Visi Eko Yuli Menuju Paris 2024
Eko Yuli Irawan sudah berdamai dengan rasa penasarannya pada medali emas Olimpiade karena rezekinya sejauh ini medali perak. Namun, dia belum akan pensiun. Dia menatap Paris 2024 sembari membimbing para lifter yunior.
TOKYO, MINGGU — Eko Yuli Irawan sudah berdamai dengan rasa penasarannya pada medali emas Olimpiade. Pada Olimpiade Tokyo 2020 yang menjadi olimpiade keempatnya, Eko kembali mendapat perak. Namun, dia belum akan pensiun. Dia menatap Paris 2024 sembari membimbing para lifter yunior menjadi olimpian andal.
Wartawan Kompas, Agung Setyahadi, dari Tokyo, Jepang, Minggu (25/7/2021), melaporkan, saat melawan lifter China, Li Fabin, Eko harus bertaruh untuk mengejar medali emas. Saat tertinggal 4 kilogram dari Li Fabin dalam angkatan snatch, Eko mengamankan medali perak terlebih dulu sebelum ”berjudi” dengan memasang target angkatan clean and jerk 177 kilogram (kg). Namun, Eko gagal dan Li Fabin yang meraih medali emas kelas 61 kg.
Medali emas Li Fabin menjadi satu dari tiga tambahan emas bagi China. Dua emas lainnya direbut oleh Chen Lijun dari angkat besi nomor 67 kg putra dan pasangan Shi Tingmao dan Wang Han dari loncat indah nomor sinkronisasi papan 3 meter putri. China memimpin klasemen sementara dengan 6 emas, 1 perak, 4 perunggu, diikuti Jepang di posisi kedua dengan 5 emas dan 1 perak.
”Masih gagal, cita-citanya masih belum tercapai. Yang pasti, kita punya optimisme tinggi, cuma persiapan selama ini, kita semua tahu seperti apa persiapannya. Bahkan, mendekati ke sini PPKM lebih ketat lagi, dan menjelang keberangkatan sempat positif (Covid-19), jadi harus karantina,” ujar Eko Yuli di mixed zone arena angkat besi Olimpiade Tokyo 2020, Tokyo International Forum, Minggu (25/7/2021).
Menurut Eko, dia memaksimalkan peluang yang ada dan bisa meraih medali perak meskipun keinginannya meraih keping medali emas. ”Kita coba mengejar itu, tetapi memang belum rezeki, meskipun sudah berjuang maksimal mengejar itu, Allah sudah memberi rezeki yang pas buat kita,” ujar Eko.
Eko belum bisa meraih medali emas Olimpiade setelah meraih perunggu di Olimpiade Beijing 2008 dan London 2012. Eko kembali meraih perak di Tokyo 2020 seperti pada Olimpiade Rio 2016.
Baca juga : Eko Meraih Perak Olimpiade, Presiden Jokowi Ucapkan Selamat
Eko menjadi pemenang kedua dengan angkatan total 302 kg (snatch 137 kg, clean and jerk 165 kg). Eko tak kuasa menghentikan Li Fabin yang meraih emas dengan total angkatan 313 kg (snatch 141, clean and jerk 172 kg). Angkatan total dan clean and jerk Li Fabin menjadi rekor Olimpiade kelas 61 kilogram. Medali perunggu diraih oleh lifter Kazakhstan, Son Igor, dengan total angkatan 294 kg (snatch 131, clean and jerk 163 kg).
Eko Yuli yang sudah berusia 32 tahun memastikan akan terus berlomba. Bahkan, dia ingin tampil di Olimpiade Paris 2024 jika kondisi fisiknya masih memungkinkan. Namun, motivasi terbesar Eko adalah menjadi pembimbing atlet-atlet muda yang akan menjadi penerus tradisi medali Olimpiade.
”Kita akan lihat ke depan, kalau masih diberi kesempatan dan bisa bersaing, mengapa tidak? Saya akan mencoba, sambil membimbing yunior-yunior, seperti Windy (Cantika Aisah), untuk mengantar dia meraih medali di Asian Games, mungkin bisa lebih lagi. Kita juga punya yunior Rizky Juliansyah yang bisa kita orbitkan lagi, intinya mendukung mereka,” ungkap Eko.
”Berikutnya, saya tidak bisa berjanji apa-apa, karena itu di usia yang lebih lanjut lagi, kan. Kita akan mencoba sambil mencari poin untuk Olimpiade berikutnya, juga membimbing mereka (atlet-atlet muda) supaya bisa meraih medali di Olimpiade,” lanjutnya.
Kita akan mencoba, sambil mencari poin untuk Olimpiade berikutnya, juga membimbing mereka (atlet-atlet muda) supaya bisa meraih medali di Olimpiade.
Terkait Olimpiade 2024, Eko menegaskan, motivasi itu ada, tetapi dia akan mendengarkan tubuhnya. ”Sebenarnya ada (keinginan), tetapi kita lihat kondisi ke depan, kondisi fisik bagaimana. Kita akan mencoba pelan-pelan sambil mendukung potensi atlet-atlet remaja dan yunior supaya bisa bersaing di tingkat Olimpiade. Di putri, Windy sudah bisa medali, tinggal di putra, selain saya siapa nanti yang bisa. Kita doakan Rahmat Erwin (lifter kelas 73 kg) bisa (meraih medali),” ucap Eko.
Baca juga : Eko Yuli Irawan dan Naruto
”Kalau segi semangat sendiri masih ada, tetapi kita kan masih lihat lagi kondisi kita bagaimana. Minimal mempertahankan ini (medali perak), tetapi saya gak bisa berjanji untuk lebih lagi, karena usia lebih lanjut, tetapi kita lihat rezeki dari Yang Kuasa bagaimana,” ujar Eko terkait motivasi di Paris 2024.
