakni perak 61 kg Olimpiade Tokyo 2020, perak 62 kg Olimpiade Rio de Janeiro 2016, perunggu 62 kg Olimpiade London 2012, dan perunggu 56 kg Olimpiade Beijing 2008 adalah capaian luar biasa yang sulit untuk diulangi. Namun, pemangku kepentingan cabang angkat besi ataupun olahraga nasional tidak boleh terlena.
Sebab, usia Eko sudah menginjak 32 tahun. Memang, usia seperti itu bukan akhir segalanya. Tak sedikit lifter bisa terus berprestasi walau telah menginjak usia lebih dari 30 tahun. Di Olimpiade Tokyo misalnya. Pada kelas 81 kg putra, ada lifter asal China Lyu Xiaojun yang sudah berusia 37 tahun tetapi masih bisa bersaing di level tertinggi dunia.
Lifter asal Hubei, China itu masih bisa meraih emas 81 kg Kejuaraan Asia 2020 di Taskent, Uzbekistan dan emas 81 kg di Kejuaraan Dunia 2019 di Pattaya, Thailand. Bahkan, lifter kelahiran 27 Juli 1984 sempat memecahkan rekor dunia snatch dengan 174 kg di Kejuaraan Asia 2020 pada 21 April 2021 sebelum dipecahkan oleh rekan senegaranya Li Dayin dengan 175kg di kejuaraan yang sama.
Xiaojun juga sempat memecahkan rekor dunia clean and jerk dengan 207 kg di Kejuaraan Dunia 2019 pada 22 September 2019 dan rekor dunia total angkatan dengan 378 kg di kejuaraan yang sama. Kedua rekor itu masih bertahan sampai saat ini. Sebelumnya, dia merebut emas 77 kg Olimpiade 2012 dan perak 77 kg Olimpiade 2016.
Dengan displin menjaga asupan makanan dan latihan, Eko sangat mungkin tetap bersaing di level elite dunia ataupun tampil dan merebut medali di Olimpiade 2024.
”Dengan displin menjaga asupan makanan dan latihan, Eko sangat mungkin tetap bersaing di level elite dunia ataupun tampil dan merebut medali di Olimpiade 2024. Tetapi, calon penerusnya harus segera disiapkan,” kata Hadi yang pernah meraih delapan emas SEA Games dan tampil di Olimpiade Los Angeles 1984 tersebut.
Jalan panjang
Hadi mengatakan, upaya mereka memastikan roda regenerasi prestasi angkat besi di taraf internasional itu telah dimulai sejak persiapan Asian Games 2018 Jakarta-Palembang. Kendati sempat berbeda pendapat karena lifter pelatnas mesti diisi atlet yang akan berlaga di Asian Games, dengan penjelasan yang tepat, mereka bisa menjalankan pelatnas dengan kombinasi lifter remaja (usia di bawah 17 tahun), yunior (usia 18-20 tahun), dan senior (di atas 20 tahun).
Berkat upaya itu, sejak 2019, para bibit muda mulai bermunculan. Setidaknya, itu ditandai dengan mengorbitnya Cantika dengan merengkuh perak 49 kg Kejuaraan Dunia Yunior 2019 di Suva, Fiji; emas 49 kg Kejuaraan Dunia Yunior 2021 di Tashkent; dan emas 49 kg SEA Games 2019 Filipina.
Lifter kelahiran Bandung, 11 Juni 2002 turut memecahkan tiga rekor remaja dunia sekaligus, yakni snatch dengan 86 kg, clean and jerk 104 kg, dan total angkatan 190 kg di SEA Games 2019 pada 2 Desember 2019. Puncaknya, dia meraih perunggu 49 kg Olimpiade Tokyo yang notabene Olimpiade perdananya.
Selain Windy, sektor putri diperkuat Juliana Klarisa yang sempat mendapatkan perunggu 55 kg SEA Games 2019, perak 55 kg Kejuaraan Asia Yunior 2019 di Pyongyang, Korea Utara, dan perak 55 kg Kejuaraan Asia Yunior 2020 di Tashkent. Ada pula Restu yang baru bergabung dengan pelatnas per 1 Maret tetapi bisa melejit meraih perunggu 64 kg dari angkatan clean and jerk Kejuaraan Dunia Yunior 2021.
”Mereka semua diharapkan menjadi penerus seniornya yang pernah meraih medali di Olimpiade, seperti Lisa Rumbewas (perak 48 kg Olimpiade Sydney 2000, perak 53 kg Olimpiade Athena 2004, perunggu 53 kg Olimpiade Beijing) dan Sri Wahyuni (perak 48 kg Olimpiade 2016),” tutur Hadi.