Pertaruhan di Tokyo
Persaingan Eko Yuli dan Li Fabin dimulai dengan angkatan snatch 137 kg. Awalnya Eko memasang target 135 kg, tetapi kemudian menaikkan menjadi 137 kg, sama dengan target Fabin. Eko berhasil menyelesaikan angkatan. Sementara Fabin gagal pada kesempatan pertama. Lifter China berusia 28 tahun itu baru sukses pada angkatan kedua. Kondisi ini direspons oleh tim pelatih Eko dengan menaikkan target angkatan dari 138 kg menjadi 141 kg.
Ini tekanan bagi Li Fabin karena dia bisa tertinggal angkatan jika tidak mengambil angkatan yang sama. Juara dunia 2019 itu pun mengambil angkatan 141 kg dan melakukan angkatan dengan sukses. Ruangan lomba bergemuruh dengan tepuk tangan. Sementara Eko Yuli gagal mengangkat beban 141 kg dalam dua kali kesempatan. Tekanan berbalik ke Eko karena tertinggal 4 kilogram dari Fabin.
Baca juga : Perang Psikologis Eko Yuli Irawan dan Li Fabin
”Selama latihan teknik snatch saya memang belum maksimal, masih ada kesalahan-kesalahan teknik yang harus kita benerin, makanya tadi tidak berani lebih tinggi. Jadi, kita set di angkatan pertama, selebihnya kita akan coba, dan ternyata belum sampai dan kemudian ketinggalan 4 kilo,” ujar Eko.
”Mau gak mau di clean and jerk startnya kita mainkan untuk amankan medali perak, selebihnya kita gambling untuk meraih medali emas, karena mau cari apa lagi, sudah ketinggalan 4 kilo,” ungkap Eko dengan senyum di wajahnya.
Pertarungan terakhir ada pada angkatan clean and jerk dengan target angkatan pertama Eko 165 kg dan Li Fabin 171 kg. Eko memilih jalan aman dengan melakukan angkatan 165 kg untuk mengamankan perak. Dia sukses, dan Li Fabin menurunkan angkatan dari 171 kg menjadi 166 kilogram. Dia ingin mengamankan medali emas, dan berhasil. Dengan angkatan itu, Li Fabin sudah unggul 5 kilogram atas Eko dalam angkatan total, selisih yang nyaris mustahil dilampaui.
Tim pelatih Eko memainkan pertaruhan lebih besar dengan memasang target angkatan 173 kg sehingga Li Fabin mengangkat lebih dulu pada 172 kg. Ini untuk mengulur waktu, sembari Eko menyiapkan angkatan lebih tinggi di ruang persiapan. Target angkatan atlet selalu disesuaikan dengan kondisi persiapan atlet di ruang pemanasan, angkatan bertahap ditingkatkan sehingga saat di panggung dalam ritme kenaikan angkatan yang pas.
Baca juga : Ambisi Eko Raih Emas Olimpiade Dipatahkan ”Kungfu” Li Fabin
Li Fabin ternyata berhasil menyelesaikan angkatan clean and jerk 172 kg dan menjadi rekor Olimpiade. Eko kembali menaikkan target angkatan menjadi 177 kilogram, dan Fabin merespons dengan menaikkan target dari 175 kg menjadi 177 kg. Eko pun harus melakukan angkatan 177 kg dan gagal. Fabin gantian menaikkan target menjadi 178 kg, sehingga Eko harus melakukan angkatan lagi, dan gagal pada kesempatan terakhirnya.
Fabin pun tidak bisa melakukan angkatan dengan beban 178 kg, tetapi itu tak mengubah medali emas yang sudah dia raih dengan total angkatan 313 kilogram, angkatan snatch 141 kg dan angkatan clean and jerk 172 kg.
”Memang dari segi teknik yang belum dapat, sebelumnya memang saat latihan bisa di 180 kg, tetapi setelah itu ada beberapa kendala, sehingga saat ini masih dalam pemulihan (performa),” ujar Eko.
”Untuk tekanan tidak ada, karena saya ingin mengejar prestasi di sini. Kita sama-sama tahu, prestasi kami hampir sama, tetapi pandemi saat ini sangat berat. Persiapan selama pandemi yang pasti ini sudah berjalan dengan baik, kita maksimalkan untuk angkatan snatch untuk mencari medali perak dulu, dan kemudian meraih emas. Memang kenaikan angkatannya ekstrem. Inilah rezeki yang saya dapat di Olimpiade ini dan saya mensyukuri,” tutur Eko.
Di kelas 67 kg, lifter Deni berada di posisi kesembilan dengan total angkatan 301 kg (snatch 135 kg, clean and jerk 166 kg). Dia mengaku persiapan tidak maksimal karena dirinya sempat berhenti latihan serta empat hari tidak bisa latihan menjelang berangkat ke Tokyo karena positif Covid-19. ”Saya sudah berjuang sebaik mungkin, tetapi ini hasilnya. Mohon maaf jika belum bisa memberi hasil maksimal,” kata Deni di mixed zone.
Baca juga : Perburuan Emas Pamungkas Eko Yuli
Deni juga mengalami masalah cedera lama yang membuat dia tampil tidak maksimal. Cedera kambuhan itu tidak muncul saat latihan, tetapi justru muncul saat Olimpiade. Dia pun menunjukkan kulit kedua telapak tangannya yang terkelupas lebar. ”Kalau sobek seperti ini biasa, tetapi kalau terasa ada masalah di dalam tubuh, saya memilih tidak memaksakan diri,” ujarnya.