Pada kelompok putra, lanjut Hadi, Indonesia sedikit bernafas lega. Sebab, ada tiga lifter yang punya kemampuan amat menjanjikan. Di kelas yang sama dengan Eko, ada Faathir yang meraih emas 61 kg dalam Kejuaraan Asia Remaja 2019 di Pyongyang dan emas 61 kg Kejuaraan Asia Yunior 2020.
Lifter kelahiran Samarinda, Kalimantan Timur, 21 Mei 2003 itu pun mencatatkan diri sebagai pemegang rekor dunia remaja 61 kg untuk total angkatan dengan 273 kg yang dibukukan di Kejuaraan Asia Yunior 2020 pada 15 Februari 2020. Rekor itu masih bertahan sampai sekarang.
Pada kelas 73 kg, ada mutiara yang kian bersinar. Setelah Rahmat melejit dengan prestasi emas 73 kg SEA Games 2019, emas 73 kg Kejuaraan Asia Yunior 2019, dan emas 73 kg Kejuaraan Asia Yunior 2020, muncul Rizky yang dengan rentetan prestasi sensasional.
Pada Kejuaraan Dunia Yunior 2021 pada 26 Mei 2021, Rizky meraih emas 73 kg sekaligus memecahkan tiga rekor dunia yunior, yakni snatch dengan 155 kg, clean and jerk dengan 194 kg, dan total angkatan dengan 349 kg. Sebelumnya, Rizky memecahkan rekor dunia remaja dengan snatch 139 kg dan total angkatan dengan 307 kg di Kejuaraan Asia Yunior 2020 pada 16 Februari 2020. Semua rekor itu masih bertahan hingga kini.
Semua lifter itu diyakini bisa lebih berkembang dalam tiga tahun ke depan sebelum Olimpiade 2024. Akan tetapi, PB PABSI perlu memastikan semua kebutuhan mereka terpenuhi dengan baik, seperti asupan makanan/gizi dan latihan berkualitas, serta kejuaraan yang kompetitif. Di masa pandemi Covid-19 yang belum tentu segera berakhir ini, akses kepada kejuaraan menjadi tantangan utama.
Padahal, kejuaraan amat penting untuk mengasah mental bertarung atlet muda di persaingan dunia. ”Sebagai solusi, mungkin kami bakal lebih sering menggelar kejuaraan online (daring) untuk memberikan lifter muda kesempatan bertanding di tengah kejuaraan yang minim akibat pandemi ini,” ujar Hadi.
Mengawasi China
Sambil merawat para mutiara itu, PB Pabsi terus memantau perkembangan lifter China yang sering kali menjegal langkah lifter andalan Indonesia untuk meraih emas Olimpiade, seperti Eko yang dikalahkan Li Fabin di Olimpiade Tokyo. Apalagi menurut Hadi, saat ini, China ada 10 lifter sekelas Eko.
”Kami tidak boleh lengah karena China memiliki banyak sekali stok lifter elite dunia hampir di semua kelas. Jadi, kami perlu jeli pula melihat peluang paling besar untuk merebut medali, terutama emas di Olimpiade Paris mendatang,” kata Hadi.
Sementara itu, Eko memastikan, dirinya siap membantu membimbing para lifter muda agar bisa berprestasi di Olimpiade. ”Kita akan mencoba pelan-pelan (tetap bertanding untuk ke Olimpiade 2024) sambil mendukung potensi atlet-atlet remaja dan yunior supaya bisa bersaing di Olimpiade. Di putri, Windy sudah bisa medali, tinggal di putra, selain saya siapa nanti yang bisa. Kita doakan Rahmat Erwin bisa,” tuturnya (Kompas, 26/7/2021).
Pengamat olahraga Fritz E Simanjuntak menyampaikan, secara keseluruhan, prestasi angkat besi Indonesia luar biasa karena bisa mempertahankan tradisi medali dari Olimpiade 2000 sampai sekarang. Namun, untuk meraih emas, butuh peningkatan kualitas dalam pembinaan mulai dari mencetak atlet lebih banyak dan membangun fasilitas pelatnas yang lebih baik di luar Mess Marinir Kwini, Jakarta Pusat.
”Untuk mempercepat proses tersebut, butuh dukungan Inpres (instruksi presiden) dengan segera,” terang Fritz. Yang disarankan Fritz menjadi kewajaran mengingat Kemenpora telah mencanangkan angkat besi sebagai salah satu dari 14 cabang olahraga prioritas nasional.